20 Januari 2010

» Home » Suara Merdeka » Wacana 21 Januari 2010 Unjuk Rasa PRT di Dunia Maya

Wacana 21 Januari 2010 Unjuk Rasa PRT di Dunia Maya

BURUH migran Indonesia di negara ”tertutup”, yang belum secara luas memfasilitasi sistem informasi dan komunikasi (SIK), masih menggunakan cara-cara konvensional, seperti via pos, bahkan lewat sponsor/calo sebagai perantara informasi hingga pengiriman uang. 

Keminiman seperti itu, atau mahalnya biaya yang terkait dengan SIK rentan dengan praktik pemerasan dan tindakan yang merugikan buruh migran Indonesia. (BMI).


Semestinya pemerintah Indonesia mendesak negara ”tertutup” itu agar memberikan keleluasaan bagi pahlawan  devisa, seperti; libur satu hari dalam seminggu, diperbolehkan memiliki telepon seluler, notebook, dan memberikan kesempatan berorganisasi.

Di negara ”terbuka” seperti di Hong Kong teknologi komunikasi dan informasi (TIK) bukan lagi sebagai komunikasi ansih melainkan telah menjadi media pilihan bagi TKI/TKW untuk memperkuat eksistensi dirinya. Misalnya dengan menuliskan beragam pengalaman mereka dalam bentuk puisi, cerpen, prosa, dan sebagainya.

Upaya mereka mencurahkan kemanusiaannya dan meningkatkan kapasitas dirinya kemudian memunculkan wacana sastra buruh migran Indonesia.

Sebut saja Fitri, salah satu contoh dari ratusan ribu pekerja Indonesia asal Cilacap yang mengadu nasib di Hong Kong, negeri bekas jajahan Inggris.

Dia yang bekerja sebagai PRT  mendapat upah 3.580 dolar Hong Kong atau Rp  4,25 juta lebih per bulan. Kesejahteraan itu berbeda dari saat ia menjadi PRT di Jakarta, yang digaji menurut kepantasan dan kebaikan majikan, yakni antara Rp 300 ribu dan Rp 500 ribu  per bulan.

Berbagai faktor yang memengaruhi seseorang jadi TKI/TKW, Sebagian besar karena faktor kemiskinan, disusul perceraian, termasuk karena ditinggal mati istri atau suami. Akhirnya menjadi TKI/TKW merupakan pilihan agar aman secara ekonomi dan status sosial.

Ketertarikan Fitri pada dunia internet dimulai saat ia mencari informasi daerahnya melalui mesin pencari Google, yang selanjutnya memberikan daftar sumber terkait: Cilacap.

Dari dunia maya Fitri sadar, banyak orang yang sama seperti dirinya: didera kemiskinan, keterbelakangan, berpendidikan rendah sehingga sulitnya mendapat pekerjaan, menghadapi mahalnya biaya kesehatan.

Dari situlah Fitri melepaskan kerinduan pada daerahnya, dengan membuat blog dengan nama cewekndeso pada jaringan blogspot.com.

”Namaku Fitri. Di dunia maya, orang mengenalku dengan panggilan cewek ndeso. Pekerjaan Babu. melalui tulisan Fitri banyak berbagi dengan ratusan TKW blogger/cyber, di berbagai negara.

TKW Indonesia di Hong Kong bebas melakukan kegiatan apapun saat liburan, mereka nikmati dengan berbagai aktivitas, berkumpul di taman kota dengan sesama warga Indonesia, mempererat persaudaraan dari dunia maya ke dunia nyata, ide ini populer disebut modar (mojok darat).

Modar menjadi pertemuan fisik antarpegiat cyber. Dalam pertemuan tersebut mereka saling bercengkerama dan bertukar pikiran tentang berbagai topik keseharian.
Diragukan Dari aktivitas kerja, hubungan dengan majikan, hingga beragam cerita tentang Tanah Air misalnya, pada saat pertemuan, dibahas dampak pembangunan terminal BMI di Selapanjang,

Cengkareng. Para buruh migran meragukan kebijakan tersebut membawa perubahan, tapi justru itu menjadi lahan eksploitasi baru.  Kini dunia cyber/internet bagi mereka ibarat buku harian; media katarsis keluh-kesahnya, hingga dijadikan media unjuk rasa.

Paro 2008, lahirlah sebuah situs hhttp://www.cilacap-online.com, sebuah jurnal warga yang bebas dan terbuka. Sebuah situs yang dapat diakses oleh beragam karakter dan kalangan. Sebuah media e-government yang efektivitasnya jitu, terutama bagi TKW/TKI asal Cilacap.

Dalam perkembangannya, kehadiran situs itu bukan saja sebagai kebutuhan privat, bertukar informasi, bisnis, kesusastraan, kepariwisataan, wacana akademis, melainkan lebih dari itu memanfaatkan dunia cyber untuk meniupkan kembali kekuatan kata-kata —unjuk rasa.

YS (Yossy Suparyo-Red) hanya karena menulis catatan bagaimana ia membikin KTP di daerahnya, Rawa Apu, KecamatanPatimuan, Cilacap misalnya, orang tua YS harus menjadi ”jaminan” agar sang putra ”menghadap” mereka yang terganggu oleh tulisannya.

Demontrasi cyber merupakan sebuah gerakan penyadaran dalam strategi melancarkan kritik terhadap para punggawa pemerintahan. Sebuah era baru yang tidak lagi memanfaatkan aturan konvensional, seperti melapor ke polisi, kejaksaan hingga demo di DPRD ataupun di pemkab. Sebuah era baru yang tidak bisa dikontrol alat birokrasi.

Dan sepertinya karya berjudul ”Simpemdes vs Lurahsof” tulisan YS yang beredar luas di internet, menjadi tonggak sejarah demontrasi cyber; mengingatkan  kembali pada nilai serta tugas mulia bagi pelayan masyarakat dan sekaligus menuntut kerja profesional birokrasi kepemerintahan daerah.

Memang, internet tidak dibaca oleh mayoritas warga Cilacap, tetapi kelompok kritis dari berbagai penjuru negeri, toh menjadikannya salah satu referensi tentang ìsudut gelapî di Cilacap. (10)

— Imam Hamidi Antassalam, pengelola Rumah Baca Al-Hamda di Winangun, Bantar, Wanareja, Cilacap, desa kelahirannya
Wacana Suara Merdeka 21 Januari 2010