11 Maret 2010

» Home » Media Indonesia » Memburu Jejak Teroris dari Aceh hingga Pamulang

Memburu Jejak Teroris dari Aceh hingga Pamulang

SEJAK penangkapan teroris Aceh, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri berhasil mengamankan 8.000 peluru, granat asap, dan tiga senjata api dalam penangkapan 18 tersangka terorisme di Aceh Besar dan beberapa wilayah lainnya, tiga tewas tertembak di Aceh, sedangkan tiga lainnya tewas di Pamulang serta dua tertangkap hidup-hidup. Para tersangka teroris itu sudah dibawa ke tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, untuk menjalani pemeriksaan. Sementara itu tiga anggota Polri tewas dalam penyergapan teroris tersebut. Dua merupakan anggota Brimob Mabes Polri dan seorang anggota Brimob Polda Aceh.


Pada 20-22 Maret 2010, Presiden Obama akan berkunjung ke Indonesia. Rencananya, Obama datang bersama sang istri, Michelle, dan kedua putrinya, Malia dan Sasha. Terkait dengan hal tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberikan arahan agar dapat diraih hasil nyata dari kunjungan Obama ke Indonesia, bukan hanya untuk hubungan Indonesia-Amerika, melainkan juga demi kepentingan internasional. Indonesia dan AS telah menyiapkan dokumen perjanjian kerja sama komprehensif di berbagai bidang seperti ekonomi dan pendidikan, yang diharapkan dapat ditandatangani pada kunjungan Obama ke Indonesia. Belum ada bukti ataupun petunjuk yang mengarahkan bahwa teroris tersebut berencana menyerang Obama.

Perkembangan situasi
Teroris memilih Aceh sebagai medan latihan, setelah diburu dari berbagai daerah, mulai dari Poso dan Ambon, lantas ke Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, Palembang, dan kembali ke Jakarta. Mereka kemudian memilih Aceh yang dianggap steril pascaperjanjian damai Helsinki. Diperkirakan mereka ingin sekaligus mengajak GAM kembali mengangkat senjata, tapi siasat itu tidak diikuti oleh warga Aceh yang sudah jenuh dengan kekerasan. Bahkan masyarakat Aceh ikut memerangi teroris dengan melaporkan kegiatan tersebut ke pihak yang berwajib setelah mereka mendengar suara tembakan dari dalam hutan.
Teroris tersebut adalah nama-nama baru yang belum ada dalam database sebelumnya, sehingga merupakan sel baru. Namun munculnya nama Dulmatin memberikan dugaan bahwa jaringan itu merupakan binaan kelompok lama. Diduga pemimpin jaringan Aceh Besar itu berasal dari kelompok Pandeglang dan sudah terdeteksi oleh aparat yaitu Saifudin. Sebagian di antara anggota kelompok Banten adalah yang melakukan pengeboman Kedutaan Besar Australia pada 2004 dan sebagian lagi unsur Jamaah Islamiyah (JI).
Situs yang menyatakan bahwa gerakan kelompok Al-Qaeda yang mengaku bermain di Nanggroe Aceh Darussalam tengah didalami aparat keamanan. Tengah diselidiki apakah itu murni Al-Qaeda atau telah disusupi pihak lain untuk memicu agenda mendorong separatisme di Aceh hidup kembali. Namun isi situs tersebut belum dapat dipertanggungjawabkan.
Kapolri menyatakan pihaknya akan mengungkap semua identitas para tersangka ke publik jika sudah tiba waktunya. Empat belas tersangka yang ditangkap dalam keadaan hidup pada penangkapan pertama itu berinisial YZ, SAS, ZN, NR, SA, HL, HB, NK, AK, DS, AF, AN, HB, dan DS. Dua anggota jaringan pemasok senjata api itu tertangkap di Jawa Barat dan Jakarta.
Selain itu, polisi juga mengamankan baju lainnya bertuliskan 'abu mush`ab' yang di bagian dada terdapat tulisan 'makhab` aly wahdah (stiba)' Makassar beserta uang jutaan rupiah. Dalam aksi penggerebekan sehari sebelumnya, polisi berhasil mengamankan empat orang yang diduga anggota kelompok teroris, yaitu ZR, 27, dan IH, 40, keduanya berasal dari Pandeglang, Provinsi Banten, YZ, 27, asal Banda Aceh, MR, 21, warga Aceh Besar.
Aparat sedang mendalami blog bernama Alufuq.wordpress.com, yang memuat pernyataan bahwa ada kelompok yang mengaku sebagai Tandzim Al Qoidah Indonesia Serambi Makkah yang menyinggung soal jihad di Aceh. Selain itu, pihaknya menangkap dua tersangka pemasok senjata kelompok teroris di Kabupaten Aceh Besar, Jawa Barat, dan Jakarta. Proses penindakan hukum terus berjalan baik yang berada di Aceh maupun yang di luar Aceh. Di sisi lain, Polri telah mendapatkan identitas para tersangka yang kabur. Dengan penangkapan dua orang itu, Polri kini telah menangkap 18 tersangka termasuk tiga yang tewas tertembak. Adapun 14 tersangka yang tertangkap pekan lalu kini telah ditahan di Rutan Salemba Cabang Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, mengungkapkan bahwa kelompok teroris di Aceh dan di Selat Malaka diduga memiliki keterkaitan. Kendati demikian, belum ada aksi di dua tempat tersebut yang saat ini keamanannya terus ditingkatkan. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menginstruksikan kepada Mabes TNI untuk meningkatkan kewaspadaan patroli laut oleh Armada Barat TNI-AL. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan frekuensi pantauan radar laut integrated maritime surveillance system (IMSS) milik Indonesia di sepanjang kawasan Selat Malaka, jumlahnya mencapai 12 radar.
Dalam video berdurasi 1 jam 15 menit 33 detik yang diunduh dari Alufuq.wordpress.com, para teroris di Aceh tampak bersenjatakan AK-47 dan M-16. Sejumlah teroris terlihat dalam rekaman sedang berlatih menembak di dalam hutan. Pihak yang mengaku meng-upload video itu adalah Divisi Media Tandzim Al Qoidah Indonesia. Video tersebut dimulai dengan mengutip Alquran surah An-Nisa. Dilanjutkan dengan kompilasi berbagai foto dan video mengenai kasus Talang Sari, Lampung, peristiwa Tanjung Priok, DOM di Aceh, serta kerusuhan Poso dan Ambon. Video kemudian berlanjut ke suasana di hutan Aceh diiringi rekaman ceramah dari Syaikh Dr Abdulloh Azzam dan Usamah bin Ladin.
Suasana camp para teroris juga terekam. Puluhan orang dengan tenda-tenda sederhana tidur di hutan. Para teroris juga menjalani gemblengan fisik seperti lari dan latihan menembak. Namun, tak ada wajah yang terlihat jelas karena sengaja ditutup atau di-blur. Setelah itu tiga orang sambil memangku senjata memberikan pernyataan agitasi tentang jihad. "Jihad itu hukumnya wajib. Tidak ada yang boleh meninggalkannya. Siapa pun dia, dalam keadaan apa pun dia," kata seorang teroris, yang menyampaikan propagandanya dengan logat Jawa yang cukup kental. "Tidak ada kehidupan yang lebih nikmat dari jihad. Kita terhindar dari dosa dan maksiat yang banyak. Tidak ada televisi yang merusak akhlak. Tidak ada musik yang merusak telinga. Tidak ada yang namanya aurat-aurat wanita yang kita pandangi di tempat-tempat umum."
Setelah tiga orang tersebut bergantian berbicara, seorang pria dengan memegang revolver di tangan kanan dan memangku AK-47 bernyanyi dalam bahasa Aceh. Sesekali ia menembakkan revolvernya ke angkasa. Setelah itu, seorang teroris tampak berlatih menembak menggunakan M-16 dengan sasaran yang dipasang di sebuah pohon. Di dalam tenda, seorang teroris lanjut berbicara. Sambil duduk, ia memegang senjata AK-47 di tangan kanannya. "Kepada jamaah-jamaah, apakah JI, apakah NII. Terutama anggota Jamaah Al-Islamiyah, kalian jangan tertipu. Kalian asyik di dakwah. Kepada seluruh anggota Jamaah Islamiyah, saya serukan segera bergabung. Berjihad bukan dengan pena, sarung, dan peci." Ia lalu melanjutkan makiannya kepada sesama umat Islam yang memilih jalur pendidikan sebagai dakwah. "Kalian bisa kumpulkan ratusan juta, bahkan miliaran. Tapi kalian kumpulkan untuk dakwah, pesantren. Ini adalah pengkhianatan."
"Kalau ada yang lapar, sementara ada dana, berikan dananya untuk jihad. Biarkan yang lapar itu mati." Teroris juga menyinggung makanan mereka yang hanya berupa nasi dengan kecap dan ikan asin. Pada akhir video, tertulis Markaz Media Al-Ufuq dan saat video dibuat, yaitu Rabiul Awal 1431 H/Maret 2010 M.
Dalam konferensi persnya di Hotel Borobudur Jakarta, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan teroris menjadikan Aceh sebagai basis teroris Asia Tenggara dan hal tersebut terdeteksi sejak satu tahun yang lalu. Secara intelijen, sudah terdeteksi bahwa mereka akan membangun basis teroris di Asia Tenggara, tapi penindakannya baru bisa dilakukan sekarang.
Pengembangan kasus terorisme di Aceh berlanjut dengan disergapnya teroris di Pamulang. Tiga orang tewas, dua ditangkap. Dari tiga yang tewas diduga adalah Dulmatin karena sidik jarinya cocok dengan sidik jari Dulmatin, sedangkan tes DNA akan segera dilakukan.

Penutup
Bahwa terorisme timbul dengan dilatarbelakangi berbagai sebab dan motif. Namun patut disadari bahwa terorisme bukan merupakan ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Terorisme merupakan strategi, instrumen, dan atau alat mencapai tujuan. Cara-cara jihad dengan mengorbankan orang yang tak berdosa adalah tidak benar. Indonesia adalah medan damai bukan medan perang. Belum tertangkapnya sejumlah nama ditambah nama baru hasil pengembangan kasus teroris di Aceh bakal menambah panjang PR aparat pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia guna menyadarkan kembali saudara kita yang berbeda pandangan. Semoga sukses.

Oleh Wawan H Purwanto
Opini  Media Indonesia 11 Maret 2010