"Assessment is the strongest medium there is for telling students, parents, school, campus, and the community what teachers care about in education."(John Saphier)
Untuk mewujudkan tingkat keberhasilan sebuah program pengajaran dan pembelajaran, maka salah satu siklus manajerialnya adalah melakukan pengendalian dan evaluasi. Pengendalian adalah proses memantau terhadap kemajuan dan atau perkembangan yang telah dicapai atas hasil proses belajar mengajar. Kegiatan ini dapat memantau kemajuan, perubahan, kendala, dan dukungan yang diperoleh dari sebuah proses belajar mengajar, yang tujuannya untuk memastikan bahwa proses transfer pengetahuan dan keterampilan berjalan sesuai dengan tujuan (objectives) yang diinginkan.
Inovasi model pembelajaran yang berkembang sangat pesat dalam dua dekade membuat evaluasi dianggap kurang cukup mampu memberikan bukti bahwa sebuah proses pembelajaran dapat memuaskan semua stakeholders di bidang pendidikan. Sasaran evaluasi kebanyakan hanya untuk kepentingan dua pihak; biasanya siswa dengan guru, atau mahasiswa dengan dosen. Evaluasi tak merekam bagaimana tingkat kepuasan yang dirasakan di luar mereka berdua, seperti orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Karena itu, kemudian para ahli pendidikan menilai bahwa sebuah proses belajar mengajar harus diperluas basis evaluasinya dan bersepakat menggunakan istilah assessment for learning.
Di banyak negara, assessment sangat berpengaruh terhadap apa yang diajarkan guru/dosen di kelas, bagaimana cara mengajarkannya, berapa lama waktu dibutuhkan dalam suatu bahasan topik, serta kegiatan apa yang harus dilakukan dalam keseharian siswa/mahasiswa ketika mengikuti proses belajar. Dalam sebuah proses assessment mahasiswa bukan hanya diinginkan sekadar duduk manis mendengarkan ceramah, tetapi guru/dosen berkepentingan juga untuk membuat mahasiswanya senang dengan model instructional strategies yang digunakan, sehingga mereka menjadi lebih fokus dan termotivasi dalam mengikuti kuliah. Artinya, assessment merupakan media yang sangat andal dan kuat untuk mengatakan kepada siswa/mahasiswa, orang tua mereka, lembaga, dan masyarakat secara luas tentang apa yang guru/dosen pedulikan tentang pendidikan.
Ada dua alasan mengapa cakupan assessment menjadi lebih luas dan lebih longgar bagi guru/dosen untuk meningkatkan kreativitas dalam proses belajar mengajar. Pertama, assessment menggunakan banyak media dan pendekatan dalam perkuliahan. Contohnya pendekatan authentic assessment yang bertujuan memberikan penilaian dengan cara meminta para siswa/mahasiswa untuk melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia nyata sebagai aplikasi dari pengetahuan dan kecakapan yang mereka kuasai. Hal ini dilakukan agar pendidikan tidak antirealitas.
Kedua, assessment memungkinkan seorang guru/dosen menggunakan lebih banyak model of instructional strategies dalam kegiatan perkuliahan mereka. Dengan dasar dua kelebihan di atas, maka assessment merupakan bagian yang sangat strategis dalam siklus pengembangan kurikulum. Karena, menurut sebuah survei, assessment berpengaruh hingga 74% terhadap capaian pendekatan dalam belajar mengajar.
Sebuah assessment yang berkarakter biasanya merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dan lainnya. Karena itu, karakter assessment yang baik dan patut dipertimbangkan untuk dicoba aplikasikan dalam skema pengembangan kurikulum adalah (1) berbasis tujuan pembelajaran yang signifikan dan terukur; (2) menyediakan kriteria keberhasilan dengan model yang disepakati bersama; (3) memberikan penugasan yang menggunakan pendekatan berbasis pengalaman aktual; (4) melibatkan siswa/mahasiswa secara intensif dalam melakukan self-assessment, kritik yang terbuka dan merumuskan tujuan pembelajaran; (5) menggunakan beragam pengertian dalam mengumpulkan data; (6) memiliki catatan yang lengkap, terstruktur dan diketahui bersama; (7) assessment memenuhi kriteria yang diinginkan siswa/mahasiswa; serta (8) menggunakan sistem pelaporan yang informatif dan terjadwal.
Karena itu, penting bagi para guru/dosen untuk mendiskusikan delapan karakteristik assessment di atas dalam sebuah skema team teaching. Dengan mendiskusikannya, guru/dosen sesungguhnya sedang terlibat untuk mempertimbangkan bentuk assessment apa yang ingin diterapkan dalam proses belajar mengajar, serta sedang berupaya untuk meningkatkan citra, reputasi, dan kualitas seorang guru/dosen. Selamat mencoba!
Ahmad Baedowi
Opini Media Indonesia 02 Maret 2010