23 April 2010

» Home » Lampung Post » Inovasi dan Produk dalam Pilkada

Inovasi dan Produk dalam Pilkada

Arizka Warganegara
Dosen FISIP Unila dan Universitas Muhammadiyah Lampung
Di pojok Simpur Center sebuah gerobak siomay ramai dipadati pembeli. Sekilas tak ada yang berbeda dengan gerobak siomay lainnya. Anehnya, begitu banyak gerobai siomay yang mangkal, konsentrasi pembeli justru hanya pada satu gerobak itu saja.
Penasaran, saya membeli dan mencoba siomaynya. Rasanya biasa, tetapi bentuknya agak berbeda dengan siomay kebanyakan--ada penambahan kulit pangsit.
Sederhana, tapi menarik. Inilah yang kita sebut inovasi produk dalam istilah ilmu marketing. Sebuah inovasi sederhana yang mengubah sebuah produk menjadi unik dan kemudian laku dijual.
Dalam dunia politik kontemporer Indonesia, marketing dan politik menjadi sebuah konsep yang tidak terpisahkan. Konsep marketing politik mendadak menjadi subjek yang didiskusikan diberbagai forum bahkan di berbagai jurusan baik itu ilmu politik dan ilmu pemerintahan subjek ini dimasukkan dalam kurikulum mata kuliah.


Di era pilkada seperti sekarang ini, jika kita mengilustrasikan bahwa produk yang dijual dalam pilkada ibarat calon, ilustrasi bagaimana pedagang siomay tersebut dapat dijadikan sebuah inspirasi buat tim pemenangan.
Menyulap Produk
Firmanzah dalam konsep marketing politiknya menekankan pada menjadikan pemilih sebagai subjek politik bukan sebaliknya menjadi objek politik. Konsep marketing politik sebenarnya lebih memberikan ruang penyadaran politik bagi pemilih bukan malah menggiring pemilih sehingga menjadi subjektif dan tidak rasional.
Selama ini, peneliti, politisi, dan khalayak menilai marketing politik ibarat konsep penyulap, yaitu bagaimana calon dalam arena kompetisi politik seperti pilkada dapat memenangkan hati rakyat bagi kepentingan jangka pendek. Memperoleh kemenangan saja, padahal konsep ini tidak hanya pada tataran ini saja secara filosofis terdapat pesan untuk menjadikan tahapan pembelajaran politik melalui pilihan rasional tersebut.
Ada empat elemen, menurut Firmanzah, yang menjadi isu utama dalam pilkada, yaitu produk, promosi, tempat, dan harga. Dari keempat elemen tersebut yang menjadi isu pokok dari bakal calon ada pada posisi produk. Dalam dimensi ini yang menjadi tolok ukur, juga ada empat, yaitu platform partai, rekam jejak, personal, dan karakter calon.
Pertama, dari sisi platform partai juga dapat menarik jumlah pemilih yang signifikan, terkadang pilihan politik masyarakat juga didasarkan pada partai pengusung walaupun dalam beberapa survei pilihan politik yang mendasarkan pada platform partai ini jumlahnya tidak signifikan.
Kedua, dari sisi rekam jejak, ini menjadi hal pokok yang sangat penting bagi pemilih. Pilihan berdasarkan rekam jejak bobotnya lebih besar dibandingkan dengan pilihan politik masyarakat berdasarkan platform partai. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting ketika parpol menentukan pilihan calon berdasarkan rekam jejak yang baik. Apalagi masyarakat kita mempunyai kecenderungan lebih sensitif terhadap persoalan etika dan moral calon pemimpinnya.
Ketiga, dari sisi personal juga menjadi penting justru ini menjadi poin utama dalam setiap event pilkada. Sisi personal calon menjadi referensi utama pemilih melakukan pilihan politik, secara teoritik elektabilitas kandidat salah satu unsurnya adalah personality (kepribadian) calon menjadi salah unsur yang menjadi alasan pemilih.
Keempat, dari sisi karakter calon. Hal ini terkait erat dengan persoalan kemampuan mediasi dan komunikaski politik. Calon yang memiliki karakter baik cenderung mempunyai pola komunikasi politik vertikal dan horizontal yang baik. Hal ini menjadi poin penting untuk merekrut pemilih yang masih tinggi sentimen primordialnya.
Ilustrasi siomay menggambarkan bahwa produk massal siomay bisa menjadi spesial manakala dibungkus lebih elok dan menarik. Sebab itu, menjadi sangat penting juga bagi calon bagaimana platform partai, rekam jejak personal dan karakter calon disulap menjadi lebih menarik di mata publik.
Kandidat yang mempunyai rekam jejak buruk dipastikan sulit bersaing dengan kandidat yang rekam jejaknya yang baik. Begitu pun personal dan karakter calon, kandidat yang memiliki personalitas yang lebih baik, santun, dan terhormat akan lebih disenangi untuk dipilih dibandingkan kandidat sebaliknya.
Semua ini adalah masalah “bungkus” atau dalam bahasa yang lebih spesifik adalah masalah pengemasan produk. Setiap tim sukses diwajibkan dapat mengemas produknya dalam hal ini kandidat tersebut dapat lebih baik di mata publik. Jadi tugas utama tim suskes selain menjadi vote getter juga menjadi mesin pengemas produk yang baik.
Opini Lampung Post 24 April 2010