IMPIAN masyarakat untuk menikmati jalan tol Semarang-Solo hampir terwujud, setelah ruas Semarang (Tembalang)-Ungaran siap dioperasikan. Meski baru seksi 1 sepanjang 14 km (dari panjang keseluruhan 75,7 km), bukti itu memperkuat optimisme pemakai jalan dari penantian panjang selama ini.
Pemangku kebijakan pun merespons, terlihat dari penyelesaian proyek yang terus dikebut sehingga diharapkan bisa digunakan mulai 16 Desember 2010.
Tentunya ini merupakan indikator yang positif, serta progress yang melegakan mengingat sebelumnya uji coba itu sudah beberapa kali tertunda.
Dari rencana siap dipakai untuk arus mudik lebaran tahun lalu pun, faktanya belum siap. Kita tidak menutup mata, banyak kendala yang dihadapi di lapangan, khususnya oleh kontraktor jalan bebas hambatan ini.
Dari masalah pembebasan tanah yang berlarut-larut, struktur tanah yang labil hingga cuaca ekstrem. Pengeprasan bukit yang dilewati tol yakni Bukit Cemoro Sewu dan Bukit Ceper pada masa pengerjaannya tidak kunjung usai. Pasalnya curah hujan tinggi sehingga alat-alat berat tidak bisa secara optimal dipakai untuk memangkas bukit. Kendala ini tentunya harus disikapi secara bijak.
Sebagai warga Ungaran, kami berharap keberadaan jalan tol ini bisa mempercepat gerakan roda perekonomian Jawa Tengah, termasuk di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya, utamanya bagi ibu kota kabupaten ini, dan akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terlebih kabupaten ini sudah dilirik oleh beberapa investor.
Beberapa pengusaha di Jabodetabek menyatakan siap merelokasikan unit usahanya di wilayah ini. Tentu peluang yang baik yang harus segera ditangkap mengingat tidak mudah menarik investor. Kesiapan insfrastruktur penunjang dan regulasi yang baik, jadi faktor pilihan utama bagi para investor. Hadirnya investasi baru diharapkan menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan angka pengangguran.
Yang perlu dicermati setelah pengoperasian ruas jalan tol itu adalah munculnya masalah baru yang kurang terpikirkan, yakni kemacetan lalu lintas di pintu keluar (interchange) tol. Bila problem itu tidak ditangani dengan baik akan mengganggu pergerakan arus barang dan manusia.
Terkait dengan kemungkinan akumulasi kendaraan yang keluar masuk akses tol di wilayah Ungaran, pimpinan instansi terkait perlu duduk bersama memformulasikan manajemen lalu lintasnya. Hal itu penting dilakukan untuk mengantisipasi sehingga seandainya terjadi kemacetan sudah ada beberapa opsi yang harus diambil.
Infrastruktur Penunjang Langkah itu perlu diambil mengingat hingga sekarang akses keluar tol di Kalirejo dan Sidomulyo terlihat belum siap menampung arus kendaraan berat. Bila 16 Desember ini dioperasikan, perlu persiapan dari pihak terkait untuk meningkatkan infrastruktur penunjang. Jalan keluar yang masih sempit dan jembatan perlu diperlebar serta diperkuat, rambu-rambu, termasuk traffic light dan marka jalan juga dilengkapi.
Hal lain yang perlu terus dievaluasi adalah masalah kenyamanan dan keselamatan mengingat ruas tol ini melewati zona untuk lembaga pendidikan, kantor pemerintahan, dan pertokoan.
Faktor lain yang perlu dikaji adalah sebab-akibat yang terkait dengan alih fungsi lahan mengingat proyek tol tersebut sudah mengurangi luasan daerah resapan air sehingga daerah yang dilewati punya risiko lebih besar dilanda banjir. Jalan di wilayah Sidosari yang sering banjir perlu dicarikan solusinya agar akses tol di wilayah Kalirejo tidak terganggu.
Mengingat di wilayah Ungaran Timur kini tumbuh beberapa perumahan baru, pernoperasian ruas tol itu tentunya berimbas pada peningkatan penggunaaan jalan, ditambah rencana pengembangan kota ke arah Ungaran Timur. Kita songsong beroperasinya ruas tol itu agar ketertinggalan dari provinsi lain dalam hal infrastruktur dapat dikejar.
Kita perlu memberi apresiasi kepada semua pihak yang mendukung terwujudnya proyek tersebut. Kita berharap kehadiran jalan tol itu membawa multiplier effect (efek ganda) yang positif bagi kesejahteraan warga Ungaran dan Kabupaten Semarang. (10)
— Juli Widiyanto SAP, warga Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Pemangku kebijakan pun merespons, terlihat dari penyelesaian proyek yang terus dikebut sehingga diharapkan bisa digunakan mulai 16 Desember 2010.
Tentunya ini merupakan indikator yang positif, serta progress yang melegakan mengingat sebelumnya uji coba itu sudah beberapa kali tertunda.
Dari rencana siap dipakai untuk arus mudik lebaran tahun lalu pun, faktanya belum siap. Kita tidak menutup mata, banyak kendala yang dihadapi di lapangan, khususnya oleh kontraktor jalan bebas hambatan ini.
Dari masalah pembebasan tanah yang berlarut-larut, struktur tanah yang labil hingga cuaca ekstrem. Pengeprasan bukit yang dilewati tol yakni Bukit Cemoro Sewu dan Bukit Ceper pada masa pengerjaannya tidak kunjung usai. Pasalnya curah hujan tinggi sehingga alat-alat berat tidak bisa secara optimal dipakai untuk memangkas bukit. Kendala ini tentunya harus disikapi secara bijak.
Sebagai warga Ungaran, kami berharap keberadaan jalan tol ini bisa mempercepat gerakan roda perekonomian Jawa Tengah, termasuk di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya, utamanya bagi ibu kota kabupaten ini, dan akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terlebih kabupaten ini sudah dilirik oleh beberapa investor.
Beberapa pengusaha di Jabodetabek menyatakan siap merelokasikan unit usahanya di wilayah ini. Tentu peluang yang baik yang harus segera ditangkap mengingat tidak mudah menarik investor. Kesiapan insfrastruktur penunjang dan regulasi yang baik, jadi faktor pilihan utama bagi para investor. Hadirnya investasi baru diharapkan menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan angka pengangguran.
Yang perlu dicermati setelah pengoperasian ruas jalan tol itu adalah munculnya masalah baru yang kurang terpikirkan, yakni kemacetan lalu lintas di pintu keluar (interchange) tol. Bila problem itu tidak ditangani dengan baik akan mengganggu pergerakan arus barang dan manusia.
Terkait dengan kemungkinan akumulasi kendaraan yang keluar masuk akses tol di wilayah Ungaran, pimpinan instansi terkait perlu duduk bersama memformulasikan manajemen lalu lintasnya. Hal itu penting dilakukan untuk mengantisipasi sehingga seandainya terjadi kemacetan sudah ada beberapa opsi yang harus diambil.
Infrastruktur Penunjang Langkah itu perlu diambil mengingat hingga sekarang akses keluar tol di Kalirejo dan Sidomulyo terlihat belum siap menampung arus kendaraan berat. Bila 16 Desember ini dioperasikan, perlu persiapan dari pihak terkait untuk meningkatkan infrastruktur penunjang. Jalan keluar yang masih sempit dan jembatan perlu diperlebar serta diperkuat, rambu-rambu, termasuk traffic light dan marka jalan juga dilengkapi.
Hal lain yang perlu terus dievaluasi adalah masalah kenyamanan dan keselamatan mengingat ruas tol ini melewati zona untuk lembaga pendidikan, kantor pemerintahan, dan pertokoan.
Faktor lain yang perlu dikaji adalah sebab-akibat yang terkait dengan alih fungsi lahan mengingat proyek tol tersebut sudah mengurangi luasan daerah resapan air sehingga daerah yang dilewati punya risiko lebih besar dilanda banjir. Jalan di wilayah Sidosari yang sering banjir perlu dicarikan solusinya agar akses tol di wilayah Kalirejo tidak terganggu.
Mengingat di wilayah Ungaran Timur kini tumbuh beberapa perumahan baru, pernoperasian ruas tol itu tentunya berimbas pada peningkatan penggunaaan jalan, ditambah rencana pengembangan kota ke arah Ungaran Timur. Kita songsong beroperasinya ruas tol itu agar ketertinggalan dari provinsi lain dalam hal infrastruktur dapat dikejar.
Kita perlu memberi apresiasi kepada semua pihak yang mendukung terwujudnya proyek tersebut. Kita berharap kehadiran jalan tol itu membawa multiplier effect (efek ganda) yang positif bagi kesejahteraan warga Ungaran dan Kabupaten Semarang. (10)
— Juli Widiyanto SAP, warga Leyangan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
Wacana Suara Merdeka 16 Desember 2010