Setiap kali menjelang Natal dan Tahun Baru, atau Hari Raya Idul Fitri, kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi rutinitas. 
Momentum  hari raya tersebut selalu dimanfaatkan para  pedagang untuk meraup keuntungan. Akan halnya jelang Natal dan Tahun  Baru 2010 ini, gejala kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut sudah  mulai tampak. 
Gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok itu sudah  terjadi di sejumlah kota di Indonesia, terutama kota-kota besar. Di  Jakarta harga sembilan kebutuhan pokok (sembako) mulai bergerak naik  sejak awal pekan ini. Kenaikan harga paling tajam terjadi pada cabai  rawit yang kini harganya mencapai Rp 50.000 per kg, bahkan di beberapa  pasar dijual hingga Rp 52.000-55.000 per kg. Sementara itu, harga cabai  merah kini rata-rata di atas Rp 40.000 per kg, harga bawang merah naik  menjadi Rp 20.000 per kg, dan tomat Rp 10.000 per kg. Selain itu, harga  daging dan tepung terigu diperkirakan akan mengalami kenaikan jelang  akhir tahun ini, karena permintaan dipastikan akan mengalami  peningkatan. 
Barang kebutuhan pokok lainnya yang mengalami kenaikan  adalah beras yang rata-rata naik Rp 300 hingga Rp 1.000 per kg. Di  Lampung, misalnya, meskipun sudah mulai panen di sentra pangan, harga  beras di sejumlah pasar tradisional terus melonjak. Hal yang sama juga  terjadi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. 
Kenaikan harga beras  mencapai 20-25 persen. Misalnya, beras kualitas murah yang biasanya  dijual Rp 5.200 per kg naik menjadi Rp 5.500 hingga Rp 6.000 per kg.  Ketua Perpadi DKI Jakarta, Nelis Soekidi, mengatakan, pemerintah telah  melakukan operasi pasar (OP). Patokan harga beras jenis IR64 sekitar Rp  5.900. Di grosir, mungkin dijual dengan harga Rp 6.500 per kg. 
Kenaikan  harga sembako itu diperkirakan akan terus bergolak hingga akhir tahun  ini dan akan terus terjadi setiap tahunnya. Jika cuaca buruk juga  terjadi, sentimen harga sangat mudah dipermainkan oleh para pedagang.  Musibah bencana alam meletusnya Gunung Sinabung dan Gunung Merapi  beberapa waktu lalu membuat harga-harga kebutuhan pokok di beberapa  daerah melonjak. 
Dalam kondisi perubahan iklim di dunia seperti  sekarang, harga-harga kebutuhan pokok sangat rawan dipermainkan  spekulan. Terbukti ketika Indonesia berencana ekspor beras saja, harga  beras di dalam negeri langsung turun. Kemudian, beberapa waktu kemudian  Indonesia merencanakan impor beras untuk memperkuat stok pangan, lalu  harga beras di dalam negeri langsung naik.
Selain memanfaatkan faktor  cuaca,  momentum hari raya adalah salah satu momen yang selalu  dijadikan kesempatan para pedagang untuk mendulang keuntungan. Khusus  untuk mengatasi lonjakan harga kebutuhan pokok di hari raya, sebetulnya  ini bisa diantisipasi sejak jauh-jauh hari. Dengan demikian, upaya para  spekulan mempermainkan harga biasa dicegah. 
Kita berharap pemerintah  di tahun-tahun mendatang bisa membuat terobosan yang lebih konkret  dalam mencegah permainan para spekulan dengan memanfaatkan momentum hari  raya. Kita juga bukannya anti terhadap adanya perbaikan harga kebutuhan  pokok, apalagi kenaikan harga itu wajar. Namun sayangnya, kenaikan  harga kebutuhan pokok itu tidak dinikmati oleh para petani yang  sesungguhnya paling berhak menikmati kenaikan harga-harga tersebut. 
Selama  ini, pemerintah memang selalu memiliki kebijakan operasi pasar secara  rutin, namun sepertinya itu tidak mempan atau tidak efektif karena harga  biasanya sudah keburu melambung. Ibarat dalam sebuah kebakaran, jangan  sampai api sudah keburu besar, lalu pemadam kebakaran baru datang.
Opini Sinar Harapan 20 Desember 2010
19 Desember 2010
Antisipasi Kenaikan Harga Sembako
Thank You!