Arizka Warganegara
Dosen FISIP Unila dan Universitas Muhammadiyah Lampung
Di pojok Simpur Center sebuah gerobak siomay ramai dipadati pembeli.  Sekilas tak ada yang berbeda dengan gerobak siomay lainnya. Anehnya,  begitu banyak gerobai siomay yang mangkal, konsentrasi pembeli justru  hanya pada satu gerobak itu saja.
Penasaran, saya membeli dan mencoba siomaynya. Rasanya biasa, tetapi  bentuknya agak berbeda dengan siomay kebanyakan--ada penambahan kulit  pangsit.
Sederhana, tapi menarik. Inilah yang kita sebut inovasi produk dalam  istilah ilmu marketing. Sebuah inovasi sederhana yang mengubah sebuah  produk menjadi unik dan kemudian laku dijual.
Dalam dunia politik kontemporer Indonesia, marketing dan politik  menjadi sebuah konsep yang tidak terpisahkan. Konsep marketing politik  mendadak menjadi subjek yang didiskusikan diberbagai forum bahkan di  berbagai jurusan baik itu ilmu politik dan ilmu pemerintahan subjek ini  dimasukkan dalam kurikulum mata kuliah.
Di era pilkada seperti sekarang ini, jika kita mengilustrasikan bahwa  produk yang dijual dalam pilkada ibarat calon, ilustrasi bagaimana  pedagang siomay tersebut dapat dijadikan sebuah inspirasi buat tim  pemenangan.
Menyulap Produk
Firmanzah dalam konsep marketing politiknya menekankan pada  menjadikan pemilih sebagai subjek politik bukan sebaliknya menjadi objek  politik. Konsep marketing politik sebenarnya lebih memberikan ruang  penyadaran politik bagi pemilih bukan malah menggiring pemilih sehingga  menjadi subjektif dan tidak rasional.
Selama ini, peneliti, politisi, dan khalayak menilai marketing  politik ibarat konsep penyulap, yaitu bagaimana calon dalam arena  kompetisi politik seperti pilkada dapat memenangkan hati rakyat bagi  kepentingan jangka pendek. Memperoleh kemenangan saja, padahal konsep  ini tidak hanya pada tataran ini saja secara filosofis terdapat pesan  untuk menjadikan tahapan pembelajaran politik melalui pilihan rasional  tersebut.
Ada empat elemen, menurut Firmanzah, yang menjadi isu utama dalam  pilkada, yaitu produk, promosi, tempat, dan harga. Dari keempat elemen  tersebut yang menjadi isu pokok dari bakal calon ada pada posisi produk.  Dalam dimensi ini yang menjadi tolok ukur, juga ada empat, yaitu  platform partai, rekam jejak, personal, dan karakter calon.
Pertama, dari sisi platform partai juga dapat menarik jumlah pemilih  yang signifikan, terkadang pilihan politik masyarakat juga didasarkan  pada partai pengusung walaupun dalam beberapa survei pilihan politik  yang mendasarkan pada platform partai ini jumlahnya tidak signifikan.
Kedua, dari sisi rekam jejak, ini menjadi hal pokok yang sangat  penting bagi pemilih. Pilihan berdasarkan rekam jejak bobotnya lebih  besar dibandingkan dengan pilihan politik masyarakat berdasarkan  platform partai. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting ketika parpol  menentukan pilihan calon berdasarkan rekam jejak yang baik. Apalagi  masyarakat kita mempunyai kecenderungan lebih sensitif terhadap  persoalan etika dan moral calon pemimpinnya.
Ketiga, dari sisi personal juga menjadi penting justru ini menjadi  poin utama dalam setiap event pilkada. Sisi personal calon menjadi  referensi utama pemilih melakukan pilihan politik, secara teoritik  elektabilitas kandidat salah satu unsurnya adalah personality   (kepribadian) calon menjadi salah unsur yang menjadi alasan pemilih.
Keempat, dari sisi karakter calon. Hal ini terkait erat dengan  persoalan kemampuan mediasi dan komunikaski politik. Calon yang memiliki  karakter baik cenderung mempunyai pola komunikasi politik vertikal dan  horizontal yang baik. Hal ini menjadi poin penting untuk merekrut  pemilih yang masih tinggi sentimen primordialnya.
Ilustrasi siomay menggambarkan bahwa produk massal siomay bisa  menjadi spesial manakala dibungkus lebih elok dan menarik. Sebab itu,  menjadi sangat penting juga bagi calon bagaimana platform partai, rekam  jejak personal dan karakter calon disulap menjadi lebih menarik di mata  publik.
Kandidat yang mempunyai rekam jejak buruk dipastikan sulit bersaing  dengan kandidat yang rekam jejaknya yang baik. Begitu pun personal dan  karakter calon, kandidat yang memiliki personalitas yang lebih baik,  santun, dan terhormat akan lebih disenangi untuk dipilih dibandingkan  kandidat sebaliknya.
Semua ini adalah masalah “bungkus” atau dalam bahasa yang lebih  spesifik adalah masalah pengemasan produk. Setiap tim sukses diwajibkan  dapat mengemas produknya dalam hal ini kandidat tersebut dapat lebih  baik di mata publik. Jadi tugas utama tim suskes selain menjadi vote  getter juga menjadi mesin pengemas produk yang baik.
Opini Lampung Post 24 April 2010