18 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Wisata Keluarga di Alun-alun

Wisata Keluarga di Alun-alun

Pembangunan kawasan itu  menyedot dana hingga Rp 4 miliar. Untuk itu semua pihak perlu menjaganya agar fasilItas tersebut tetap bersih, indah, dan nyaman

WONOSOBO terus berusaha meneguhkan diri sebagai kota wisata. Selain punya ikon wisata alam pegunungan Dieng, taman rekreasi air hangat Kalianget, dan agrowisata Tambi, kini kota berslogan aman, sehat, rapi, dan indah (ASRI) menawarkan loka isata baru di pusat kota, yakni alun-alun.

Ruang publik kebanggaan masyarakat kota itu ditata ulang dengan baik. Tidak saja bisa untuk olahraga seperti sepak bola, voli, dan basket, prasarana umum itu bisa dimanfaatkan untuk wisata keluarga. Ada trek khusus untuk olahraga jalan kaki, taman yang dilengkapi dengan air mancur. Ada kursi besi dan beton cor untuk pengunjung yang ingin bersantai, serta paseban tempat berteduh dan melepas lelah.


Lintasan untuk jalan kaki dibagi dua, satu melingkar di dalam alun-alun dan satunya lagi mengelilingi bagian luar. Trek itu diisi kerikil yang cukup nyaman untuk berjalan tanpa alas kaki. Adapun bagian lingkar luarnya ditutup dengan paving block.

Suasana asri dan indah sangat pas untuk wisata keluarga. Anak-anak bisa berolahraga, jalan kaki atau lari-lari kecil memutari alun-alun. Bila lapar dan haus, aneka makanan dan minuman pun tersedia di sekitar ruang publik itu. Misalnya mi ongkok, mi ayam, bakso, siomay, kupat tahu, dan aneka minuman.

Suasana pada Minggu pagi biasanya memuncaki keramaian ruang publik itu. Sejumlah keluarga tumplek-blek memenuhi setiap sudut alun-alun.  Ada yang main basket, main bola dan voli, ada yang lari dan jalan kaki, ada juga yang sekadar kongko sembari menikmati hidangan pagi sajian PKL.

Alun-alun kian riuh dengan kehadiran sekelompok anak muda yang main musik. Jalan seputar alun-alun pun jadi penuh sesak lautan manusia. Jalur lalu lintas di seputarnya, khusus Minggu pagi, terpaksa di tutup demi kenyamanan penikmat alun-alun. Parkir mobil dan sepeda berderet di sepanjang Jl Pemuda dan Jl Sindoro.

Sejak alun-alun ditata ulang, lingkungan itu terlihat lebih bersih, indah, dan ramai. Alun-alun kini dinyatakan tertutup bagi arena kampanye parpol, balap motor, pacuan kuda, pameran, dan pertunjukan musik. Prasarana umum itu hanya digunakan sebagai arena wisata keluarga, olahraga dan acara seremonial pemkab.

Suasana tersebut rupanya perlu tetap dipertahankan. Sebab, ketika alun-alun dibiarkan bebas untuk berbagai pertunjukan, seperti sebelumnya, kondisi sesudahnya rusak parah. Pengalaman kerusakan alun-alun akibat jadi tempat balap motor, pacuan kuda, pameran, dan arena pertunjukan musik cukup dijadikan contoh.
Terjaga Keindahannya Kalau pun terpaksa pemkab menggelar pameran sebagai promosi pembangunan daerah dan mengundang investor, sebaiknya kegiatan tersebut digelar di separo jalan seputar alun-alun dan kompleks gedung Sasana Adipura Kencana. Dengan demikian, alun-alun tidak akan rusak dan tetap terjaga keindahannya.

Upaya untuk mengembalikan keindahan itu tentu membutuhkan dana besar. Pembangunan kawasan itu  menyedot dana hingga Rp 4 miliar, nilai yang tidak kecil untuk proyek revitalisasi. Untuk itu semua pihak perlu menjaganya agar fasilItas tersebut tetap bersih, indah, dan nyaman untuk olahraga dan wisata keluarga.

Agar suasana alun-alun makin ramai di minggu pagi, rasa-nya tidak cukup hanya ditampilkan musik dari kalangan kawula muda. Sekali waktu perlu dipentaskan kesenian tradisional yang ada di Wonosobo.

Pengalaman menyulap alun-alun sebagai pasar penampungan juga jangan sampai terulang lagi. Apalagi, saat itu  kemudian hangus terbakar. Warga Wonosobo merasa kehilangan tempat kebanggaannya. Jangankan tempat wisata seperti sekarang ini, orang yang mau olahraga dan bersantai di alun-alun jadi bingung.

Sekiranya rencana tersebut jadi dilaksanakan, perlu dipikirkan masak-masak. Apakah pemindahan itu tidak berbuntut masalah dan menghilangkan filosofi alun-aLun sebagai pusat kekuasaan. Hal itu mengingat di seputarnya ada pendapa kabupaten, gedung DPRD, kantor setda, Gedung Adipura Kencana, makodim, dan gedung Kejaksaan Negeri.

Ada juga pusat ekonomi berupa kantor Bank Jateng dan Bank BRI, tempat ibadah seperti Gereja Kristen Jawa, Gereja Santo Paulus, dan Masjid Jami’, Sasana Bhakti, rutan, Kantor Pos, SMP Negeri 1 dan beberapa hunian. Jangan sampai demi keramaian dan nilai komersial, pengembangan alun-alun berbuntut masalah. (10)

— Haryati, guru SMA Negeri 1 Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

Wacana Suara Merdeka 19 Mei 2010