11 Desember 2011

» Home » Opini » Suara Merdeka » Koridor Kesejahteraan Olahraga

Koridor Kesejahteraan Olahraga

PILAR olahraga yang meliputi bangunan olahraga prestasi, olahraga pendidikan, dan olahraga rekreasi, memperkuat pemahaman mendasar bahwa olahraga memiliki konotasi multiranah. Namun multiranah itu sebenarnya mengerucut pada dua koridor besar, yaitu kejayaan bangsa dan kesejahteraan rakyat.

Inilah dua koridor besar permanen yang harus terbangun dan menjadi penjelas kenapa olahraga itu harus kokoh berdiri ditopang oleh tiga pilar utama itu. Ketiganya kokoh berdiri,  meniadakan dikotomi olahraga prestasi dari olahraga yang dianggap nonprestasi. Pasalnya,  kutub olahraga yang dianggap nonprestasi selama ini ternyata memiliki potensi sangat besar bagi usaha membangun olahraga berwawasan kesejahteraan.

Di tengah proses ingar-bingar berbagai event olahraga, sebenarnya banyak persoalan mendasar dari pembangunan olahraga yang belum tersentuh. Pencapaian tujuan pembangunan olahraga sebagaimana amanat UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN) masih jauh panggang dari api karena sebagian besar masyarakat, bahkan level birokrat, meletakkan olahraga sebagai alat pemuas rasa bangga.

Bagi sebagian penguasa, olahraga bahkan menjadi mainan yang ditekan-tekan dengan berbagai kepentingan politis. Kita terbiasa terbius bayang-bayang prestasi untuk kepentingan prestisius tanpa didukung sistem penguatan pilar pembangunan olahraga secara mendasar sebagaimana amanat UU SKN.

Dengan demikian bangsa ini sering terperangkap melakukan berbagai usaha instan untuk mewujudkan prestasi. Padahal mewujudkan dan memelihara hasil pembangunan olahraga tidak boleh hanya dipahami sebagai usaha instan namun harus dibalut semangat komprehensif dan berkelanjutan.

Komprehensif artinya menyeluruh dan merupakan sintesis dari segenap potensi bangsa. Berkelanjutan adalah pemeliharaan dan penguatan kontuinitas hasill dari setiap fase yang pernah dilalui. Pembangunan olahraga tidak boleh selalu kembali ke nol, tidak boleh selalu memulai dengan hal yang baru, tetapi merupakan untaian tindak lanjut dari karya sukses sebelumnya.

Bagaimanakah model ideal pemenuhan kesejahteraan untuk insan olahraga? Secara ideal hal itu seyogianya menyangkut pemenuhan harkat dan martabat dalam jangka panjang. Beberapa tahun lalu selalu muncul fenomena ketika atlet berjaya ia menerima banyak penghargaan, bonus, dan hadiah. Saat prestasinya tenggelam, ia terpuruk. Keterpurukan prestasi berimbas pada terpuruknya kemampuan ekonomi dan kesejahteraan. Artinya semasa jaya ia harus mengelola dirinya secara ekonomi agar masa depannya tidak suram.

Peluang Usaha

Harus diakui banyak atlet menorehkan nama harum bangsa saat peak performance-nya tapi memiliki masa depan suram ketika prestasinya uzur. Pengorbanan keringat, darah, dan air mata tidak sebanding dengan jaminan masa depannya. Kecenderungan ini menjadi preseden buruk bagi regenerasi, yaitu menjadi atlet bukan pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Penyediaan kesempatan memperbaiki taraf hidup tidak dapat dilakukan sebatas pemberian bonus. Bonus kendati perlu disyukuri, mungkin tidak akan memiliki dampak berarti bagi kepentingan jangka panjang. Kini kesempatan memperbaiki taraf hidup insan olahraga memasuki babak baru. Setelah bonus dan hadiah, ada kebijakan penghargaan berupa beasiswa dan kesempatan menjadi PNS. Tindak lanjut perlu terus dilakukan melalui pengembangan good will pada tataran pemprov, pemkab, dan pemkot mengingat pada era otda regulasi perekrutan PNS menjadi kewenangan mereka.

Dimensi lain peningkatan taraf hidup sebaiknya juga dikembangkan pada masyarakat secara umum. Ini logis karena olahraga dengan segenap pernak-perniknya memiliki potensi bisnis dan ekonomi. Penyelenggaraan kegiatan olahraga selalu terkait dan seikat dengan penciptaan pasar ekonomi. Massa menciptakan beragam kebutuhan dalam hal transportasi, penginapan, makanan, minuman, aksesoris, atribut, kaos, dan layanan jasa lain. Hal inilah yang makin memperjelas bahwa olahraga bisa didesain untuk memberi kesempatan berusaha dan memperbaiki taraf hidup bagi semuanya. Selamat datang era pembangunan olahraga berwawasan kesejahteraan. (10)


— Dr Agus Kristiyanto MPd, dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) FKIP dan Program Pascasarjana IOR UNS Surakarta, pemerhati pembangunan keolahragaan
Wacana Suara Merdeka 6 Desember 2011