13 Desember 2011

» Home » Opini » Suara Merdeka » Penelusuran Perspektif Agama

Penelusuran Perspektif Agama

”Bila masyarakat mau bertobat dan mereformasi perilaku buruk niscaya Allah menjauhkannya dari berbagai bencana”
PADA pengujung tahun 2011, berbagai bencana terjadi secara beruntun di berbagai daerah Jateng, baik berskala besar maupun kecil. Misalnya banjir bandang di Pati dan Kudus  (SM, 05/12/11), serta angin lisus yang merobohkan 14 rumah di Desa Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dan yang menerjang 9 kecamatan di Kabupaten Demak hingga menimbulkan kerugian material dalam jumlah besar (SM, 04/12/11). Belum lagi banjir di kota Semarang tiap kali turun hujan dan berbagai bencana lain akhir-akhir ini.  
Terkait dengan seringnya terjadi bencana maka menjadi keniscayaan bagi kita untuk selalu introspeksi, bermuhasabah, dan banyak bertobat. Seandainya memang melakukan kesalahan hendaknya segera kembali ke jalan yang benar.
Hal itu mendasarkan pada transkrip arti Surat Al-Baqarah Ayat 276 bahwa Allah SWT pada dasarnya tidak menyukai orang yang selalu berbuat dosa.
Dalam perspektif agama penyebab rerjadinya berbagai bencana dan musibah itu tidak lain karena ulah manusia yang melanggengkan perbuatan dosa, terutama dosa besar, seperti minum minuman keras (miras), berjudi, berzina, dan berbuat zalim. Dosa semacam itulah, menurut Jalaluddin Rakhmat (1991), dapat meruntuhkan penjagaan masyarakat dan mendatangkan berbagai bencana.  
Pertama; minum miras. Kita harus mengakui bahwa sebagian masyarakat saat ini masih  terbelenggu dalam nikmatnya miras. Kendati agama mengharamkan karena miras merusak kesehatan dan menjadi sumber dari berbagai kejahatan, sebagian orang belum mau sadar untuk menjauhi dan meninggalkan kebiasaan buruk itu.
Bahkan secara kuantitas pecandu miras kian hari kian banyak. Padahal korban tewas akibat menenggak miras pun sudah banyak. Sudah tidak terhitung anggota masyarakat yang tewas karena minum minuman keras. Dengan kondisi riil di masyarakat seperti itu sangat wajar bila kita selama ini sering ditimpa bencana.
Kedua; berjudi. Masyarakat yang gemar berbuat dosa lewat judi tampaknya hampir seimbang dengan mereka yang menyukai miras. Seringkali mereka yang suka miras juga punya ’’hobi’’ berjudi. Dua jenis dosa itu sepertinya sengaja mereka padukan. Berjudi sepertinya telah membudaya pada sebagian kalangan. Ketiga; berzina, yang selain bisa mendatangkan murka Allah SWT juga dapat mempercepat turunnya bencana.
Perilaku Agamais
Keempat; berbuat zalim. Mestinya kita harus mengasihi dan menyayangi mereka yang miskin dan lemah. Dalam implementasi sehari-hari, sebagai seorang pemimpin, apapun skalanya, wajib melindungi dan mengayomi rakyat. Secara gamblang perilaku zalim bisa digambarkan dalam tiga wujud, yaitu dengan kekuasaannya menginjak yang di bawah, dan yang di atas dengan kemaksiatan, serta senantiasa menampakkan kesewenang-wenangan (Jalaluddin Rakhmat, 1991).
Bila mencermati tiga tanda tersebut sesungguhnya kezaliman itu sedang tumbuh subur di bumi pertiwi ini. Selama belum tercipta keadilan pada hakikatnya yang ada adalah kezaliman semata. Baik itu kezaliman yang dilakukan pemimpin terhadap rakyatnya, kezaliman majikan terhadap anak buah, kezaliman pemuka agama terhadap umat, kezaliman yang dilakukan guru terhadap murid, dan sebagainya.
Jelaslah bahwa terjadinya berbagai bencana selama ini tidak lain karena masyarakat yang mengaku beragama senantiasa melakukan berbagai dosa besar. Bila kita semua menginginkan bencana itu berhenti, dan ke depan tidak terjadi lagi maka jalan satu-satunya adalah dengan bertobat, dan dengan penuh keyakinan tidak akan mengulangi lagi.  
Selanjutnya secara tulus dan ikhlas mau mengubah perilaku yang melenceng dari ajaran agama itu, seperti minum minuman keras, berjudi, berzina,  berbuat zalim, termasuk zalim terhadap alam, mempermainkan hukum dan keadilan, korupsi, kolusi dan nepotisme, serakah, sombong, dan sebagainya.
Marilah kita mengubah semua perilaku negatif itu menjadi perilaku positif, yang agamais sesuai  dengan perintah Allah. Bila masyarakat mau bermuhasabah, bertobat, dan mereformasi perilaku buruk niscaya Allah akan menjauhkannya dari berbagai bencana dan membebaskan dari musibah. Sebaliknya, Dia akan melimpahkan berkah-Nya sebagaimana tafsir Surat Al-’Araaf 96. (10)

— M Saifuddin Alia, pengurus Ikatan Alumni Qudsiyyah Menara Kudus, Ketua Forum Nasional Pers Pesantren (FNPP) Jawa Tengah, Sekretaris Central for Islamic Education and Culture Studies (CIIS) Grobogan
Wacana Suara Merdeka 13 Desember 2011