SAAT semua orang berdebat dan ramai berbicara tentang pemanasan global  dan akibat yang muncul, kembali memelihara alam dan 
mencintainya adalah salah satu alternatif untuk keluar atau minimal  mengurangi dampak tersebut. 
Menganggap alam sebagai bagian dari hal yang tidak terpisahkan dari  kehidupan menjadikan kita, atau sebagian dari kita, sanggup menjaga  keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dan alam semesta.
Dengan latar belakang berbagai hal yang terjadi di sekitar kita, penulis  yakin semua orang sekarang ini mulai merindukan alam yang dulu dapat  membuat nyaman dan tenang kehidupan mereka. 
Cening, desa yang terletak di wilayah Kabupaten Kendal,  tepatnya di  perbukitan yang menjadi batas antara Kabupaten Kendal dan Temanggung,  masyarakatnya masih mampu menjaga keseimbangan alam yang selama ini  telah memberikan manfaat yang melimpah kepada keberlangsungan kehidupan.  
Desa ini masih merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Singorojo dan  terdiri atas enam dusun dengan sebagian besar masyarakatnya bermata  pencaharian sebagai petani. Latar belakang pencaharian inilah yang  secara tidak sadar mengikat tata perilaku mereka dalam menjaga dan  mencintai alam mereka. 
Masyarakat di desa ini hidup dengan sederhana atau bisa dikatakan  berperilaku mengikuti arah yang juga diinginkan oleh alam, namun  kehidupan sehari-hari mereka dapat tercukupi dengan baik dan melimpah. 
Hampir 50% dari hasil alam mereka menjadi komoditas yang tidak  dikonsumsi sendiri karena ketidakberimbangan antara hasil pertanian dan  konsumsi yang tinggi. 
Bahkan untuk hasil bumi tertentu seperti pisang, alpukat, kopi dan  sebagainya hampir 95% hasilnya dijual. Hubungan yang saling  menguntungkan inilah yang makin memperkuat hubungan antara manusia  sebagai subjek pemanfaat alam dan alam sebagai subjek tergarap berada  pada titik keseimbangan yang baik. 
Arus modernisasi dalam beberapa aspek kehidupan mereka, baik kehidupan  material dan immaterial, tidak menjadikan mereka seperti monster yang  menakutkan bagi alam karena merusak dan menghancurkan. 
Dalam skala yang lebih besar, masyarakat Cening telah berperan dalam  keikutsertaanya mencegah pemanasan global yang menjadi ancaman terbesar  kehidupan manusia. 
Petualangan Kesederhanaan kehidupan sebagai masyarakat desa yang jauh dari  pemerintahan kota, letaknya 200 km dari kota Kendal, juga tidak  menjadikan mereka tertinggal dalam bidang pendidikan dan manajemen  pemerintahan desa. 
Desa yang pernah menyandang sebagai kawah candradimuka bagi Pemerintah  kabupaten Kendal ini, terus menerus berbenah untuk menyesuaikan dengan  berbagai perkembangan yang terjadi di daerah sekitarnya. 
Desa yang terletak di ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut ini  antara masyarakat dan aparatur desa berkolaborasi dengan baik  meningkatkan kualitas kehidupan mereka dengan mempertimbangkan  keseimbangan alam di sekitar mereka. 
Alam yang telah memberikan hampir segala kebutuhan kehidupan mereka  terus-menerus telah mampu menghilangkan ketakutan-ketakutan yang selama  ini membayangi kehidupan orang-orang di perkotaan. 
Beberapa rombongan anak-anak Pramuka dari berbagai tempat sekitar,  pecinta motokros dan lainnya telah merasakan bagaimana keindahan yang  ditawarkan oleh alam yang harmoni. Mereka mendapatkan apa yang mereka  cari yang tidak mungkin mereka dapatkan di daerahnya.
Desa ini terletak di daerah perbatasan dua kabupaten memiliki akses  jalan menuju ke tempat tersebut tidak memadai untuk dilewati menggunakan  kendaraan roda dua dan roda empat sehingga kendala tersebut sangat  memperlambat untuk menggarap banyak potensi yang ada di desa itu.
Apabila akses jalan tergarap dengan baik maka kontur jalan yang turun  naik dan berkelok bisa menjadi arena petualangan baru bagi perjalanan  pengunjung, di samping juga bisa sambil menikmati hijaunya alam. Apalagi  jika perjalanan yang dilakukan menelusuri jalan ke desa ini dilakukan  setelah turun hujan. 
Di salah satu titik dalam perjalanan ke arah desa ini, para pengunjung  akan menemui sebuah batu yang menjulang tinggi serta indah yang konon  memiliki sejuta cerita dan berhubungan dengan sejumlah kerajaan besar  yang ada di nusantara ini. 
Lepas dari cerita magis tersebut, batuan menjulang yang biasa dinamai  sebagai batu selo harjuno tersebut memberikan alternatif pemacu  andrenalin yang cukup menarik bagi para pecinta panjat tebing dan  pecinta alam. 
Desa harmoni dengan sejuta varietas tanaman ini terbuka bagi setiap  pengunjung dan akan siap menyajikan banyak pilihan untuk menghabiskan  waktu liburan mereka. 
Pada kesempatan tertentu, pada bulan Sura atau waktu sedekah desa,  pengunjung juga akan disuguhi berbagai kegiatan berkesenian seperti kuda  lumping, sandhul, tarian khas desa yang tentu saja dengan cita rasa dan  corak khas. 
Desa ini begitu kaya talenta berkesenian sehingga keberagaman dan  keberbedaan dalam gerak dan irama dalam kegiatan berkesenian merupakan  sesuatu hal yang sangat mungkin diwujudkan.  (10)
— Sunahrowi SS MA, pegiat Vue du Ciel dan dosen Sastra Prancis Unnes
OPini Suara Merdeka 5 Februari 2010