Oleh : Fadmin Prihatin Malau Banyak yang tidak mengetahui bahwa 365 hari dalam satu tahun ada satu hari diperingati sebagai hari Pembantu Rumah Tangga (PRT) yakni pada 15 February. Hari PRT ini bermula dari 26 organisasi non pemerintah (NGO) yang tergabung dalam Jaringan Nasional Advokasi Pembantu Rumah Tangga (JALA PRT) mendeklarasikan 15 Februari sebagai Hari Pekerja Rumah Tangga (HPRT) untuk menghargai dan melidungi hak-hak PRT, memperjuangkan, memberikan perlindungan hukum serta kesetaraan dengan pekerja lainnya. Mengapa 15 Februari dipilih sebagai HPRT, karena pada tanggal itu Sunarsih seorang pembantu rumah tangga di Surabaya tewas di tangan majikannya. Sangat disayangkan peristiwa itu dan merupakan kegagalan negara, masyarakat yang belum (tidak) mampu melindungi warga negara, memberikan perlindungan hukum terhadap profesi PRT. Berdasarkan data dari Migrant Care jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah pada tahun 2008 sebanyak 45.626 orang, tahun 2009 sebanyak 44.569 dan tahun 2010 dari Januari sampai dengan Oktober mencapai 25.064 orang dan yang bermasalah di Arab Saudi 48,29 sampai dengan 54,10 persen yang meliputi masalah gaji tidak dibayar, kekerasan seksual, dianiaya sampai tewas dan cacat fisik (harian Kompas, 30 November 2010) Menyedihkan, memprihatinkan karena untuk bekerja saja harus bertarung dengan nyawa. Pada hal peran pramuwisma atau pembantu rumah tangga sangat luar biasa. Pernahkah kita (Anda) memikirkan peran PRT itu sebenarnya? Tanpa memikirkan terkadang fakta menunjukkan ketika menjelang lebaran, ketika para PRT mudik sangat dirasakan dampaknya. Banyak yang kerepotan dalam mengurus rumah. Fakta ini adalah fakta fisik, belum lagi fakta non fisik seperti peran PRT dalam pendidikan anak. Faktanya kehadiran PRT dalam rumah tangga tidak sederhana karena PRT pasti turut berperan dalam pendidikan anak-anak sebab keluarga merupakan satu unit sosial untuk masa depan bangsa. Peran PRT atau pramuwisma dalam pendidikan anak sangat strategis. Ekonomi Kapitalis Kehadiran sistem ekonomi kapitalis cenderung membuat orang berpikir materialistis, realistis dan melahirkan kompetisi untuk mengkultuskan uang atau making money. Akibatnya semua berfokus kepada uang maka kini banyak keluarga menilai keberhasilan keluarga itu ditentukan dengan jumlah uang (kekayaan) yang diperoleh. Uang memang satu faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi harus diingat uang bukan segalanya. Sistem ekonomi kapitalis yang bermuara kepada uang adalah segalanya maka kehadiran PRT juga diukur dengan uang dan PRT bekerja untuk uang serta majikan juga berhitung dengan uang kepada PRT atau pramuwisma yang dipekerjakannya. Tegasnya kehadiran PRT karena perhitungan ekonomi. Artinya peran seorang ibu di rumah tangga digantikan dengan PRT agar Si ibu dapat mencari uang dalam membantu, menambah pendapatan keluarga. Tidak mungkin seorang ibu mau mengeluarkan uang atau menggaji PRT lebih besar dari uang yang diperoleh Si ibu yang bekerja dalam menambah pendapatan keluarga. Fenomena ini jelas satu kondisi dari dampak sistem ekonomi kapitalis yang berpedoman kepada ekonomi pasar. Wajar saja jika kehadiran PRT dihargai sangat rendah, gajinya kecil karena berpedoman kepada ekonomi pasar. Begitu juga dengan di luar negeri karena kehadiran PRT dini lai sebagai fakta fisik bukan fakta non fisik. Bagian dari Keluarga Kehadiran PRT pada dasarnya bagian dari keluarga, tidak bisa fakta fisik, harus non fisik, tidak bisa dilihat dari segi ekonomi pasar tetapi harus dilihat dari ekonomi kekeluargaan hal itu karena mempunyai efek besar terhadap pendidikan anak-anak dan keluarga itu sendiri. PRT atau pramuwisma adalah asisten atau pembantu para ibu rumah tangga dalam memberhasilkan keluarga itu secara total. PRT atau para pramuwisma memainkan peran yang sangat strategis dalam pendidikan anak-anak dan keberhasilan keluarga karena 80% waktunya dihabiskan dalam aktivitas rumah tangga. Anggapan yang keliru atau salah bila menilai PRT atau pramuwisma itu hanya petugas cleaning service, cooker dan babysitter. Secara fakta fisik memang benar. Namun secara fakta non fisik PRT berperan mendidik anak sehingga tidak boleh dianggap ringan, remeh. PRT sudah menjadi mitra pendidikan anak, baik langsung atau tidak langsung sudah menjadi guru dan merupakan ibu kedua dari anak-anak. Akan menjadi aneh bila PRT diperlakukan tidak manusiawi oleh para majikannya mengingat kehadiran PRT sangat strategis dalam kehidupan keluarga, kelangsungan keluarga dan masa depan dari keluarga itu sendiri. Jelas dan tegas kehadiran PRT tidak bisa dilihat dengan sederhana tetapi harus total karena faktanya memang mengharuskan total. Fakta ini pula yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan Penetapan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Seharusnya tanpa ada UU No. 39 Tahun 2004 ini juga para PRT bukan saja dilindungi tetapi sudah bagian dari keluarga itu sendiri.*** Penulis pemerhati masalah sosial, budaya dan ekonomi, mantan aktivits Humaniora Medan. Opini Analisa Daily 18 Februari 2011 |
18 Februari 2011
PRT Bagian dari Keluarga
Thank You!