23 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » Menghadirkan Kebaikan Tuhan

Menghadirkan Kebaikan Tuhan

Gerakan ”Koin Peduli” Prita telah resmi ditutup. Total, terkumpul sekitar lima truk uang koin senilai Rp 610 juta. (Cybernews Suara Merdeka, 19/12).

BERGETAR hati saya membaca berita itu. Reaksi spontan yang  muncul adalah Tuhan itu baik, Dia tidak tidur. Sebagaimana diberitakan media, gerakan ”Koin Peduli Prita” dipicu oleh vonis Pengadilan Tinggi Banten terhadap Prita Mulyasari yang dianggap mencemarkan nama baik Rumah Sakit Omni Internasional. Pengadilan mewajibkan Prita untuk membayar denda Rp 204 juta.


Prita ibu rumah tangga sederhana tak mampu membayarnya. Tapi Tuhan itu baik.  Dia menggerakkan hati banyak orang untuk solider dan peduli. Koin demi koin pun terkumpul, tidak hanya dari mereka yang berkecukupan tetapi juga dari mereka yang hidupnya pas-pasan bahkan hidup kekurangan.

Prita telah menjadi ikon bagi orang kecil yang diperlakukan tidak adil. ”Koin Peduli Prita” telah menjadi sebuah perlawanan dan bukti bahwa Tuhan baik hati, Dia tidak tidur.

Prita bukan seorang kristiani, namun telah menggarisbawahi pesan Natal Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia (PGI-KWI ) tahun 2009, yaitu ”Tuhan itu baik kepada semua orang...”(bdk  Mzm 145:9a).  

Hakikat Natal, peringatan kelahiran Yesus, memuat dua unsur penting, yaitu kebaikan Tuhan dan solidaritas bagi manusia. Dua unsur itu berbeda namun tidak terpisahkan. Allah yang baik hati itu sekaligus mau solider kepada manusia.

Ketika merayakan Natal, sebenarnya umat kristiani merayakan kebaikan hati Allah kepada semua orang. Allah membentuk manusia sesuai dengan citra-Nya. Allah menciptakan alam semesta dan mempercayakan pada manusia untuk mengolah dan menggunakannya. Allah itu baik hati terhadap semua manusia, Dia tidak pernah membeda-bedakan, menurunkan hujan dan menyinarkan terik matahari kepada orang baik dan orang jahat.

Kebaikan hati Allah itu juga ternyata dalam solidaritas-Nya. Dia rela merendahkan diri, menjadi manusia dan tinggal di antara manusia. Allah rela menjadi kecil dan lemah karena ingin solider pada manusia agar mereka memiliki hidup.

”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).

Kelahiran Yesus merupakan wujud dari solidaritas Allah pada manusia lemah. Allah mengutus Putra-Nya untuk menyatakan kebaikan-Nya, untuk membagikan kehidupan dan keselamatan, bukan untuk menghakimi dan menghukum. Dengan demikian, merayakan Natal berarti merayakan kebaikan Allah sekaligus merayakan solidaritas.

Sejalan dengan itu, pesan Natal PGI-KWI tahun 2009 mengajak seluruh umat kristiani di Indonesia untuk menjadi agen yang menghadirkan kebaikan Tuhan dan solidaritas.

Pertama, sebagai pribadi yang beriman, umat kristiani dipanggil untuk selalu menyadari dan menghadirkan kebaikan Tuhan.  Itulah panggilan dan perutusan para murid-murid Yesus, yaitu menghadirkan kasih Allah terhadap sesama  manusia. Konkretnya, kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan Tuhan. Dengan begitu, kita menghadirkan kebaikan Tuhan di dunia supaya Allah di surga semakin dimuliakan.

Bekerja Sama

Kedua, sebagai warga negara yang baik, umat kristiani dipanggil untuk bekerja sama dengan umat beragama lain  ambil bagian dalam usaha menyejahterakan masyarakat. Itu berarti terlibat aktif dan bekerja sama dengan semua orang yang mempunyai keprihatinan tulus dalam membangun masyarakat Indonesia sejahtera yang menghargai perbedaan, menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, dan membangun solidaritas untuk kesejahteraan bersama. Konkretnya, kita dipanggil untuk mengawasi jalannya pemerintahan supaya benar-benar menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat dengan melawan segala bentuk penidasan, ketidak-adilan dan pemiskinan.

Ketiga, sebagai warga semesta, umat kristiani dipanggil untuk memelihara keutuhan ciptaan. Membuang dan mengelola sampah dengan benar, menanam pohon pada lahan kosong, membuat lubang resapan biopori, menghemat penggunaan listrik, air,  dan kertas dan sebagainya dapat menjadi bentuk-bentuk solidaritas kita pada alam ciptaan. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi menjadi pemrakarsa yang aktif memelihara keutuhan ciptaan.

”Koin Peduli Prita” telah menjadi bahasa solidaritas, bahkan menjadi bahasa peduli Allah yang baik hati. Kemajuan teknologi informasi, memungkinkan kepedulian dan solidaritas tercipta dalam hitungan detik, bahkan ke seluruh penjuru dunia. Prita telah menjadi bukti bahwa yang kecil itu mempunyai kekuatan yang hebat bila digalang solidaritas. Kepedulian dan solidaritas yang meretas batas-batas suku, agama, ras, dan golongan merupakan kekuatan baru untuk memperjuangkan kesejahteran bersama.

Natal itu merayakan kebaikan Tuhan dan solidaritas. Kebaikan Tuhan harus dihadirkan dengan menggalang solidaritas untuk melawan ketidak-adilan, ketamakan, keserakahan, penindasan dan kekuatan-kekuatan antisolidaritas yang merusak relasi antarmanusia dan merusak keutuhan ciptaan.

Kita masih mempunyai agenda-agenda besar bagi bangsa ini. Sekalipun demikian kita tidak harus mulai dengan hal-hal besar. Melakukan hal-hal kecil namun dengan semangat solidaritas dan kepedulian menjanjikan sesuatu yang mengagumkan. Dan jangan dilupakan bahwa Tuhan Yesus justru memulai karya besar keselamatan dengan merendahkan diri, dengan menjadi bayi kecil di Betlehem dan dengan solider pada mereka yang lemah.
Selamat Natal 2009 dan Tahun Baru 2010. (10)

— M Kristiyanto Pr, rohaniwan, bekerja di paroki Katedral dan Campus Ministry Unika Soegijapranata, tinggal di Semarang
Wacana Suara Merdeka 24 Desember 2009