kumpulan artikel media massa
Suara Merdeka | Kompas | Republika | Jawa Post | Okezone |Media Indonesia | Seputar Indonesia
Home
About
Contact
TOPIC :
Category 1
Category 2
Category 3
01 Maret 2010
Rahasia bank bukan mitos tak tertembus
The cause of the next global recession
Rumah Demokrasi
Pansus Century, Kemajuan Demokrasi
Kekuasaan yang Merapuh
Demokrasi Minus Moralitas
Assessment
Kasus Century, Kita Dapat Apa?
Kaji Ulang Pembangunan PLTN
Menunggu Sikap Elegan Istana
Meniscayakan Fakta Kasus Century
Pemandirian Teater Masyarakat
Century dan Pilkada
Persebaran Fasilitas Taman Kota
Menjaga Cagar Budaya di Tegal
Oleh CECEP DARMAWAN Rencananya, Selasa (2/3) ini DPR akan menggelar sidang paripurna membahas hasil akhir Panitia Khusus (Pansus) Kasus Bank Century. Minggu lalu, pansus sudah usai memberikan pandangannya yang beragam. Pansus menyampaikan hasilnya berkenaan empat tema penyelidikan Pansus, yaitu soal merger dan akuisisi, pengucuran Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP), soal penyertaan modal sementara (PMS), dan aliran dana bail out Rp 6,7 triliun. Meski, Pansus tidak berhasil menyampaikan kesimpulan bersama dan tidak ada rekomendasi tunggal, hasil Pansus akan disampaikan ke rapat paripurna DPR, 2 Maret 2010. Di tengah persiapan paripurna itulah lobi politik dilakukan berbagai pihak, utamanya dari kubu pemerintah kepada elite-elite parpol di DPR. Di samping itu, aksi dukung-mendukung pun marak dipertontonkan. Ribuan massa pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono melakukan "Apel Kebulatan Tekad" di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (28/2). Tujuannya tidak lain turut mendukung kepemimpinan SBY-Boediono sampai 2014. Apel akbar dipenuhi oleh beberapa elemen organisasi kemasyarakatan dan sukarelawan pendukung Partai Demokrat. Tidak ingin kalah dengan kelompok pendukung SBY-Boediono, berbagai elemen mahasiswa berencana menduduki Gedung DPR selama sidang paripurna DPR pada 2 Maret. Aksi ini dilakukan, karena khawatir partai politik akan berubah sikap, khususnya Partai Golkar dan PKS. Terhadap kasus Century ini, Presiden Yudhoyono akan memberikan pidato tertulisnya. Sekadar mengingatkan kita, Yudhoyono pada akhir November 2009 pernah memberikan pidato, yang intinya ingin keterbukaan dan akuntabilitas dapat ditegakkan bersama. Bahkan Yudhoyono juga ingin semua desas-desus, kebohongan, dan fitnah dapat disingkirkan dengan cara menghadirkan fakta dan kebenaran yang sesungguhnya. Terhadap pemikiran dan usulan sejumlah anggota DPR RI untuk menggunakan hak angket terhadap Bank Century, SBY menyambut dengan baik agar perkara ini mendapatkan kejelasan serta sekaligus untuk mengetahui apakah ada tindakan-tindakan yang keliru dan tidak tepat. Berikutnya Yudhoyono mengatakan, yang tidak kalah pentingnya adalah percepatan proses hukum bagi para pengelola Bank Century dan segera dapat dikembalikannya dana penyertaan modal yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu kepada negara. Presiden pun menginstruksikan Jaksa Agung dan Kapolri untuk melaksanakan tugas penting ini. Posisi Yudhoyono sebagai Presiden sudah tepat, tidak ingin melindungi yang salah dan ingin kasus ini segera diselesaikan sesuai aturan yang berlaku. Namun, entah mengapa beberapa elemen pendukung SBY, acap terkesan berlebihan memberikan dukungannya. Bahkan muncul tekanan politik kepada parpol yang berbeda haluan dengan parpol penguasa. Mulai dari wacana pemecatan menteri, pembagian ulang "kue kekuasaan" di lembaga negara, sampai pada persoalan akan membongkar kasus-kasus lain sebagai efek domino kasus Century ini. Padahal barangkali Yudhoyono sendiri tidak seperti yang dikesankan itu. Saya yakin presiden akan bijak menyikapi hasil paripurna Pansus ini. Persoalannya, pascaparipurna Pansus, ke manakah arah politik koalisi parpol di DPR selama ini? Bagaimana posisi kabinet terkait dengan pendulum koalisi yang berubah arah? Itulah sekelumit pertanyaan publik yang menggelayut selama ini. Secara kalkulasi politik, jika Partai Golkar dan PKS terus mengambil posisi beraduhadapan dengan koalisi, memang agak mengancam posisi koalisi (PD, PAN, PPP, PKB). Namun, jika tetap solid, partai koalisi tetap masih sekitar 75 persen kursi DPR. Isu pemakzulan terhadap Boediono pun terlalu kebablasan, meskipun tidak mustahil secara teoretik. Kita berharap pemakzulan tidak terjadi hanya karena persoalan seperti ini. Namun demikian, jika hasil paripurna tanpa arah politik yang jelas, DPR akan menanggung beban politik yang berat dari rakyat. Tekanan dan desakan massa akan semakin kuat. Tidak hanya menganggap anggota DPR "masuk angin", tetapi juga akan memperburuk citra lembaga wakil rakyat itu. Teatrikal politik tak boleh terjadi di lembaga politik. Terlalu mahal ongkos politik yang harus ditebus oleh rakyat. Kongkalingkong politik pun sudah harus dihentikan. Lobi politik untuk maksud kebaikan bersama masih perlu dilakukan, tetapi bukan untuk kepentingan pragmatis yang memuluskan akal bulus. Kita sepakat bahwa jika menyangkut ranah hukum serahkan sepenuhnya kepada lembaga hukum dan DPR tidak boleh mencampuri urusan ini. Kita berikan kepercayaan kepada Polri, kejaksaaan, atau KPK untuk mengurusi masalah hukumnya. Tidak boleh keputusan apa pun atas dasar dendam politik. Hanya untuk menyingkirkan dan mencuatkan seseorang, keputusan lembaga dilegitimasi. Keputusan apa pun harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, bangsa, negara, terlebih dihadapan Allah SWT. Begitu pula, publik tetap harus mengawal skandal Bank Century ini yang telah menyedot perhatian publik dan barangkali energi dan biaya juga sudah banyak yang dikeluarkan. Meski kelantangan masih dibutuhkan, tetapi etika politik dan fatsoen politik tetap harus dikedepankan. Jangan ada pihak yang merasa menang sendiri. Pansus harus arif, pemerintah mesti berbesar hati. Semua pihak memahami ranah dan lingkungannya masing-masing. Ambil hikmah atas pelajaran Century ini. Mungkin saja Century-century lain masih tersisa, tetapi cukuplah kasus Century kali ini merupakan kasus terakhir yang tejadi di republik kita ini. Ke depan, kita butuh para pemimpin yang bijak, pro rakyat, dan menghitung secara cermat bagaimana proses, implementasi, dan implikasi berbagai kebijakannya. Tidak boleh rakyat menanggung beban atas kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Sudah cukup rakyat memberikan apa yang dipunyainya untuk bangsa dan negara ini, di tengah kesulitan sebagian rakyat dengan berbagai penderitaan yang menerpanya. Negeri ini masih butuh contoh sikap dan teladan politik seperti para pendiri bangsa ini tempo dulu, yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negaranya.*** Penulis, dosen Ilmu Politik FPIPS dan Pascasarjana (S-2, S-3) Universitas Pendidikan Indonesia.
Pengembangan Kambing Ettawa Solusi Mengatasi Kerusakan Alam Merapi
Menimbang Paripurna
The cause of the next global recession
Seandainya Kasus Century Identik dengan Gunung Api
Industrialisasi Politik dan Rekayasa Citra
Teladan Kepemimpinan dan Kejujuran
Ancaman Kinerja Pansus Century
Menonton Century, menonton sepak bola…
Boediono-Sri dalam spiral keheningan
Republik Kulkas
Senin, 1 Maret 2010 | Metro TV | Lampung Post | Borneo News | Yayasan Sukma | Kick Andy Home Advertisiment * Home * Polhukam * Ekonomi & Bisnis * Olahraga * Sepak Bola * Megapolitan * Nusantara * Internasional * Sains & Teknologi * Humaniora * Opini * Perempuan * Hidup Sehat * Otomotif * Travelista * Kuliner * Blog * Video * Foto * Cinema * Politik Dalam Negeri * Politik Luar Negeri * Hukum * Hankam * Lainnya * Ekonomi * Bursa & Valas * Finansial & Perbankan * Bisnis & Investasi * Lainnya * Bulu Tangkis * Tenis * Basket * F1 * Moto GP * Tinju * Sosok * Lainnya * Liga Inggris * Liga Itali * Liga Spanyol * Liga Jerman * Liga Indonesia * Off Side * Lainnya * Kriminal * Trafik * Sosial * Peristiwa * Lainnya * Berita & Peristiwa * Lainnya * Piranti * Iptek * Telekomunikasi * Regulasi * E Lifestyle * Kesehatan * Pendidikan * Lingkungan * Kebudayaan * Religi * Umum * Bali - Nusa Tenggara * Jabar - Banten * Jateng - DIY * Jatim * Kalimantan * Maluku - Irian Jaya * Sulawesi * Sumatera Suara Anda | Layanan Umum | Kontak Media | Jadwal Hari Ini | Lowongan Kerja Jadwal Sholat Penerbangan Kereta Api Travel + Primajasa Polisi Pemadam Kebakaran Layanan Publik Media Online Iklan Sirkulasi Percetakan Production Publishing Advertisiment Pendidikan Damai dan Resolusi Konflik untuk Sekolah
Banjir dan Derita Publik
Koalisi Permanen
Remistifikasi Konflik Israel-Pelestina
Belajar ”Akrab” dengan Bencana
Longsor Ciwidey
Menjaga Cagar Budaya di Tegal
Membangkitkan Kembali Kereta Api
RUU Desa dan Peran Sipil
Ekonomi Syar’i sebagai Alternatif
Pendidikan yang Menggeli(sah)kan
Menghargai Kreativitas
Agenda Pasca-Pansus Century
Bencana dan Gagalnya Politik Tata Ruang
Entri Populer
"Agamis" Apa Artinya?
Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi
Solo ibukota Jateng atau provinsi Surakarta?
Rokok menurunkan kualitas intelektual
6 Jurus Dahsyat Membuat si Dia Orgasme
10 Situasi Wanita 'Mood' Bercinta
Tugas Menteri Agama
Gambaran Permasalahan PDAM
Bencana Kelangkaan Air di Perkotaan
Generasi Baru TNI
Artikel Terbaru
Blog Archive
►
2012
(14)
►
Februari
(8)
►
Feb 01
(8)
►
Januari
(6)
►
Jan 02
(6)
►
2011
(298)
►
Desember
(63)
►
Des 22
(10)
►
Des 14
(12)
►
Des 13
(15)
►
Des 11
(20)
►
Des 01
(6)
►
Juli
(3)
►
Jul 11
(3)
►
Juni
(26)
►
Jun 24
(21)
►
Jun 21
(1)
►
Jun 14
(4)
►
Maret
(22)
►
Mar 27
(6)
►
Mar 01
(16)
►
Februari
(64)
►
Feb 20
(12)
►
Feb 18
(11)
►
Feb 17
(32)
►
Feb 15
(9)
►
Januari
(120)
►
Jan 18
(25)
►
Jan 09
(18)
►
Jan 08
(1)
►
Jan 07
(13)
►
Jan 06
(34)
►
Jan 05
(1)
►
Jan 04
(28)
▼
2010
(2453)
►
Desember
(501)
►
Des 30
(23)
►
Des 29
(26)
►
Des 28
(24)
►
Des 27
(100)
►
Des 23
(26)
►
Des 22
(27)
►
Des 21
(20)
►
Des 20
(28)
►
Des 19
(38)
►
Des 18
(2)
►
Des 17
(22)
►
Des 16
(27)
►
Des 15
(22)
►
Des 14
(33)
►
Des 13
(49)
►
Des 11
(6)
►
Des 10
(28)
►
November
(24)
►
Nov 22
(5)
►
Nov 19
(6)
►
Nov 17
(2)
►
Nov 15
(4)
►
Nov 09
(7)
►
Oktober
(32)
►
Okt 25
(24)
►
Okt 18
(8)
►
September
(130)
►
Sep 28
(12)
►
Sep 27
(28)
►
Sep 22
(13)
►
Sep 20
(21)
►
Sep 19
(16)
►
Sep 17
(30)
►
Sep 05
(10)
►
Agustus
(32)
►
Agu 30
(12)
►
Agu 27
(20)
►
Juli
(18)
►
Jul 13
(18)
►
Juni
(59)
►
Jun 24
(29)
►
Jun 07
(7)
►
Jun 04
(9)
►
Jun 03
(14)
►
Mei
(354)
►
Mei 31
(15)
►
Mei 30
(17)
►
Mei 28
(9)
►
Mei 27
(6)
►
Mei 26
(17)
►
Mei 25
(14)
►
Mei 24
(8)
►
Mei 23
(6)
►
Mei 21
(15)
►
Mei 20
(13)
►
Mei 19
(19)
►
Mei 18
(13)
►
Mei 17
(18)
►
Mei 16
(14)
►
Mei 14
(12)
►
Mei 13
(13)
►
Mei 11
(12)
►
Mei 10
(14)
►
Mei 09
(16)
►
Mei 08
(3)
►
Mei 07
(9)
►
Mei 06
(16)
►
Mei 05
(13)
►
Mei 04
(19)
►
Mei 03
(26)
►
Mei 02
(17)
►
April
(285)
►
Apr 29
(17)
►
Apr 28
(14)
►
Apr 27
(8)
►
Apr 26
(8)
►
Apr 25
(14)
►
Apr 23
(15)
►
Apr 22
(13)
►
Apr 21
(17)
►
Apr 20
(22)
►
Apr 19
(17)
►
Apr 18
(31)
►
Apr 14
(3)
►
Apr 13
(8)
►
Apr 12
(14)
►
Apr 11
(13)
►
Apr 09
(7)
►
Apr 08
(6)
►
Apr 07
(15)
►
Apr 06
(7)
►
Apr 05
(12)
►
Apr 04
(13)
►
Apr 02
(11)
▼
Maret
(314)
►
Mar 30
(16)
►
Mar 29
(16)
►
Mar 26
(3)
►
Mar 24
(7)
►
Mar 22
(11)
►
Mar 21
(12)
►
Mar 20
(1)
►
Mar 19
(12)
►
Mar 18
(13)
►
Mar 17
(12)
►
Mar 16
(17)
►
Mar 14
(8)
►
Mar 12
(10)
►
Mar 11
(25)
►
Mar 10
(10)
►
Mar 09
(6)
►
Mar 08
(16)
►
Mar 07
(24)
►
Mar 05
(5)
►
Mar 04
(21)
►
Mar 03
(8)
►
Mar 02
(21)
▼
Mar 01
(40)
Rahasia bank bukan mitos tak tertembus
The cause of the next global recession
Rumah Demokrasi
Pansus Century, Kemajuan Demokrasi
Kekuasaan yang Merapuh
Demokrasi Minus Moralitas
Assessment
Kasus Century, Kita Dapat Apa?
Kaji Ulang Pembangunan PLTN
Menunggu Sikap Elegan Istana
Meniscayakan Fakta Kasus Century
Pemandirian Teater Masyarakat
Century dan Pilkada
Persebaran Fasilitas Taman Kota
Menjaga Cagar Budaya di Tegal
Oleh CECEP DARMAWAN Rencananya, Selasa (2/3) ini...
Pengembangan Kambing Ettawa Solusi Mengatasi Kerus...
Menimbang Paripurna
The cause of the next global recession
Seandainya Kasus Century Identik dengan Gunung Api
Industrialisasi Politik dan Rekayasa Citra
Teladan Kepemimpinan dan Kejujuran
Ancaman Kinerja Pansus Century
Menonton Century, menonton sepak bola…
Boediono-Sri dalam spiral keheningan
Republik Kulkas
Senin, 1 Maret 2010 | Metro TV | Lampung Post | B...
Banjir dan Derita Publik
Koalisi Permanen
Remistifikasi Konflik Israel-Pelestina
Belajar ”Akrab” dengan Bencana
Longsor Ciwidey
Menjaga Cagar Budaya di Tegal
Membangkitkan Kembali Kereta Api
RUU Desa dan Peran Sipil
Ekonomi Syar’i sebagai Alternatif
Pendidikan yang Menggeli(sah)kan
Menghargai Kreativitas
Agenda Pasca-Pansus Century
Bencana dan Gagalnya Politik Tata Ruang
►
Februari
(303)
►
Feb 26
(10)
►
Feb 25
(3)
►
Feb 24
(14)
►
Feb 23
(18)
►
Feb 22
(26)
►
Feb 21
(16)
►
Feb 20
(4)
►
Feb 19
(14)
►
Feb 18
(15)
►
Feb 17
(18)
►
Feb 16
(20)
►
Feb 15
(4)
►
Feb 14
(33)
►
Feb 09
(3)
►
Feb 08
(15)
►
Feb 07
(5)
►
Feb 06
(14)
►
Feb 04
(16)
►
Feb 03
(17)
►
Feb 02
(17)
►
Feb 01
(21)
►
Januari
(401)
►
Jan 31
(9)
►
Jan 29
(17)
►
Jan 28
(16)
►
Jan 27
(24)
►
Jan 26
(13)
►
Jan 25
(18)
►
Jan 24
(12)
►
Jan 23
(3)
►
Jan 22
(12)
►
Jan 21
(15)
►
Jan 20
(16)
►
Jan 19
(18)
►
Jan 18
(17)
►
Jan 17
(14)
►
Jan 15
(13)
►
Jan 14
(14)
►
Jan 13
(20)
►
Jan 12
(17)
►
Jan 11
(23)
►
Jan 10
(1)
►
Jan 09
(3)
►
Jan 08
(13)
►
Jan 07
(16)
►
Jan 06
(15)
►
Jan 05
(15)
►
Jan 04
(20)
►
Jan 03
(11)
►
Jan 02
(3)
►
Jan 01
(13)
►
2009
(781)
►
Desember
(275)
►
Des 30
(14)
►
Des 29
(11)
►
Des 28
(13)
►
Des 27
(10)
►
Des 24
(1)
►
Des 23
(23)
►
Des 22
(1)
►
Des 21
(12)
►
Des 20
(7)
►
Des 18
(18)
►
Des 16
(17)
►
Des 15
(10)
►
Des 14
(12)
►
Des 13
(12)
►
Des 12
(1)
►
Des 11
(10)
►
Des 10
(12)
►
Des 09
(17)
►
Des 08
(15)
►
Des 07
(11)
►
Des 05
(2)
►
Des 04
(19)
►
Des 03
(16)
►
Des 01
(11)
►
November
(285)
►
Nov 30
(24)
►
Nov 28
(1)
►
Nov 27
(13)
►
Nov 25
(16)
►
Nov 24
(13)
►
Nov 23
(8)
►
Nov 22
(13)
►
Nov 20
(27)
►
Nov 18
(19)
►
Nov 17
(29)
►
Nov 16
(5)
►
Nov 15
(18)
►
Nov 14
(5)
►
Nov 13
(7)
►
Nov 12
(5)
►
Nov 11
(25)
►
Nov 10
(4)
►
Nov 09
(1)
►
Nov 08
(7)
►
Nov 07
(2)
►
Nov 06
(8)
►
Nov 05
(33)
►
Nov 03
(2)
►
Oktober
(140)
►
Okt 30
(11)
►
Okt 29
(20)
►
Okt 27
(16)
►
Okt 25
(11)
►
Okt 23
(26)
►
Okt 21
(12)
►
Okt 20
(11)
►
Okt 19
(1)
►
Okt 06
(5)
►
Okt 04
(8)
►
Okt 02
(16)
►
Okt 01
(3)
►
September
(81)
►
Sep 30
(12)
►
Sep 29
(6)
►
Sep 28
(11)
►
Sep 27
(14)
►
Sep 26
(7)
►
Sep 25
(31)