18 Februari 2011

» Home » AnalisaDaily » Opini » Rasa Kebangsaan Bangkit, Ketika Bangsa Dilecehkan

Rasa Kebangsaan Bangkit, Ketika Bangsa Dilecehkan

Oleh : Yusrin
New7Wonders sebagai penyelenggara pemilihan tujuh keajaiban dunia, mengancam akan menghapus Pulau Komodo dari dua puluh delapan nominator, menyusul penolakan Indonesia sebagai tuan rumah.
Pengumuman tujuh besar atau deklarasi New7Wonders akan dilaksanakan pada tanggal 11 November 2011. Pada awalnya, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) merasa tertarik menjadi tuan rumah. Namun, disebabkan oleh biaya penyelenggara yang terlalu tinggi akhirnya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik membatalkan niat tersebut. Yayasan New7Wonders membebankan biaya 10 ribu dollar US $10 juta untuk commitmen fee dan US $35 juta untuk biaya pelaksanaan sebagai tuan rumah. Dengan demikian Indonesia diharuskan mengeluarkan biaya US $45 juta atau setara Rp 400 milyar.
Penolakan Indonesia menjadi tuan rumah, berbuah ancaman pencoretan Pulau Komodo sebagai salah satu nominator. Tetapi Menbudpar Jero wacik tidak surut dan takut terhadap ancaman tersebut, bahkan tindakan Jero wacik dapat dimaknai sebagai mempertahankan marwah dan harga diri bangsa. Bahwa kita, Bangsa dan Negara Indonesia tidak takut dan surut terhadap ancaman sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bermarkas di Swiss.
Ancaman New7Wonders dirasakan sangat melecehkan martabat bangsa Indonesia. Oleh karena itu, muncul perlawanan dari dunia maya, di jejaring sosial baik twitter maupun facebook yang menentang ancaman New7Wonders tersebut. Akibat tekanan dan perlawanan yang demikian besar dari masyarakat Indonesia, maka akhirnya New7Wonders tidak jagi mencoret Indonesia dari daftar dua puluh delapan nominator. Meskipun mencoret Indonesia menjadi official supporting committe Komodo. Kemenbudpar melalui kuasa hukumnya Todung Mulya Lubis sedang memperkarakan pencoretan tersebut.
Bangkitnya Rasa Kebangsaan
Ketika bangsa dan negara kita dilecehkan, ketika itu pula memicu bangkitnya rasa kebangsaan dari berbagai elemen masyarakat. Rasa Kebangsaan ini muncul demi mempertahankan harga dan martabat bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa berbagai elemen masyarakat masih sangat mencintai bangsa dan negara kita, Indonesia tercinta. Kendati negara acap kali absen dan abai dalam berbagai peristiwa yang membutuhkan kehadirannya.
Kebangkitan rasa kebangsaan ini memberikan angin segar di tengah karut-marutnya persoalan dan problematika politik yang mendera dan menyandera bangsa dan negara kita. Berbagai persoalan yang timbul akhir-akhir ini, seakan-akan menyatakan ketidakberdayaan negara dalam mengatasi berbagai masalah. Negara ada, tetapi wibawa dan kekuasaan seperti tidak ada.
Momentum kebangkitan rasa kebangsaan dan nasionalisme harus dipelihara dan dijadikan satu energi baru untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa. Pemimpin di negeri ini harus bersatu-menyerap energi rasa kebangsaan dan nasionalisme-untuk menyatakan memberatas korupsi sampai ke akar-akarnya. Karena korupsi adalah bukan kejahatan biasa, korupsi adalah kejahatan luar biasa yang merupakan akar yang memiskinkan masyarakat dan rakyat Indonesia.
Seharusnya pemimpin di negara ini dan seluruh lembaga-lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, yudikatif merasa malu seandainya tidak dapat mengambil hikmah kebangkitan rasa kebangsaan dan nasionalisme dari masyarakat Indonesia yang membela dan mempertahakan marwah bangsa dan negara, ketika ada sebuah LSM yang melecehkan kita.
Kebangkitan rasa nasionalisme dan kebangsaan juga terjadi manakala timnas Indonesia berhasil masuk final Piala Suzuki AFF beberapa waktu yang lalu. Ketika itu, berbagai elemen masyarakat pecinta sepakbola menyatakan kecintaan terhadap timnas Indonesia. Prestasi ini adalah sebuah oase penyejuk ditengah dahaga akan kebanggaan kolektif. Rakyat sudah terlalu lelah dan dahaga melihat dagelan politik yang dipertunjukkan oleh aktor-aktor politik. Rakyat ingin beristirahat sejenak untuk meminum secangkir es cendol sambil memandang pohon-pohon akasia atau trembesi yang rindang. Rakyat sudah muak dengan segala opera sabun yang bertele-tele, tetapi tidak berakhir-akhir.
Opera Sabun Gayus Tambunan yang memorakporandakan seluruh penegakan hukum di Indonesia. Opera yang bertele-tele, yang belum mengungkap berbagai misteri utama dalam kasus Gayus. Setelah mendapat desakan yang mahahebat dari masyarakat, barulah kasus ini perlahan-lahan mulai ditangani KPK.
Kemudian, kita juga dipertunjukkan Opera Sabun berikutnya, berupa penyanderaan KPK oleh DPR berupa penolakan Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah dalam rapat kerja komisi III DPR. Tindakan Komisi III DPR ini, ditengarai merupakan tindakan balas dendam karena KPK menahan 19 politisi dalam kasus cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Gultom.
Hentikan semuanya politisasi, dagelan politik, yang hanya menguntungkan sekelompok orang saja. Mari kita gunakan energi bangsa untuk memulihkan dan mencegah terjadinya negara gagal.
Berkaca dari kebangkitan rasa kebangsaan dan nasionalisme, mari kita juga bangkit memberantas dan membereskan segala persoalan bangsa dan negara ini. Negara dan bangsa kita ini, ditengarai adalah bangsa yang berbeban berat dan letih lesu. Dalam sebuah nats kitab suci, dikatakan barangsiapa yang berbeban berat dan letih lesu, datanglah kepadaKu (Tuhan), Aku (Tuhan) akan memberikan kelegaan kepadamu.
Ciri-ciri ini sejatinya telah tampak dengan tampilnya tokoh-tokoh lintas agama yang mengungkap "kebohongan-kebohongan" pemerintah. Tampilnya tokoh-tokoh agama ini, yang biasanya berada di dunia "sakral" dan menuju ke dunia profan, sesungguhnya adalah suatu peringatan yang harus direspon dengan positif dengan tindakan perbaikan. Bukan menuduh para tokoh lintas agama ini melakukaan tindakan politik seperti serangan yang dilakukan oleh Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang mengatakan tokoh lintas agama sebagai gagak hitam pemakan bangkai yang nampak seperti merpati berbulu putih.
Menguntungan Indonesia
Secara tidak langsung, Indonesia sesungguhnya diuntungkan dengan peristiwa ancaman pencoretan Pulau Komodo sebagai salah satu nominator New7Wonders dan dicoretnya Kemenbudpar sebagai official supporting committee Komodo.
Perselisihan Kemenbudpar dengan New7Wonders, menaikkan popularitas Pulau Komodo sebagai salah satu dari dua puluh delapan nominator. Tingkat elektabilitas atau tingkat "vote" Pulau Komodo semakin tinggi karena semakin banyak masyarakat baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat International yang tertarik dengan kasus ini dan menjadi tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut tentang keistimewaan Pulau Komodo ini. Pulau Komodo terletak di Nusa Tenggara Timur dan dihuni oleh sekitar 1300 Komodo. Pulau ini ditengarai sebagai satu-satunya pulau yang memiliki komodo sebanyak itu.
Kita berharap dengan peristiwa ini, Pulau Komodo semakin terkenal dan mudah-mudahan lebih banyak turis-turis mancanegara yang datang ke Indonesia sehingga menaikkan jumlah wisatawan dan devisa yang diperoleh Indonesia. Dan tentu kita juga berharap Pulau Komodo dapat terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia baru atau New7Wonders.
Tindakan Menbudpar Jero wacik juga patut diapresiasi karena telah bertindak tegas untuk menolak ditekan, diancam atau diultimatum sehingga harkat dan martabat bangsa dapat dipertahankan. Terpilih atau pun tidak, bukan sesuatu yang mutlak dapat meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Tetapi, marwah bangsa adalah diatas segalanya. Bangsa yang tidak bermarwah adalah bangsa yang kehilangan jati diri, kredibilitas dan kepercayaan publik.***
Penulis adalah pemerhati masalah Sosial Politik
Opini Analisa Daily 18 Februari 2011