27 Desember 2010

» Home » Opini » Sinar Harapan » Datangnya Sumber Pengharapan

Datangnya Sumber Pengharapan

Saat dunia penuh kegelapan, manusia telah menyimpang dari Firman Tuhan, maka Allah Bapa Yang di surga telah mengutus Anak-Nya datang ke dunia ini untuk tujuan mulia, yaitu mengalahkan kuasa Dosa, Iblis, dan Maut.
Untuk ketiga hal tersebut manusia sampai sekarang tak mungkin bisa mengatasinya, maka Allah mengutus anak-Nya agar manusia dapat terbebas dari ketiga kuasa tersebut. Dari awal penciptaan manusia, Allah telah memberikan firman agar manusia dapat menaati firman Allah dengan satu larangan saja, yaitu jangan memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat agar manusia tidak mati.
Namun godaan kuasa Iblis melalui ular yang menggoda manusia agar manusia melanggar Firman Allah dan firman-Nya diputarbalikkan sehingga manusia tergoda ingin seperti Allah. Akibat keinginan yang bertentangan dengan Firman Allah, manusia berbuat dosa dan harus mengalami kesusahan dan kematian karena kuasa Iblis. Setelah kejadian itu manusia makin berbuat dosa dan Allah mengutus para nabi, imam, hakim-hakim, dan utusan lain untuk memelihara kehidupan iman manusia pada Tuhan. Tetapi pengharapan, iman, dan kasih manusia tetap semakin pudar. Dengan kasih karunia Allah, diutuslah anak-Nya, yaitu Tuhan Yesus untuk menerangi dunia ini agar manusia memiliki pengharapan surgawi.
Kedatangan-Nya ke dunia yang singkat ini tanpa ada pamrih dalam bentuk harta, kedudukan, maupun kesombongan. Semua dilakukan untuk menjadikan manusia terbebas dari kuasa dosa, iblis, dan maut. Kuasa dosa agar dosa warisan dapat ditebus oleh darah Tuhan yang kudus. Kuasa Iblis agar manusia terbebas dari ujian keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup. Lalu kuasa maut agar manusia tidak mengalami kematian rohani. Iblis sebagai penguasa dunia ini terus bekerja 24 jam untuk menjerat manusia agar jatuh dalam dosa. Tiga keinginan dunia tersebut adalah sasaran utama Iblis untuk menghancurkan iman manusia terhadap Tuhan.
Contoh pemimpin rohani di Alkitab yang imannya kuat dan sudah terpilih oleh Tuhan jatuh karena ketiga unsur tersebut, yaitu keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup atau lebih dikenal dengan istilah harta, tahta, dan wanita. Seperti Daud, Simson jatuh karena wanita, padahal kedua tokoh itu sudah terpilih sebagai nazir dan raja oleh Allah. Ananias dan Safira, Gehazi, dan Akhan jatuh karena harta. Absalom, Nebukadnezar, maupun raja Herodes karena keangkuhan hidup harus mati mengenaskan. Dulu Allah menghukum manusia dengan air bah, Sodom dan Gomora dengan api dan belerang, mengingatkan agar manusia sadar dan bertobat.
Namun manusia tetap tegar tengkuk dan tidak mau berubah dan bertobat. Kedatangan Terang Dunia yaitu Tuhan Yesus menghendaki agar manusia diselamatkan dari kuasa dosa, Iblis, dan maut. Saat itu banyak orang bertobat dan percaya pada Tuhan. Waktu terus berlalu, 2.000 tahun lebih bisa kita renungkan kembali, keadaan manusia tetap tidak berubah. Manusia terus melakukan perbuatan yang membangkitkan kemarahan Tuhan. Bencana alam banjir, kebakaran, gempa, gunung meletus, tsunami, badai, kelaparan, perang, perkelahian, dan lainnya memberikan kesempatan pada manusia untuk berubah dan bertobat.
Kita saat ini ada di Indonesia, coba kita renungkan mengapa Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa masih menghadapi kesulitan, kemiskinan, dan kelaparan untuk orang-orang yang kesusahan. Pengangguran terjadi di mana-mana, bahkan perpecahan anak bangsa semua itu terjadi karena keserakahan manusia. Keadilan yang menjadi salah satu pilar negara untuk menjadi negara yang makmur dan damai sejahtera tidak terwujud karena dinodai aparat hukum yang lebih mencintai harta daripada keadilan.
Koruptor yang besar dapat menikmati hidup dari hasil korupsinya karena dapat mempermainkan aparat yang memang mencintai uang dengan hukuman yg tidak adil. Orang miskin yang mencuri uang, ayam atau barang kecil lainnya harus masuk penjara minimal tiga bulan, sedangkan yang korupsi miliaran atau triliunan hanya maksimal 20 tahun penjara saja.
Bila kita hitung ini adalah tidak adil. Kasih dan Kebenaran juga tidak melekat pada aparat, pemimpin maupun para kaum intelektual dan rohaniwan. Bangsa yang besar ini perlu suri teladan dari para tokoh dan pemimpin sehingga dapat menjadi contoh bagi rakyat Indonesia. Sistem pemerintahan yang tidak bersih diciptakan melalui undang-undang sendiri. Sebagai Contoh, pemilihan bupati, gubernur, maupun pejabat lainnya memungkinkan orang akan melakukan korupsi setelah terpilih. Dengan setor pada partai dan tim sukses sebagai partai pendukung, calon akan mengeluarkan uang yang cukup besar.
Akhirnya, para calon seperti berdagang, setelah menjabat ia akan melakukan korupsi untuk menutupi modalnya. Saat ini, manusia akan menyamakan posisi uang atau harta sama dengan Tuhan. Untuk itu, Tuhan telah mengingatkan agar jangan ada Mamon atau pendewaan uang dalam hidup kita, karena itulah awal kejatuhan iman kita. Manusia pada zaman sekarang ini sudah tidak memedulikan larangan firman Tuhan dan lebih mencintai uang.
Pada kedatangan Terang di dunia ini, hati manusia berubah dan menomorsatukan Tuhan di atas segalanya. Bila hati kita selalu tertuju pada Terang Dunia, niscaya kita akan mendapatkan damai dan sejahtera dalam hidup kita. Karena dalam terang ada jalan, kebenaran, dan hidup.
Barangsiapa mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Terang Dunia, hidupnya akan penuh kebahagiaan. Perilaku manusia harus sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, sehingga kedatangan-Nya tidak menjadi sia-sia karena Terang telah berkorban merendahkan diri datang menjadi hamba agar manusia hidup dalam kebenaran. Dalam terang ada kehidupan, sehingga waktu yang singkat ini dapat kita gunakan untuk kebaikan, kasih, kemurahan, dan teladan bagi semua orang.
Bila kehidupan sesuai firman Allah dengan hidup sesuai kebenaran dengan dimulai dari para pemimpin tingkat pusat sampai daerah, dari lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif, maka cita-cita para pahlawan dan pendiri bangsa ini untuk menjadikan negara ini sebagai negara yang adil dan makmur akan terealisasi. Dengan begitu, masyarakat dapat hidup dengan damai, bahagia, rukun, dan penuh sukacita. Akhir kata, terang dunia telah datang untuk menerangi kegelapan di bumi Indonesia ini. Peganglah kesempatan saat kita menjalani hidup yang singkat ini dengan hidup benar, kasih, dan adil, sehingga berguna bagi bangsa dan negara.

Penulis adalah dosen program doktoral Theologi dan Ministry di Harvest International Theological Ministry Jakarta.

Opini Sinar Harapan 28 Desember 2010