Negara dengan basis ekonomi pertanian akan memiliki kinerja perekonomian  yang berbeda jika didukung sistem pembayaran yang berbeda. Semakin  canggih sistem pembayaran dalam menopang kegiatan usaha di bidang  pertanian semakin tinggi kinerja sektor perekonomian dalam menopang  perekonomian nasional.  
Sementara itu, systematic risk berpotensi merusak sistem pembayaran  yang pada gilirannya menghantam sektor riil. Jorion, P, Financial Risk  Manager Handbook (GARP), Wiley, 2007, p 635. mengatakan, "Systemic risk  can manifest itself in at least two ways: first, a run by depositors and  financing stop by investors vis-à-vis financial institutions, and  second, interruptions in the payment system; and can have its causes in  many areas such as such as deteriation in asset quality after a credit  boom, maturity and currency mismatches, or also failures of a payment or  settlement system."  
Salah satu contohnya keberhasilan meredam systematic risk terhadap  sistem pembayaran berbasis pertanian adalah Australia. Keunggulan daya  saing dalam sector pertanian karena secara relatif negara tersebut  memiliki sumber daya yang berlimpah pada sektor pertanian akan  terdistorsi kerika risiko sistemis terjadi. Sistem pertanian di  Australia ditopang sistem pembayaran yang memang berkarakter usaha  pertanian.  
Berbeda misalnya dengan negara Afrika yang juga bergantung pada  sistem produksi pertanian, tetapi tidak memiliki sistem pembayaran yang  memadai. Sistem pembayaran yang beroreintasi pertanian tidak hanya  efektif dalam menyalurkan uang beredar kepada sektor pertanian, tetapi  juga efektif dalam meningkatkan velocity of money dari sektor tersebut.  Semakin tinggi peningkatan velocity of money di sektor pertanian,  pertumbuhan produktivitas sektor pertanian secara relatif juga menjadi  lebih tinggi ketimbang sektor-sektor lainnya. Sistem pembayaran yang  bersifat large value dan ritel diarahkan untuk menopang kelancaran usaha  sektor pertanian.  
Perekonomian Australia sebetulnya lebih mengarah ke sektor primer,  termasuk pertanian. Dengan demikian, jumlah tenaga kerja yang secara  relatif bekerja di sektor pertanian juga mendapatkan kapital yang  mencukupi untuk meningkatkan produktivitasnya. Pengangguran terselubung  di sektor pertanian akan dapat dikurangi jika sistem pembayaran mengarah  secara efektif pada sektor ini sehingga pertumbuhan uang beredar lebih  mengarah ke sektor ini ketimbang sektor-sektor yang berpotensi  menimbulkan bubble ekonomi.  
Lihat misalnya kebijakan bank sentral Australia yang cenderung  konservatif dengan terus konsisten menaikkan tingkat suku bunga. Langkah  bank sentral Australia itu sangat berbeda dengan langkah yang dilakukan   Fed, Bank of Japan, dan European Central Bank. Hal itu bukan hanya  masalah menghindari inflasi tinggi, melainkan lebih dari itu karena  struktur perekonomian Australia yang berbeda. Australia tidak memiliki  jangkar ekspektasi akan mengalami penurunan daya saing dengan  peningkatan tingkat suku bunga karena produk-produk ekspor Australia  merupakan produk-produk yang Marshall-Lerner elasticity-nya dari impor  dan ekspornya di bawah satu. Dengan kata lain, sistem pembayaran  Australia tidak saja bersifat technology led growth, tetapi juga  innovation led growth.  
Efisiensi dari sistem pembayaran Australia dapat terlihat ketika  krisis ekonomi menghantam dunia pada 2008 yang lalu dengan nilai  transaksi RTGS harian meningkat sebesar hanya 45% dan nilainya meningkat  sebesar 1,05 kali. Itu kemudian berangsur-angsur mengalami penurunan.  Kapasitas peak dari sistem pembayaran didesain tidak melebihi 80%.  Volume rata-rata transaksi harian dalam periode jangka panjang,  menengah, dan pendek juga terus memperlihatkan tren yang meningkat.  Sehingga velocity of money tetap dapat dipertahankan pada periode krisis  ekonomi sekalipun. Secara nilai adalah nilai transaksi di bawah US$1  juta yang nilai rata-rata hariannya terus mengalami kenaikan.  
Sesuai dengan yang dikemukakan  Irving Fisher pada 1920-an saat ia  mengamati kondisi krisis pada 1800-an bahwa ancaman keamanan dari sistem  keuangan akan berkorelasi dengan konjungtur riil perekonomian.  Peningkatan utang, resesi, dan deflasi merupakan sumber dari munculnya  masalah keamanan di dalam perekonomian. Orientasi utamanya adalah  menyelamatkan sektor primer, termasuk pertanian yang menjadi motor utama  perekonomian dari ancaman stagflasi. Harga komoditas terus membubung  tinggi akibat permintaan konsumsi, industri, dan investasi dari pasar  internasional. Dengan sistem pembayaran yang berorientasi pada sektor  pertanian, velocity of money akan banyak berpengaruh dalam kebijakan  moneter. Velocity of money akan dapat dipertahankan melalui liquidity  saving dari sistem pembayaran berdasarkan harga cost of capital riil  yang relatif rendah.  
Artinya krisis ekonomi 2008 tidak mengganggu program likuiditas  saving dari sistem pembayaran. Dengan kata lain, teknologi likuiditas  saving-nya bersifat bias terhadap kemajuan teknologi dan netral terhadap  krisis ekonomi. Dengan demikian given system pembayaran yang ada,  kebijakan nilai tukar dan moneter di Australia terjangkar oleh kebijakan  velocity of money. Padahal dalam era globalisasi inilah kebijakan itu  termasuk yang teramat sulit. Perancang makroekonomi sangat yakin bahwa  debt deflation tidak akan terjadi. Di sinilah kecerdikan Australia dalam  mendesain sistem perekonomian dengan arsitektur sistem keuangan yang  koheren dengan struktur perekonomian mereka.  
Banyak negara salah dalam mendesain sistem pembayaran mereka yang  tidak melihat kesesuaian dengan struktur perekonomian mereka.  Perekonomian yang sehat adalah perekonomian yang terus-menerus mampu  mengembangkan sistem pembayaran dengan dasar perkembangan driving  forces-nya dengan mengontrol multiplier dari monetary base-nya. Dalam  konteks Australia adalah sektor primer, khususnya pertanian. Australia  secara system payment merupakan sebuah contoh state of the art dari  sistem pembayaran di Asia Pasifik. Sistem itu dengan saksama  mengutamakan keamanan dalam konteks efisiensi perekonomian dalam  mendukung sektor pertanian. Sistem pembayaran di Australia telah  mendesainkan diri menjadi salah satu sistem yang akan compatible dengan  sistem-sistem pembayaran lainnya di Asia Pasifik yang menjadi sasaran  ekspor produk pertanian mereka.  
Orientasi keamanan menjadikan sistem Australia sebagai sistem yang  sangat mungkin diadopsi negara-negara Asia Pasifik. Jika China ragu-ragu  atau bahkan terkesan takut dalam menggunakan kebijakan moneter,  Australia terlihat sangat percaya diri. Kehebatan sistem pembayaran  Australia adalah menciptakan sistem perundang-undangan yang kompatibel  dengan berbagai yurisdiksi hukum. Sistem ini dibuat sangat transparan  sehingga setiap peserta dalam sistem pembayaran mengetahui dampak risiko  sistem tersebut bagi setiap peserta. Ibaratnya sistem pembayaran  Australia memberikan panel-panel informasi penting bagi para peserta  sistem pembayaran dengan biaya yang relatif murah dan transparan dalam  rangka mendukung velocity of money yang terukur. Sistem ini juga sangat  transparan dalam menggambarkan risiko kredit dan risiko likuiditas,  selain menggambarkan dengan jelas tanggung jawab dari operator dan tiap  peserta beserta potensi risiko yang akan ditimbulkannya.  
Dengan demikian, sektor pertanian tidak menanggung risiko yang  berlebihan dalam konteks sistem pembayaran. Moto sistem pembayaran  Australia yang berbasis sektor pertanian adalah provide a means of  making payments which is practical for its users and efficient for the  economy. Itulah esensi persaingan sistem pembayaran di dunia saat ini  yang mendukung keunggulan kompetitif khususnya sektor pertanian.  'Velocity corrected' money supply growth tampaknya akan menjadi  kebijakan ekonomi negara berbasis pertanian pada 2011 ini.  
Oleh Achmad Deni Daruri, President Director Center for  Banking Crisis
Opini Media Indonesia 5 Januari 2010 
04 Januari 2011
Sektor Pertanian dan Sistem Pembayaran
Thank You!