Setiap tahun Kabupaten Demak memiliki kegiatan Grebeg Besar
yang rutin dilakukan dalam rangka memelihara kebudayaan leluhur. Tak bisa disangkal lagi bahwa kegiatan tersebut mampu membangkitkan semangat dan kebanggaan warga Kabupaten Demak.
Karena dari kegiatan tersebut terpancar akan kejayaan Kerajaan Demak pada masa lalu. Catatan sejarah Kabupaten Demak memang tidak bisa lepas dari perjuangan para Wali Sanga sebagai penyebar agama Islam di pulau Jawa yang melakukan aktivitasnya pada abad XV.
Figurnya adalah Sultan Fatah dan Sunan Kalijaga yang diakui merupakan tokoh besar dan berpengaruh dalam lintas sejarah Kabupaten Demak.
Sehingga tidak mengherankan jika kemudian ada beragam acara dan kegiatan ritual yang diperkenalkan oleh kedua tokoh itu masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam ritual yang selalu di nantikan orang, tidak hanya oleh warga Kota Wali sendiri tetapi juga oleh masyarakat luar daerah.
Menurut data sejarah, tradisi grebeg besar sebenarnya pada awalnya tidak hanya sekali setahun pada saat Idul Adha.
Semula ada empat Grebeg Besar, yaitu Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar. Kegiatan yang masih berlangsung adalah Grebeg Besar yang sampai sekarang masih menjadi bagian tradisi bernilai ’’jual’’. Sementara di luar Kabupaten Demak ada peristiwa sejenis di di Solo, Yokyakarta, Cirebon.
Dengan latar belakang sejarah masing-masing daerah yang berbeda, tetapi pada intinya adalah bentuk penghargaan terhadap para pendahulu yang telah berjasa kepada daerah ini. Ritual acara Grebeg Besar diawali dengan saling silaturahmi antara pihak Kasepuhan Kadilangu dan Bupati Demak.
Didahului kunjungan Bupati ke Sasono Rengga Kadilangu, selanjutnya sesepuh Kadilangu dan keluarga kasepuhan bersilaturahmi menghadap Bupati dan biasanya mereka diterima di ruang tamu Bupati.
Usai bersilaturahmi tersebut, Bupati dan Wakil Bupati bersama Ketua DPRD, Muspida Demak, dan jajaran pemerintah kabupaten Demak berziarah ke makam-makam leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak. Hal ini dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di desa Kadilangu.
Setelah itu rombongan meresmikan pembukaan keramaian Grebeg Besar di lapangan Tembiring, setelah itu dimulailah semua kegiatan keramaian di seantero Demak Kota. Kemudian pada malam menjelang Idul Adha diadakan acara Tumpeng Sembilan yang menggambarkan jumlah 9 wali (Wali Sanga) diserahkan oleh Bupati kepada Takmir Masjid Agung Demak untuk dibagikan kepada para pengunjung.
Dalam acara Tumpeng Sembilan selalu di penuhi oleh warga masyarakat yang ingin ngalap berkah dengan mengharap mendapat bagian dari tumpeng yang dibagikan tersebut. Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah diadakan acara penjamasan Kutang Ontokusuma yang di mulai setelah selesai Shalat Idul Adha.
Khusus untuk acara penjamasan Kutang Ontokusuma melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km.
Ini merupakan hiburan yang paling menyedot perhatian masyarakat karena sepanjang perjalanan yang dilalui Prajurit Patang Puluhan itu selalu penuh oleh masyarakat yang ingin melihat dari dekat.
Sebuah fenomena yang sangat menarik karena merupakan suatu gambaran yang nyata peristiwa menyatunya pejabat dengan rakyat dalam satu tempat sehingga tampak sebuah kerukunan dan kebersamaan langkah untuk menggapai cita- cita.
Bila zaman dahulu diadakan ritual mampu menghilangkan marabahaya, maka untuk saat ini kita perlu mengubah
pandangan tersebut menjadi sebuah konsep yang modern, yaitu mencari alternatif penyelesaian masalah dengan cara koordinasi dan konsolidasi pemerintah dengan masyarakat. Ini bisa menjadi lebih baik dan membawa kemajuan Kota Wali. Betapa besar arti Grebeg Besar bagi Kabupaten ini.
Watak Religius Inilah watak religius masyarakat Kabupaten Demak yang selalu menghormati ajaran dan tradisi leluhur, khususnya para Wali tentang keimanan dan ketaqwaan.
Bukan hanya sekadar menjalankan ajaran wajib dalam agama tetapi juga tradisi dan budaya Islami yang di kembangkan para Wali untuk menarik perhatian dan membawa masyarakat waktu itu untuk mengikuti ajaran yang mereka sebarkan.
Seandainya pelaksanaannya tidak bersamaan dengan Idul Adha mungkin tidak seramai sekarang. Ada kepercayaan pameo yang mengatakan, barang siapa menghadiri Grebeg Besar Demak tujuh kali berturut-turut, sama nilainya dengan telah melaksanakan Ibadah Haji.
Grebeg Besar bagi pemerintah Kabupaten Demak juga memiliki arti penting sebagai salah satu sumber PAD ( Pendapatan Asli Daerah ) serta mendukung kebijakan tentang pemberdayaan ekonomi produktif masyarakat Kota Wali.
Hal ini di dapat dari kapling-kapling tanah yang disewakan kepada para pedagang maupun pemilik jasa hiburan. Hal ini ditambah pemasukan dari hasil penjualan tiket masuk ke area keramaian Grebeg Besar.
Sedangkan bagi warga Kota Wali Grebeg Besar merupakan kesempatan yang luas untuk mendapatkan tambahan penghasilan dengan keterlibatannya dalam kegiatan, seperti mempromosikan aneka hasil pertanian, kerajinan serta industri kecil lainnya.
Demikian besar arti Grebeg Besar bagi Kabupaten Demak sehingga kita perlu membuat inovasi-inovasi kreatif agar mampu meningkatkan kualitasnya.
Perubahan- perubahan untuk perbaikan perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan Kabupaten Demak. Perlu daya tarik agar mampu membangkitkan kebanggaan setiap warga. (80)
—Hery Sarwanto SPd, Guru SMPN 3 Demak
Wacana Suara Merdeka 24 Oktober 2009