13 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Artventure Produk Kreatif Boyolali

Artventure Produk Kreatif Boyolali

PARIWISATA mengalami perubahan bentuk dari tadinya mengedepankan kualitas emotif dan rekreasi, kini dipadukan dengan sisi praktis dan teknis. Dalam perwujudannya, bentuk wisata semacam ini dapat dipresentasikan sebagai atraksi wisata semisal outbound.

Pada kegiatan outbound, beberapa paket kegiatan yang berlangsung berupa perjalanan di alam, kegiatan permainan di lokasi terbuka, menu olah fisik dalam bentuk rapling, lived-in di rumah penduduk termasuk mengikuti seluruh kegiatan masyarakat setempat seperti berkebun, memanen hasil pertanian, atau memerah susu sapi.

Di Dukuh Grintingan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, terdapat satu menu dalam paket kegiatan outbound yang menarik sehingga banyak diminati peserta, yaitu menu artventure.


Dalam menu ini peserta diajak mengikuti kegiatan kesenian yang dilakukan oleh penduduk desa lokasi kegiatan outbound, misalnya mengikuti latihan menabuh gamelan untuk melatih kebersamaan, respons, dan tanggung jawab dalam kelompok.

Selanjutnya peserta diajak mengikuti latihan kesenian rakyat: berlatih gerak tari, memainkan properti kesenian tari seperti kuda lumping dan topeng buto, bahkan belajar merias wajah dan berpakaian dengan menggunakan kostum kesenian daerah.

Di sisi lain, artventure di Grintingan secara tidak langsung juga menjadi sebuah alat penyebarluasan kesadaran konservasi alam melalui menu kegiatan mereka di alam maupun melalui media ekspresi kesenian. Dalam menu kegiatan yang ditawarkan berupa lived-in di rumah penduduk, peserta outbound akan mengikuti seluruh kegiatan pertanian yang dilakukan masyarakat.

Peserta yang biasanya dari kota yang berkehidupan modern, akan menjadi lebih mengenal dan pada akhirnya mampu menghargai kerja pelaku pertanian.
Apalagi dalam kegiatan mengikuti kegiatan latihan tari, peserta mengalami langsung kesadaran mengenai konservasi alam. Hal ini terjadi karena konteks kesenian tanen yang mereka lakukan, memang dimaksudkan untuk sebuah usaha konservasi alam.

Mulai gerak, kostum, iringan, lagu yang digunakan sampai dengan fungsinya, tanen melukiskan gambaran keseharian masyarakat dalam mengolah alam sekitarnya, termasuk memperhitungkan fungsi dan keseimbangan alam terhadap kebutuhan dan kesehariannya. Dari lirik lagunya terungkap seruan konservasi.

Pertunjukan kesenian rakyat di Grintingan merupakan sektor yang memiliki kontribusi cukup signifikan dalam perekonomian daerah dan memiliki prospek yang dapat diandalkan untuk menjadi sektor unggulan pariwisata.

Dalam kerja kegiatan pertunjukan kesenian dan pariwisata yang dipandang sebagai sebuah industri, tentu saja diperlukan sebuah alat dan cara kemas. Maka dalam hal ini, artventure adalah sebuah sistem, cara kemas sekaligus alat yang mengemas seluruh ramuan industri kreatif. Artventure bisa dipandang menjadi sebuah ramuan menu yang jitu dan mujarab dalam sistem kerja kreatif kesenian, turistik, ataupun industri kreatif sebuah kelompok masyarakat.

Dalam waktu setahun terakhir tumbuh 10 agen wisata dan outbound yang melakukan kegiatan rutin (2-3 kali per bulan) di Selo. Dengan wisatawan ataupun peserta outbound rata-rata mencapai 50 orang, maka dapat dihitung keuntungan yang masuk bagi institusi terkait melalui retribusi, biaya hidup, sewa tempat dan lain-lain.

Dalam konteks yang lebih luas, potensi ini dapat dikembangkan menjadi formulasi khusus bagi industri pariwisata nasional mengingat potensi dan sumber daya (alam dan kesenian) yang banyak terdapat di wilayah Indonesia.

Karenanya pemkab perlu memanfaatkan semua potensi yang ada dengan mendorong kalangan industri untuk mengembangkan masyarakat industri kreatif di lingkungan mereka. Untuk mengakselerasi, pemerintah seharusnya memberi perhatian lewat insentif melalui pola kemitraan dan pelestarian.

Untuk itu diperlukan juga peningkatan penyelenggaraan event dan kemasan pertunjukan yang menarik untuk pementasan kesenian di wilayah Selo, untuk lebih meningkatkan kompetensi di bidangnya. Yang terakhir, pastinya diperlukan penelitian lanjutan dalam bidang industri kreatif bidang pariwisata untuk menjadikan kesenian dan pariwisata lebih maju. (10)

— Purnawan Andra, peminat kajian sosial budaya, civitas akademika Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta 

Wacana Suara Merdeka 14 Mei 2010