Indonesia merupakan surga mutiara di dunia. Ia dikenal sebagai penghasil mutiara laut selatan (south sea pearl) tertinggi jika dibandingkan dengan Australia, Filipina, dan Myanmar. Bahkan menurut N Gustaf F Mamangkey SPi MSc PhD, peneliti kerang mutiara dan pengajar Universitas Sam Ratulangi, mutiara asal Indonesia merupakan mutiara kualitas nomor satu di dunia. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat pada 2009, 40% mutiara yang beredar di seluruh dunia berasal dari Indonesia (Hanni Sofia, 2009).
Mutiara merupakan sejenis batu permata hasil biomineralisasi kerang dan siput anggota moluska (filum mollusca). Meski mutiara merupakan sebagai bentuk batu permata, ternyata kata mutiara juga menjadi suatu kiasan atau ungkapan untuk menggambarkan sesuatu. Sebut saja, misalnya ungkapan 'mutiara-mutiara terpendam', yang merujuk pada suatu potensi yang belum digali dan apabila digali akan menghasilkan sesuatu hasil yang berguna atau berharga, layaknya seperti mutiara itu sendiri. Begitulah kira-kira gambarannya.
Gambaran tentang 'mutiara-mutiara terpendam' itu saya kira sangat relevan juga bila dinisbahkan pada daerah-daerah tertinggal. Sebab banyak daerah-daerah tertinggal laksana 'mutiara-mutiara terpendam'.
Menggali potensi
Mutiara-mutiara terpendam tersebut tampak terlihat dari potensi-potensi yang dimiliki di beberapa daerah tertinggal. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, selain pertanian, perkebunan, dan peternakan, sektor kelautan merupakan potensi andalan ekonomi daerah. Beberapa potensi perikanan yang dimiliki, yakni potensi perikanan tangkap, potensi perikanan budi daya laut, budi daya air dan budi daya air tawar. Selain itu, NTT memiliki objek pariwisata, yaitu objek wisata alam, objek wisata budaya, dan objek wisata bahari.
Berkaitan dengan kawasan wisata bahari, di Raja Ampat, Provinsi Papua, sungguh memiliki potensi yang menakjubkan. Wisata bahari Raja Ampat merupakan kawasan wisata bahari terbaik di Indonesia. Raja Ampat bisa menjadi pilihan utama wisata bahari di Indonesia jika dibandingkan dengan kawasan wisata bahari lainnya karena memiliki hamparan terumbu karang yang cukup baik. Kawasan Raja Ampat juga memiliki panorama dan keragaman ekosistem yang cukup banyak.
Di daerah lainnya, seperti di Sulawesi Barat juga banyak 'mutiara-mutiara terpendam'. Provinsi itu memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan bervariasi mulai dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan sampai perkebunan. Di sektor peternakan, misalnya, potensi yang bisa dikembangkan adalah peternakan sapi, kerbau, dan kuda. Sementara itu, sektor perkebunan, provinsi itu penghasil kakao dan jambu mete.
Sementara itu, di Madura, yang beberapa kabupatennya masih tertinggal juga memiliki banyak potensi. Kini Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadikan Madura sebagai sentra sapi. Sapi madura sebagai salah satu sapi lokal Indonesia yang mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan. Hal itu karena keunggulan yang dimiliki sapi madura berupa daya tahan tinggi terhadap stres dan penyakit, tingkat kesuburan tinggi, kemampuan adaptasi tinggi terhadap kualitas pakan yang rendah serta kebutuhan pakan yang lebih sedikit daripada sapi impor.
Selain potensi peternakan sapi, di Madura bisa dikembangkan sebagai pusat garam nasional. Peluang itu bisa dikembangkan mengingat sampai saat ini kita masih impor garam, padahal potensi garam di Madura sangat besar. Dari 2,4 juta ton kebutuhan garam nasional, saat ini baru tercukupi sebesar 1,4 juta ton. Dari angka itu, sumbangan garam Madura mencapai 600 ribu ton.
Sementara itu, di Provinsi NTB, selain menggalakkan program Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS), daerah ini memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang cukup tinggi. Untuk mengembangkan potensi tersebut, Provinsi NTB membagi wilayahnya menjadi tiga wilayah pengembangan, yaitu Pulau Lombok, dengan prioritas pada pengembangan budi daya laut dan perikanan air tawar, budi daya air payau (tambak), penangkapan perairan umum; Pulau Sumbawa bagian Barat prioritas pada pengembangan budi daya air payau, budi daya laut, penangkapan, perairan umum, dan budi daya air tawar; dan Pulau Sumbawa bagian Timur dengan prioritas pada pengembangan penangkapan, budi daya air payau, budi daya laut, perairan umum, dan budi daya air tawar (Indonesia Tanah Airku, 2007).
Strategi KPDT
Dengan melihat potensi-potensi yang ada dari setiap daerah tertinggal sebagai 'mutiara-mutira terpendam' tersebut, strategi pembangunan yang akan dilakukan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setiap daerah.
Di antara usaha yang akan dilakukan KPDT adalah berusaha mengembangkan ekonomi daerah tertinggal dengan berlandaskan pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal (sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan serta sumber daya fisik) yang dimiliki setiap daerah, oleh pemerintah dan masyarakat, melalui pemerintah daerah maupun kelompok-kelompok kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
KPDT juga mencoba membuka aksesibilitas untuk membuka keterisolasian daerah tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju dan peningkatan kapasitas, baik kapasitas kelembagaan maupun kapasitas sumber daya manusia pemerintah dan masyarakat di daerah tertinggal.
Bila usaha dan kerja keras untuk menggali 'mutiara-mutiara terpendam' tersebut berhasil, gambaran Indonesia sebagai 'kolam susu' dan 'tanah surga', seperti yang dilukiskan Koes Plus, Insya Allah terwujud. Koes Plus berujar, "Bukan lautan hanya kolam susu/Kail dan jala cukup menghidupimu/Tiada badai tiada topan kau temui/Ikan dan udang menghampiri dirimu." Lalu pada bait berikutnya Koes Plus mengatakan, "Orang bilang tanah kita tanah surga/Tongkat kayu dan batu jadi tanaman." Semoga!
Oleh A Helmy Faishal Zaini Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Opini Media Indonesia 24 Februari 2010