03 Februari 2010

» Home » Media Indonesia » Studi Komparatif Sistem Payment Dunia

Studi Komparatif Sistem Payment Dunia

Nair mengatakan, "Payment is the life-blood of any economy. The primary objective of any payment system is to enable the circulation of funds. Without a robust infrastructure enabling smooth flow of funds, financial institutions can rarely assume the role of a financial intermediary in the economy. Payment systems have encountered many challenges and are constantly adapting to the rapidly changing payments landscape." Sistem pembayaran sebagai pilar ekonomi utama dunia memiliki arsitektur keuangan dan arsitektur perekonomian yang berbeda-beda.


Pada dasarnya sistem pembayaran sebuah perekonomian ditentukan daya saing perekonomian (termasuk national security). Perekonomian yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang industri akan menuntut sistem pembayaran yang memengaruhi struktur, kinerja, dan perilaku industri tersebut. Jadi perekonomian yang bergerak dari sektor pertanian dan jasa secara cepat seperti Jepang menuntut revolusi dalam sistem pembayarannya seperti yang dapat terlihat dalam BOJ-NET. Untuk itu, perlu diciptakan deposite insurance tanpa batas agar BOJ-NET dapat berkompetisi dengan sistem di Amerika Serikat.

Tsuru (2002) mengatakan : "Conversely, in Japan there has been discussion over whether to create a new type of account, 'payment and settlement deposits', which would benefit from full, unlimited deposit insurance, with a view to ensuring stability in the clearing and settlement function of banks." Berbeda misalnya dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang pergeseran struktur ekonomi dari pertanian menuju industri hingga jasa ditempuh dalam periode waktu ratusan tahun. Di Amerika Serikat misalnya ratusan tahun sektor pertanian menjadi lokomotif utama pertumbuhan jangka panjang.

Dengan demikian, sistem pembayaran berkembang sesuai dengan ciri khas struktur perekonomian yang terjadi. Masuknya jaringan kereta api juga mempengaruhi sistem pembayaran di Amerika Serikat pada awal berkembangnya perekonomian Amerika Serikat. Dalam konteks itu telah terjadi inovasi sistem pembayaran di Amerika Serikat yang mendahului Uni Eropa dan Jepang karena kredit telah menjadi aset penyerahan (finality). Perlu dicatat bahwa uang ini dapat saja dikeluarkan bank sentral (Fed) atau bank komersial.

Bagian sistem yang terakhir itulah yang berhubungan erat dengan upaya untuk menetralisasi systemic risk yang terjadi pada sistem pembayaran sehingga perlu aturan hukum yang melindunginya. Bukan hanya itu, large value system juga akan muncul dengan adanya sistem tersebut misalnya dengan adanya Fedwire dan Chips. Fedwire diatur bank sentral dengan RTGS (real time gross settlement), sedangkan Chips diatur Chipco dari New York dan Hybrid. Dalam Fedwire bentuk aset penyerahannya adalah central bank money, sedangkan dalam Chips adalah system netting dan penyerahan residual dari uang bank sentral.

Bentuk penyerahan dari intraday finality dari keduanya bersifat final. Di luar itu, sistem penyerahan di Amerika Serikat juga akomodatif terhadap sistem penyerahan bagi produk derivatif, dengan efektivitas yang cepat dalam melakukan kombinasi transfer pembukuan serta Fedwire dan Chips secara simultan. Namun, bentuk asetnya lebih beragam, yaitu central bank money, commercial bank money, dan juga aset lainnya seperti instrumen IEF. Intraday finality-nya juga bersifat final. Dengan adanya kombinasi, sistem pembayaran perbankan di Amerika Serikat dapat lebih fleksibel dalam mengantisipasi risiko.

Sementara itu, di Uni Eropa berkembang sistem pembayaran dengan core seperti Target 2 dan CCBM2. Target 2 merupakan sistem settlement untuk sekuritas dan CCBM2 merupakan manajemen bagi sistem kolateral. Persamaan dalam ketiga sistem utama pembayaran dan penyerahan aset dunia tersebut adalah: pertama, adanya kerja sama dalam pembentukan home accounting module, standing facilities dan reserve management dari bank sentral dan bank komersial di setiap negara. Tanpa kerja sama, kompatibilitasnya akan sulit dilakukan untuk setiap negara.

Kedua, adanya tiga subsistem lainnya, yaitu static data management, contingency module, dan information and control module. Keempat, keberadaan lembaga data warehouse dan customer relationship management yang mencakup semua bank sentral dan bank komersial yang memiliki spesialisasi di bidang pembayaran. Nah, investasi terhadap infrastruktur tersebut sangatlah mahal karena membutuhkan investasi sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB). Dengan demikian, semakin besar cakupan PDB-nya, akan semakin besar biaya investasi yang diperlukan.

Oleh karena itu, pada hakikatnya investasi pada sistem pembayaran juga sangat tergantung kepada seberapa jauh perekonomian negara tersebut dapat tumbuh secara berkelanjutan. Dalam kasus perekonomian Amerika Serikat, proksinya bukan hanya PDB dari Amerika Serikat itu sendiri, melainkan juga PDB dunia karena dolar Amerika Serikat pada dasarnya merupakan mata uang bagi transaksi perdagangan dunia.

Amerika Serikat juga memiliki pasar bersama dengan negara-negara di benua Amerika sehingga pada dasarnya sistem pembayaran di Amerika Serikat merupakan sistem utama penopang perekonomian negara-negara NAFTA (North Amerika Free Trade Area). Jika APEC nantinya juga berkembang menjadi kawasan bersama seperti di Uni Eropa, lebih dari separuh produk domestik bruto dan volume perdagangan dunia akan berada pada kawasan APEC. Dengan demikian, peran sistem pembayaran di Amerika Serikat semakin dahsyat lagi.

Sistem di Amerika Serikat diperkirakan akan memberi warna bagi perkembangan BOJ-NET ke depan seandainya hal tersebut terjadi. Jika sistem seperti sistem pembayaran di Amerika Serikat yang akan menjadi sistem utama dunia, dapat dipastikan bahwa sistem pembayaran dunia akan sangat tergantung kepada investasi pihak swasta khususnya pihak swasta keuangan dunia. Jika Indonesia ingin masuk ke dalam arsitektur pembayaran dunia yang bakal sangat strategis di masa depan, tidak ada pilihan bagi Indonesia untuk memberikan kesempatan ini kepada sektor keuangan swasta seperti BCA.

Karena bukan hanya sistem Amerika Serikat yang mengandalkan kepada investasi privat, melainkan juga Fed pada hakikatnya dimiliki swasta. Jika pemerintah Indonesia mencoba memasukkan sektor pemerintah dalam desain sistem pembayaran global, hak rakyat untuk mendapatkan fungsi akumulasi, distribusi, alokasi, stabilisasi, dan legitimasi dari anggaran pendapatan dan belanja negara akan terancam lenyap. Itulah kehebatan sistem pembayaran di Amerika Serikat jika dibandingkan dengan sistem pembayaran di Uni Eropa maupun Jepang.

Karena itulah, Uni Eropa akhirnya mencontoh sistem pembayaran di Amerika Serikat yang mengandalkan 100% modal swasta tersebut. Tumpel-Gugerell (2009) mengatakan: "In conclusion, the ECB and the Eurosystem wish to underline that the ongoing infrastructure initiatives cannot work in isolation and are instead integral parts of a package of measures that complement one another with the aim of delivering an integrated, efficient and competitive market infrastructure for EU money and capital markets."

Permasalahan ke depan adalah belum adanya standar akuntansi internasional yang digunakan ketiga mazhab sistem pembayaran dan penyerahan dunia hingga saat ini termasuk juga sistem audit internasional yang standar. Tanpa kedua hal tersebut, system governance yang menjadi standar internasional juga akan semakin sulit terbentuk.

Untuk itulah, sistem pembayaran dan penyerahan internasional akan mengalami defisit yang berupa ketidakefisienan pasar jika permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan. Kondisi yang terjadi di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang, memiliki sistem audit dan akuntansi yang berbeda. Harmonisasi sistem pembayaran dan penyerahan dunia hanya akan terwujud dengan efisien dan efektif jika harmonisasi dalam standar akuntansi, audit, keamanan, dan governance internasional juga terjadi.

Oleh Achmad Deni Daruri President Director Center for Banking Crisis
Opini Media Indonesia 4 Februari 2010