23 Februari 2010

» Home » Suara Merdeka » TabunganKu dan Kredit UKM

TabunganKu dan Kredit UKM

Hanya dengan Rp 20 ribu seseorang bisa menabung, yang selanjutnya bisa setor hanya dengan Rp 10 ribu. Bunga yang diterima nasabah maksimal 1 persen

KESEMPATAN emas bagi penabung kecil (ritel) untuk mulai menabung terbuka sudah. Tanggal 20 Februari lalu, Bank Indonesia (BI) bersama 70 bank umum telah meluncurkan  produk simpanan yang bertajuk TabunganKu.


Hanya dengan uang Rp 20 ribu seseorang bisa menabung di bank, yang selanjutnya bisa menyetor hanya dengan Rp 10 ribu. TabunganKu memang diciptakan untuk menjangkau penabung kecil yang selama ini selalu merasa dirugikan oleh bank akibat saldo simpanannya selalu tergerus.

Pada saat perbankan juga tengah getol-getolnya mencari sumber dana murah maka peluncuran TabunganKu menjadi sangat tepat. Nasabah TabunganKu tak perlu merasa kecolongan lagi akibat mengecilnya saldo tabungannya. Produk ini tidak mengenakan biaya administrasi apapun.

Adapun bunga yang akan diterima nasabah maksimal 1%, bila saldo tabungannya di atas nominal Rp 1 juta. Jadi produk ini memang ditujukan untuk penabung kecil, yang posisi tawarnya selama ini kalah dengan sistem perbankan modern. 

Dari sisi bank, produk ini menarik karena tidak memerlukan biaya besar. Cost of fund produk ini sangat rendah, karena hanya berbunga maksimal 1%. Dengan biaya dana yang cukup rendah maka kalangan perbankan akan bisa menjual kredit dengan bunga murah pula. Dengan bunga yang murah maka akan banyak pelaku usaha yang bisa mengakses kredit bank berbunga murah itu.

Jadi multiplier effect dari peluncuran produk TabunganKu ini sangat besar. Dengan menabung, masyarakat secara tidak langsung bisa ikut membangun negeri ini melalui pembiayaan kepada pelaku dunia usaha.

Persoalan yang tengah dihadapi dunia usaha sekarang ini adalah minimnya pembiayaan dari kalangan perbankan. Terlebih kalangan usaha kecil mikro (UKM) yang tidak memiliki jaminan sama sekali, jangan mengharapkan mendapatkan pembiayaan dari bank. Meretasnya kredit usaha rakyat (KUR) yang merupakan program pemerintah untuk membantu pengusaha skala UKM merupakan salah satu solusinya.

Sampai akhir 2009, KUR yang sudah tersalurkan berkisar Rp 19 triliun. Untuk tahun 2010, target KUR sekitar Rp 20 triliun, sehingga akan semakin banyak pengusaha gurem yang terlayani KUR. Sayangnya, bunga KUR masih cukup tinggi, berkisar di atas 15% per tahun.

Dengan adanya dana murah melalui TabunganKu ini, perbankan semakin terdorong untuk menyalurkannya ke usaha UKM. Dengan biaya dana (cost of fund) sekitar 1% maka jika ditambah dengan margin profit 5%, akan didapatkan bunga sekitar 6%.

Ini adalah hitungan kasarnya. Intinya adalah, dengan gencarnya program TabunganKu ini, perbankan semakin mendapatkan dana-dana murah dari masyarakat, yang selama ini mungkin hanya tidur di rumah. Target perolehan KUR untuk tahap pertama sekitar Rp 50 triliun. Sebuah angka yang sangat bisa membantu keberadaan pengusaha UKM.

Disalurkan Kembali

Kalau BI bisa mengatur perbankan dalam peluncuran TabunganKu ini, secara persuasif sebenarnya juga bisa mengimbau kalangan perbankan untuk menyalurkan sebagian perolehan dana dari TabunganKu untuk disalurkan kembali dalam bentuk semacam KUR. Kalau selama ini program KUR berasal dari pemerintah (Kementrian UKM dan Koperasi), maka BI dan perbankan bisa menciptakan produk kredit semacam itu.

Tentunya ditunjang oleh bunga kredit yang murah (di bawah 10%), produk kredit kecil ini akan laris manis. Bukankah secara tidak langsung masyarakat penabung akan memberikan kontribusinya bagi pembangunan negeri ini?

Program cross selling inilah yang hendaknya mulai bisa dibangun oleh kita bersama. Artinya, para penabung yang akan membeli produk TabunganKu harus menyadari bahwa simpanannya itu sangat bermakna dan berguna bagi orang lain.

Artinya, selain pihaknya memiliki simpanan yang bias digunakan di masa mendatang, akan muncul efek ganda yang memberikan sesuatu bagi orang lain, khususnya para pengusaha gurem, yang selama ini merasakan paceklik pembiayaan bank. Bahwa dengan menabung, mereka bisa ikut membahagiakan orang lain secara tidak langsung.

Untuk menyukseskan peluncuran program TabunganKu ini, bank-bank peserta selayaknya mendukung penuh upaya mobilisasi dana murah dari masyarakat ini. Sudah saatnya ke-70 bank peserta ini segera membuat rencana aksi pemasaran untuk menjual produk tersebut ke semua segmen.

Bank tidak perlu khawatir produk ini akan mematikan atau mengkanibal produk deposito atau produk tabungan lainnya. Masing-masing produk sudah memiliki keunggulan yang bisa saling melengkapi. Justru yang perlu adalah upaya membangunkan dana-dana menganggur yang selama ini masih berada di luar brankas bank.

Target TabunganKu secara nasional Rp 50 triliun tidaklah terlalu sulit untuk dicapai apabila semua bank peserta program  bekerja keras dan saling bersinergi. Terlebih dengan dukungan teknologi ATM, kini penabung bank A bisa melakukan transaksi melalui ATM bank B, dan sebaliknya.

Artinya, kemudahan semacam ini harus menjadi selling point tersendiri, yang bisa dipakai sebagai sarana untuk menjual produk TabunganKu ke masyarakat.

Dengan cara semacam ini kita boleh optimistis bahwa produk ini akan laris manis. Dengan tingginya minat masyarakat untuk menabung, maka potensi dananya akan bisa disalurkan lagi ke masyarakat dalam bentuk kredit UKM, yang selama ini sangat kecil proporsinya dalam kue perkreditan nasional. (10)

— Susidarto, praktisi perbankan di Yogyakarta
Wacana suara Merdeka 24 Februari 2010