Oleh : Hendy Yang
Liga Primer Indonesia (LPI) merupakan liga baru yang akan mewarnai sepak bola Indonesia di tahun 2011 mulai 8 Januari.
Liga yang digagaskan oleh Arifin Panigoro merupakan jawaban atas keprihatinan terhadap kondisi sepak bola beberapa tahun ini—terutama masalah kompetisi antar klub.
Memang, Indonesia telah menunjukkan peforma yang menanjak di piala AFF—belum terkalahkan di kandang. Alfred riedl mampu meracik pemain-pemain bangsa menjadi tangguh—segi mental dan teknik. Namun, penampilan tim Merah Putih di piala AFF ini tidak dapat menggambarkan secara umum bahwa kondisi sepak bola Indonesia telah baik.
Liga Primer Indonesia lahir menyoroti kompetisi Indonesia yang ada saat ini. Bisa dikatakan, kompetisi liga di Indonesia pun ada sangkut pautnya dengan Timnas yang "gagal panen" prestasi beberapa tahun ini. Liga Super Indonesia, contohnya. Setiap pemain dituntut membela negara dengan segenap hati di satu sisi. Sisi lainnya, mereka pun harus memikirkan karier mereka dalam klub karena dapat ditendang kapan saja.
LPI pun hadir sebagai jawaban. Liga ini menjunjung kompetisi yang bersih. LPI yang mengeluarkan dana sekitar 800 miliar—tiga kali lipat dibanding pengeluaran Djarum di LSI—memberikan modal awal kepada setiap klub agar dapat membangun klub tanpa tergantung dana (APBD). Setelah itu, LPI membagi pembagian pendapatan secara transparan dan bertanggung jawab kepada klub peserta—bandingkan dengan klub-klub di LSI yang tidak mendapat apa-apa dari hak siar.
Dengan pembagian seperti itu, klub peserta LPI diharapkan lebih berkonsentrasi memperhatikan dan mengembangkan kualitas pemainnya untuk bersaing secara professional. Persaingan antar atlet pun dapat semakin ketat—dari bayaran hingga tempat pemain utama—sehingga memacu mereka untuk terus meningkatkan kualitas.
Pemain amatir berusaha menyaingi pemain senior. Pemain senior berupaya menunjukkan diri sebagai pemain professional. Pemain lokal tidak mau begitu saja menyerahkan posisi tim inti pada pemain asing. Pemain asing pun terus berpacu karena mereka sudah jauh-jauh datang ke Indonesia dan takut terdepak pulang. Akhirnya, semua pemain terus berpacu menjadi yang terbaik dalam klub. Negara pemilik pemain tersebut memiliki keuntungan karena memiliki banyak pemain profesional.
Buntutnya, persaingan antar klub di setiap pertandingan akan semakin berkualitas dan seru. Namun, tentu saja dengan menjunjung semangat fairplay yang begitu dijunjung dalam kompetisi ini. Ujung-ujungnya, Indonesia akan punya banyak pemain berkualitas dan fairplay. Tim Nasional pun akan terisi oleh mereka yang telah terdidik dengan baik dalam klub dan kompetisi LPI. Prestasi pun akan membanjiri Indonesia suatu saat nanti.
Menurut, Arya Abhiseka—perumus dan manajer LPI, konsep LPI—yang merupakan kompetitor kompetisi lokal yang muncul karena ketidakpuasan atas pengelolaan kompetisi—terutama soal pembagian keuntungan—telah dilakukan dulunya diberbagai negara, seperti: MLS di AS, Serie-A di Italia, La Liga di Spanyol. Dan, sepak bola nasional mereka memang terangkat seperti yang kita saksikan kini.
Karena itu, sungguh sayang berpuluh, beratus, beribu, dan berjuta sayang, bila PSSI masih enggan mengakui kompetisi ini karena gengsi atau permainan politik. Timnas Indonesia mendapat rugi pemain-pemain profesional dan berkualitas. Masyarakat Indonesia harus kembali menahan dahaga akan prestasi di sepak bola.
Aneh bin ajaib, PSSI lembaga sepak bola, tidak menginginkan adanya pihak lain yang ingin turut mengembangkan sepak bola di tanah air sendiri. Padahal, liga tandingan ini tak akan muncul bila PSSI mau bersikap bijak dan professional mengurusi kompetisi yang sudah ada. Harusnya, PSSI berterima kasih atas kepedulian Pak Arifin Panigoro pada sepak bola dan mau membolongkan kantongnya demi membangunnya.
Akhir kalimat, kita pun berharap pada LPI sesuai dengan roh kompetisi yang diusungnya mampu membentuk pemain-pemain yang berkualitas yang mengangkat Tim Nasional membanjiri Indonesia dengan prestasi. Terlebih lagi berharap kepada PSSI agar mau membuka mata pada kompetisi ini sehingga kompetisi ini benar-benar bermanfaat bagi sepak bola Indonesia.***
Penulis adalah praktisi media
Opin Analisa Daily 5 Januari 2011