24 Juni 2010

» Home » Republika » Kesejahteraan Hewan di Dunia Bisnis

Kesejahteraan Hewan di Dunia Bisnis

Jason Baker
(Direktur People for the Ethical Treatment of Animals Asia)

Pandangan yang menyebar tentang para pekerja dan relawan People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) yang hanya mengenakan kostum menakutkan dan mengoceh tentang kekejaman terhadap hewan adalah salah. Memang benar bahwa bentuk demonstrasi teatrikal dan kampanye yang melibatkan selebritas, seperti Maggie Q, Pamela Anderson, Jackie Chan, Paul McCartney, dan Natalie Imbruglia membuat PETA, rekan-rekannya, dan isu-isu yang diangkatnya terus-menerus tetap diberitakan. Perhatian dari media begitu penting - jika tak ada yang meneriakkan isu ini, penderitaan hewan akan terus berlanjut. Namun, selama bertahun-tahun, PETA Amerika Serikat dan
rekan-rekannya telah berhasil mempengaruhi kebijakan ratusan perusahaan (termasuk perusahaan kosmetik, toko kebutuhan sehari-hari, pembuatan dan perakitan mobil, dan makanan siap saji) serta seluruh industri yang terkait.

Perusahaan-perusahaan itu menjadi perintis jalan dan pemimpin untuk pertanggungjawaban sosial perusahaan. Mereka sadar bahwa dengan begitu banyaknya pilihan dalam pasar dunia sekarang, pelanggan dapat pindah ke perusahaan lagi dengan mudahnya jika mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka sukai. Sama halnya dengan  perlakuan terhadap buruh, perlindungan lingkungan atau hewan. Peribahasa 'pelanggan adalah raja' juga meliputi etika perusahaan.

Selama 30 tahun terakhir, PETA Amerika Serikat telah memengaruhi kebijakan ratusan perusahaan dan membawa perubahan hukum yang melindungi hewan-hewan dari perlakuan mengerikan. Keberhasilan ini juga turut dipengaruhi oleh warga dan pelanggan yang tak tahan lagi duduk diam, sementara hewan-hewan diperlakukan secara kejam dan dibunuh secara sia-sia hanya untuk uang.

Baru-baru ini, PETA Asia meluncurkan video dokumenter dari investigasi industri kulit reptil di Indonesia. Investigasi ini memperlihatkan ular-ular yang masih hidup dibuat lumpuh. Hidung ular tersebut ditusuk saat tubuhnya diisi dengan air dan kulitnya disobek. Setelah melihat video ini, perusahan ritel, seperti H&M dan Nike telah setuju untuk menghentikan penggunaan kulit reptil.

Di akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, kampanye-kampanye PETA Amerika
Serikat yang melawan produk yang diuji pada hewan berbuah negosiasi dengan
perusahaan-perusahaan kosmetik terbesar dunia, termasuk Avon, Revlon, dan
Estée Lauder. Hingga hari ini, hampir 900 perusahaan telah menandatangani
pernyataan PETA Amerika Serikat yang menyatakan bahwa tidak ada produk atau
bahan-bahan dasar yang dipakai atau diujikan pada hewan.

Setelah PETA dan rekan-rekannya menguak 'mulesing' (perlakuan para peternak Australia, yang salah satunya adalah memutilasi kulit, daging punggung kaki, dan sekitar ekor domba-domba yang masih sadar dan belum dibius, berdasarkan kepercayaan bahwa perlakuan itu bisa mencegah belatung) dan membawanya ke mata publik, lusinan perusahaan ritel dan pembuat pakaian di seluruh dunia bersumpah untuk membeli benang wol dari domba yang tidak diperlakukan demikian. Baru-baru ini, China. Pembeli terbesar benang wol Australia, yang mendesak pembuat wol untuk menghentikan mutilasi kejam ini menyebutkan, ada peningkatan angka permintaan dari klien-klien internasionalnya untuk membuat produk dari wol dari domba yang tidak melewati proses 'mulesing'.

Desainer-desainer kenamaan, yang muak setelah melihat video dokumenter yang memperlihatkan hewan-hewan dipukul dan dikuliti hidup-hidup di peternakan bulu hewan, kini berhenti menggunakan bulu hewan. Tommy Hilfiger, Ralph Lauren, Calvin Klein, Vivienne Westwood, dan banyak lainnya telah menerapkan kebijakan antibulu hewan.

Apa pun industri Anda, tetap akan ada kemungkinan PETA menghubungi Anda. Dengan apa yang telah dicapai PETA dan rekan-rekannya selama 20 tahun terakhir ini, Anda mungkin ingin mendengarkan kami. Jika Anda masih tidak yakin, pertimbangkanlah hal ini: menurut riset dari Label Networks, perusahaan pemasaran pemuda terkemuka, PETA Amerika Serikat adalah organisasi nirlaba yang menjadi pilihan pertama bagi mereka yang berusia 13 hingga 24 tahun di Amerika Utara yang ingin menjadi relawan. Menurut riset ini, semakin muda kelompok demografis ini, semakin tinggi persentase orang-orang yang hendak menjadi relawan PETA. Dan, orang-orang ini akan menjadi pelanggan Anda di masa depan.

Opini Republika 24 Juni 2010