Minggu depan, dana talangan tambahan sebesar 14,5 miliar euro yang berasal dari komitmen Uni Eropa akan digelontorkan pula untuk membantu negara Yunani dari kebangkrutan. Penguatan mata uang euro hanya berlangsung pada Rabu (12/5) dan Kamis (13/5). Sore harinya, euro mulai terpuruk lagi ke titik yang lebih dalam dari posisi awal sebelum dana talangan digelontorkan. Terhitung sejak awal Desember 2009, kurs mata uang Eropa terhadap dollar AS terus menurun secara berkelanjutan.
Sebuah pertanyaan yang menarik saat ini sedang jadi pergunjingan banyak kalangan di Eropa adalah apakah dana talangan dari IMF dan Uni Eropa ini akan mampu mengatasi krisis Yunani dan membendung krisis menular ke perekonomian Eropa?
Kabar soal ancaman krisis Eropa ini mungkin tidak begitu menarik bagi banyak kalangan di Indonesia yang sedang sibuk dengan kasus Susno Duadji, Anggodo Widjojo, makelar kasus, dan teroris, tetapi perlu diingat bahwa ekspor langsung Indonesia ke Eropa mencapai 15 persen dari total ekspor Indonesia. Diduga, ekspor Indonesia ke Singapura yang menyumbang 40 persen ekspor Indonesia ke Asean sebagian diteruskan Singapura ke Eropa.
Ancaman krisis Eropa perlu pula diwaspadai sebagai ancaman bagi Indonesia. Selain ancaman perambatan krisis dari sektor riil yang perlu diwaspadai pula adalah ancaman perambatan krisis dari sektor finansial yang dampak perambatannya pasti jauh lebih cepat daripada perambatan ancaman krisis dari sektor riil. Ancaman krisis pasar uang di Eropa dampaknya sedikit atau banyak akan merambat ke pasar finansial Indonesia.
Asal muasal krisis perekonomian Yunani dan ancaman krisis terhadap perekonomian Eropa, menurut Paul De Grauwe, yang dalam artikel 11 Mei di Vox—media tempat berkumpulnya para ekonom-ekonom besar dunia— berasal dari ketidakdisiplinan kebijakan fiskal dan utang swasta, paling tidak sejak sepuluh tahun terakhir. De Grauwe mengamati, ada pola hubungan antara utang swasta dan utang publik. Dalam masa pertumbuhan ekonomi, utang swasta membengkak, sedangkan utang pemerintah turun. Dalam masa krisis, utang swasta turun, sedangkan utang pemerintah membengkak. Dalam periode krisis 2008-2009 di Eropa, utang pemerintah negara- negara Eropa membengkak.
Mengapa pada masa krisis utang pemerintah di Eropa membengkak tajam? Pertama, dalam masa krisis penerimaan pemerintah dari pajak berkurang karena kemampuan membayar pajak masyarakat turun. Kedua, dalam masa krisis, pengangguran dan kemiskinan meningkat sehingga pengeluaran tunjangan sosial pemerintah meningkat. Ketiga, secara implisit utang swasta dijamin pemerintah. Ketika swasta, terutama sektor perbankan mengalami krisis utang, pemerintah terbebani untuk menyelamatkan mereka.
Utang pemerintah Eropa yang meningkat tajam semasa krisis berbeda-beda antarnegara. Akumulasi utang pemerintah Eropa rata-rata memang belum mencapai rasio 100 persen dari PDB mereka. Bagi Yunani, salah satu negara terlemah di Uni Eropa, rasio total utang pemerintah sudah melebihi angka itu. Dalam rangka mengatasi defisit anggaran yang terus membengkak, pemerintah memutuskan mengetatkan pengeluaran, di antaranya dengan memotong tunjangan pensiun dan tunjangan sosial.
Krisis perekonomian Yunani mempunyai potensi merambat ke seluruh perekonomian Uni Eropa. Perambatan itu difasilitasi oleh adanya fakta bahwa obligasi Pemerintah Yunani sudah menyebar merata ke seluruh masyarakat dan ke seluruh institusi finansial Eropa. Kedua, perambatan akan lebih cepat melalui pasar uang dan pasar modal. Kegagalan menyelamatkan perekonomian Yunani akan menghancurkan kepercayaan pelaku pasar uang untuk memegang obligasi pemerintah.
Jika Pemerintah Yunani tidak mampu membayar bunga obligasi pemerintah, masyarakat akan berbondong-bondong menjual obligasi tersebut. Pelaku pasar uang akan mengantisipasi krisis perekonomian dengan berbondong-bondong menjual obligasi Pemerintah Spanyol, Irlandia, Belgia, dan Portugal yang beban utang pemerintah sudah sangat tinggi. Jika harga obligasi pemerintah negara-negara Eropa jatuh, bola salju dapat bergulir semakin cepat menghasilkan krisis Eropa yang tak terelakkan.
Serupa yang pernah terjadi di Indonesia, Masyarakat Uni Eropa sekarang ini sedang mempergunjingkan perlu tidaknya dana talangan untuk perekonomian Yunani. Isu dana talangan ini tak hanya melibatkan masyarakat Yunani, melainkan juga melibatkan masyarakat Uni Eropa karena masyarakat Uni Eropa telah berkomitmen membantu dana talangan kepada perekonomian Yunani sebesar 14,5 miliar euro. Dana ini dikumpulkan dari pajak masyarakat di negara-negara Eropa yang tergabung dalam Masyarakat Uni Eropa.
Isu dana talangan dikaitkan dengan pengetatan anggaran, terutama untuk alokasi gaji pegawai dan tunjangan sosial, serta isu ketidakadilan. Demo besar- besaran yang dilakukan dua serikat pekerja yang anggotanya 1,3 juta pegawai negeri ataupun pegawai swasta memprotes reformasi fiskal itu. Demo itu sekaligus menyambut penyerahan dana talangan dari IMF kepada Pemerintah Yunani.
Isu dana talangan yang berkembang di Masyarakat Ekonomi Eropa adalah berkaitan dengan pantas atau legal tidaknya pemberian dana talangan diberikan. Apakah pembayar pajak berkewajiban terhadap penyelamatan perekonomian Yunani? Apakah ketika organisasi Masyarakat Ekonomi Eropa dibentuk telah disepakati perlunya tindakan penyelamatan negara anggota yang mengalami krisis? Penyelamatan perekonomian Yunani berarti peningkatan beban pajak bagi masyarakat Uni Eropa.
Kelompok oposisi dan pendemo pesimistis dana talangan mampu menyelamatkan perekonomian Yunani. Menurut mereka, dana talangan justru akan semakin memperdalam utang, dan krisis. Kamis (13/5) malam, sehari setelah dana talangan dikucurkan, kurs euro terhadap dollar AS terpuruk makin dalam. De Grauwe berpendapat; pertama, perlu ada kesepakatan Uni Eropa dalam menghadapi krisis salah satu negara anggota; kedua, beban tambahan defisit anggaran untuk menopang dana talangan hanya meningkat 3 persen dari PDB. Angka ini sangat kecil bagi perekonomian Masyarakat Uni Eropa; ketiga, dana talangan merupakan solusi perekonomian Yunani dan perekonomian Eropa.
Dana talangan dari Masyarakat Uni Eropa ke Pemerintah Yunani, sebesar 14,5 miliar euro, akan dikucurkan minggu depan. Menarik, mengamati reaksi pasar modal, pasar uang, perekonomian Yunani, dan perekonomian Eropa terhadap proses dana talangan ini. Krisis tentu diharapkan tidak merambat ke Indonesia yang kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dan penegakan hukum sedang melemah.
Opini Kompas 19 Mei 2010