Seorang ibu rumah tangga selalu setia terhadap suaminya. Dia selalu menunggu kedatangan suaminya untuk pulang dari kantor untuk menyambutnya dengan cinta dan kasih sayang.
Suatu hari ibu itu ingin memasak makanan istimewa untuk suaminya. Dia menelepon ke kantor sang suami untuk menanyakan apa makanan yang diinginkan hari itu. Namun tidak ada jawaban. Sampai tiga kali ia menelepon suaminya. Kali yang terakhir yang menjawab justru seorang cewek. Wajah ibu itu menjadi merah padam. Namun, ia berusaha menahan kemarahannya. Ia mematikan teleponnya dengan sangat sabar dan hati-hati.
Sore harinya, saat sang suami pulang, ibu itu masih marah. Ia tidak mau menyambut suaminya dengan kasih sayang. Tidak ada ciuman pipi yang ia berikan untuk suaminya. Sang suami menjadi heran atas perubahan dalam diri istrinya. Namun ia tidak mau gegabah. Ia membiarkan suasana menjadi tenang.
Waktu makan malam, sang suami menanyakan kondisi istrinya. Menurutnya, ia punya hak untuk menanyakan hal itu. Jawaban istrinya sangat mengagetkan suaminya. Ia mengatakan bahwa ia mulai bosan hidup bersama suaminya itu. Apalagi suaminya sudah mulai kurang setia padanya.
Namun suaminya tidak putus asa. Ia tidak mau mengambil keputusan yang ceroboh. Ia mengajaknya untuk mendiskusikan hal itu. Ia pun menjelaskan alasan kemarahan istrinya. Menurut suaminya, cewek yang menjawab telepon istrinya adalah seorang sekretaris di kantornya. Jadi tidak ada alasan bagi istrinya untuk menuduhnya berselingkuh. Beberapa saat kemudian sang istri mulai sadar atas kesalahpahamannya. Ia pun meminta maaf dan berjanji untuk tetap setia pada suaminya.
Sahabat, salah paham selalu terjadi dalam hidup manusia. Ada berbagai alasan orang dapat salah paham. Salah satunya adalah orang hanya memasang telinganya sendiri untuk mendengarkan persoalan hidup. Orang tidak mau mendengarkan sesamanya. Padahal, kalau orang mampu mendengarkan orang lain, tidak perlu terjadi kesalahpahaman.
Untuk itu, orang mesti belajar untuk mengumpulkan informasi dari sumber yang benar. Tidak cukup orang hanya mendengarkan dari satu sumber. Orang perlu mendengarkan dari sumber-sumber lain. Kalau ini yang terjadi, hidup ini akan selalu harmonis. Orang akan mengalami suka cita dan damai dalam hidupnya, karena orang memiliki rasa percaya terhadap dirinya.
Untuk itu, orang mesti membangun saling percaya dalam hidup bersama. Hal ini akan membantu orang untuk menemukan makna hidup ini. Kalau orang menemukan makna hidup ini, orang akan mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Orang akan menemukan hidup itu sungguh-sungguh bernilai bagi diri dan sesama.
Sebagai orang beriman, membangun rasa saling percaya itu mesti dilandasi iman yang kokoh pada Tuhan. Orang yakin bahwa Tuhan selalu menjadi bagian dalam hidupnya, Tuhan senantiasa menemani perjalanan hidupnya. Tuhan selalu terlibat dalam hidupnya, sehingga hidup ini memiliki nilai yang tinggi. Tuhan memberkati.
OLEH: FRANS DE SALES, SCJ
Penulis adalah Imam yang bekerja di Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Palembang.
Opini Sinar Harapan 13 Desember 2010