Dasawarsa terakhir menghadirkan banyak tantangan bagi kaum muslim di Inggris. Setelah serangan 11 September di New York dan 7 Juli di London, para penganut agama terbesar kedua di dunia ini menjadi sorotan tajam media.
Situasinya memang tampak suram, namun masih ada secercah harapan.
Pusat perhatian komunitas muslim di Inggris adalah pada pemulihan, pembangunan dan keterlibatan lebih dibandingkan sebelumnya, apalagi saat proyek-proyek komunitas lokal dan akar rumput bermunculan di seluruh negeri.
Sembilan tahun setelah serangan di Amerika Serikat dan lima tahun setelah bom London, sudahkah situasi muslim Inggris membaik? Sulit untuk menjawabnya dengan tepat, tapi jajak pendapat YouGov pada akhir Mei 2010 mengungkap bahwa satu dari dua orang Inggris mengasosiasikan Islam dengan ekstremisme dan terorisme.
Hanya enam persen yang berpendapat Islam menyerukan keadilan. Enam puluh tujuh persen berpendapat bahwa Islam mengekang perempuan dan 41 persen “tidak setuju” atau “sangat tidak setuju” dengan pemikiran bahwa kaum muslim punya pengaruh positif pada masyarakat Inggris.
Jajak pendapat ini adalah atas permintaan sebuah lembaga amal baru, Exploring Islam Foundation (EIF), yang didirikan oleh sekelompok profesional muda muslim Inggris yang sangat peduli dengan persepsi masyarakat tentang agama mereka.
Yayasan ini, yang bertujuan melawan miskonsepsi tentang Islam dan meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai universal dan kontribusi Islam, berupaya melanjutkan upaya-upaya lokal yang lebih dulu sukses dari berbagai organisasi Islam dan kaum muslim.
Lembaga ini memandang, sekaranglah saatnya pengarusutamaan Islam di mata masyarakat. EIF meluncurkan kampanye media pertamanya, Inspired by Muhammad (Terinspirasi oleh Nabi Muhammad), pada Juni 2010.
Prakarsa kehumasan yang berani ini terutama menampilkan kampanye yang mencakup tiga isu yang diperjuangkan oleh Nabi Muhammad: hak-hak perempuan, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan hidup. Gambar-gambar muslim yang terkait dengan masing-masing nilai itu ditempatkan di berbagai sarana lalu lintas London: di stasiun kereta bawah tanah, di halte-halte bus, dan di lampu-lampu taksi yang sudah menjadi ikon kota itu.
Inspired by Muhammad menyedot perhatian yang besar di tingkat nasional maupun internasional. Kampanye ini diliput oleh ratusan media dari Timur Tengah hingga Meksiko, dari New York hingga Selandia Baru dan berhasil menjangkau berjuta-juta orang.
Nilai sejati Islam
Situsnya menerima 200.000 kunjungan hanya dalam satu malam setelah diluncurkan, dan pengunjungnya pun berasal dari 60 lebih negara. Kampanye ini dibahas di blog-blog, Twitter dan berbagai situs jejaring sosial.
Email-email pun membanjir, terutama dari orang-orang muslim yang menyatakan kebanggaan mereka pada sebuah kampanye yang mereka anggap mewakili nilai-nilai sejati Islam. Inspired by Muhammad adalah upaya yang berperan penting bagi tumbuhnya kepercayaan diri menjadi bagian dari identitas muslim Inggris.
Respons media arus utama pun sangat positif. Kampanye itu bahkan menjadi konten acara televisi seperti The Big Questions di BBC, yang mengangkat tema Does Islam Need Better PR? (Apakah Islam Butuh Kehumasan yang Lebih Baik?).
Para peserta acara ini, termasuk penyair Benjamin Zephaniah dan redaktur senior New Statesmen, Mehdi Hasan, memuji kampanye tersebut sebagai contoh gemilang kehumasan bagi Islam. Di tingkat individu, meski ada sejumlah blog yang menggunakan kesempatan itu justru untuk mengekspresikan sentimen antimuslim, banyak pula yang mendukung EIF: Saya seorang nonmuslim. Saya sangat terinspirasi oleh kerja Anda. Begitu kata seseorang dalam email-nya.
Meskipun temuan jajak pendapat YouGov mengecewakan, kami selaku muslim yang tinggal di Inggris pun merasa lebih berkewajiban untuk menjadi proaktif daripada reaktif, untuk meyakinkan orang daripada mengeluh sebagai korban, dan untuk terus memberikan kontribusi berharga bagi kemajuan masyarakat Inggris.
Setelah respons positif terhadap kampanye perdananya, EIF saat ini menyiapkan kampanye selanjutnya, yang akan diluncurkan pada Januari 2011, dengan fokus pada sejarah koeksistensi dan saling mengasihi antara muslim dan Yahudi; sebuah hubungan yang penting tapi sensitif, di mana sejarah panjang convivencia (koeksistensi dan toleransi tiga agama di Andalusia—red) di dalamnya selama ini dikalahkan oleh situasi geopolitik.
Kampanye EIF kedua, Missing Pages (Halaman yang Hilang), akan menyuarakan solidaritas pada Hari Mengenang Holocaust pada 27 Januari dan menunjukkan bahwa antisemitisme bertentangan dengan ajaran Islam. Yang juga akan menjadi bagian penting dari kampanye ini adalah menampilkan fotografer Yahudi Amerika Norman Gershman dari Eye Contact Foundation, yang mendorong toleransi global dengan memanfaatkan fotografi, untuk berbicara tentang bukunya, Besa: Muslims Who Saved Jews in World War II.
EIF akan bekerja sama dengan universitas-universitas untuk mengadakan tur kuliah umum, dan menciptakan ruang bagi masyarakat muslim dan Yahudi di seluruh Inggris untuk berkumpul bersama dalam sebuah prakarsa penting yang diselenggarakan bersama.
Dasawarsa terakhir mungkin penuh dengan tantangan, namun juga memunculkan contoh-contoh upaya saling membangun pengertian dan aksi positif. Meski menoleh ke belakang mungkin bisa membangkitkan kesedihan yang bercampur rasa syukur akan upaya-upaya itu, muslim Inggris kini bisa menatap masa depan dengan harapan dan tekad yang kuat.
Inggris berada di baris depan Eropa dalam hal memelihara keragaman, dan ini adalah peluang bagi banyak komunitas Inggris untuk berkumpul dalam dialog dan harmoni. Masih ada banyak yang perlu dilakukan, tapi setidaknya langkah-langkah awal telah ditempuh.
Opini Solo Pos 24 Desember 2010
23 Desember 2010
Prakarsa kehumasan muslim Inggris
Thank You!