SADAR terhadap perkembangan situasi dan kebutuhan untuk memberikan pertolongan dan pelayanan bagi para pejuang yang gugur maupun yang luka, pada tanggal 9 September 1945, dr. Djoendjoenan, Kepala Jawatan Kesehatan Kotapradja Bandung membentuk organisasi Palang Merah Bandung yang bersifat lokal. Pada waktu itu, Perhimpunan Palang Merah Indonesia yang bersifat nasional belum terbentuk. Jadi tidaklah heran jika pada namanya pun tidak tercantum kata "Indonesia". Dengan demikian, dapat dikatakan kelahiran Palang Merah Bandung lebih awal dari Perhimpunan Palang Merah Indonesia di Jawa Barat. Dari waktu ke waktu PMI Bandung terus berkembang, yaitu dengan dibentuknya Palang Merah Nasional Indonesia Daerah Priangan.
Kini, PMI berusia 65 tahun. Ada banyak suka dan duka yang dialaminya dalam upaya memberikan pertolongan sesuai dengan latar belakang didirikannya organisasi PMI, yaitu untuk meringankan penderitaan sesama manusia yang disebabkan oleh bencana dan kerentanan lainnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, golongan, dan pandangan politik.
Palang Merah Indonesia adalah organisasi berstatus badan hukum dan disahkan dengan Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 serta Keputusan Presiden RI No. 246 Tahun 1963 sebagai satu-satunya organisasi di Indonesia yang ditunjuk untuk menjalankan pekerjaan Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah menurut konvensi-konvensi Jenewa tahun 1949.
Sesuai dengan tugasnya, setiap ada bencana PMI ada di sana memberikan bantuan penanggulangan bencana baik di dalam maupun di luar negeri. Palang Merah Indonesia dengan Tim Satgana (Satuan Tugas Penanggulangan Bencana)-nya memberikan respons dalam setiap bencana; banjir, tanah longsor, kebakaran, gunung meletus, dll. PMI melaksanakan pertolongan pertama, mengadakan evakuasi pasien, penampungan darurat dengan mendirikan tenda-tenda dan melaksanakan dapur umum di penampungan. Ada juga kegiatan PMI dengan istilah RFL (Restoring Family Links) yang dulu dikenal TMS (Tracing Mailling Service), yakni menyatukan kembali orang-orang yang hilang, dan sudah lama terpisah akibat bencana, konflik, dll.
Sesuai dengan perkembangan zaman, PMI pun turut dalam penanganan kerentanan lainnya, antara lain membantu ODHA (orang dengan HIV-AIDS dengan mengadakan konseling bagi orang-orang yang terkena HIV-AIDS, mengadakan pelatihan PRS (Pendidikan Remaja Sebaya) bagi anggota Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah-sekolah.
Untuk program di desa, PMI mempunyai program CBFA (Community Based First Aids), yaitu dengan membuat drainase, pengadaan air bersih, fasilitas MCK (mandi cuci kakus), serta mendidik dan melatih masyarakat agar mengubah perilaku dan kebiasaan yang kurang baik dalam bidang kesehatan. Selain itu, PMI membentuk RKD (Relawan Kesehatan Desa), juga turut dalam ICBRR (Integrated Community Based Risk Reduction) atau pengurangan risiko berbasis masyarakat. Masyarakat dilatih dan dididik bagaimana mereka melakukan kegiatan di dalam upaya pengurangan risiko bencana antara lain dengan penanaman pohon bakau di pantai-pantai, membuat irigasi, penghijauan di gunung/bukit gundul, dll. Palang Merah Indonesia Provinsi Jawa Barat pun kini mempunyai gudang peralatan untuk Water and Sanitation (Watsan), yang apabila diperlukan dalam upaya mengadakan air bersih, tim Watsan siap dengan peralatan-peralatan yang dimiliki.
Bulan dana
Yang menjadi primadona bagi PMI, yaitu mengelola transfusi darah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980, PMI satu-satunya organisasi yang dipercaya pemerintah untuk mengelola masalah darah. Jawa Barat sudah memiliki 23 UTDC (Unit Transfusi Darah) yang berada di PMI kabupaten/kota se-Jawa Barat (ada 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat).
Untuk pendanaan, pemerintah membantu baik melalui APBD/hibah maupun dana-dana untuk kegiatan penanggulangan bencana. Meski demikian, sejak dahulu, PMI memang dikenal identik dengan bulan dana. Hal itu membuat masyarakat tidak asing lagi dengan istilah bulan dana. Istilah itu pun diakui oleh PMI karena memang semua kegiatan yang dilaksanakan sudah barang tentu memerlukan dana yang cukup besar.
Di samping gerakan bulan dana yang setiap tahun diadakan, PMI pun memiliki mitra dari palang merah internasional melalui negara-negara perhimpunan palang merah di negaranya. Mereka membantu PMI dengan beberapa programnya di Indonesia, sebut saja Program CBFA, CBRR, penanganan flu burung, Rumah Bambu, Watsan, dll.
Itulah PMI yang kita kenal. PMI adalah milik kita untuk kita. Selamat berulang tahun, semoga tetap jaya.***
Penulis, Wakil Sekretaris PMI Provinsi Jawa Barat.
Opini PIkiran Rakyat 17 September 2010
Opini PIkiran Rakyat 17 September 2010