04 Januari 2010

» Home » Media Indonesia » Gus Dur, Perjuangan yang belum Selesai

Gus Dur, Perjuangan yang belum Selesai

INDONESIA kembali kehilangan seorang sosok guru bangsa. KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur wafat beberapa hari lalu. Meski demikian, karya-karya dan pemikirannya tidak akan pernah hilang dari bangsa Indonesia. Ialah sosok yang banyak menjadi inspirasi bagi rakyat Indonesia. Pikiran-pikirannya yang brilian selalu membuat segar suasana dan terobosan-terobosan baru.

Tidak hanya itu, Gus Dur juga merupakan seorang tokoh ulama yang sangat disegani baik di tingkat nasional maupun internasional. Beliau termasuk ilmuwan sosial yang diakui dunia hingga saat ini. Berbagai jabatan penting pernah Gus Dur duduki. Puncaknya beliau menjadi Presiden ke-4 RI. Jalan pikiran Gus Dur tidak pernah bisa ditebak. Beliau bertindak sesuai dengan hati nurani yang dipadukan dengan nalar sebagai pertimbangan.


Meski, kadang kala sepak terjangnya membuat sejumlah orang merasa risi dengannya. Tentunya karena Gus Dur adalah manusia biasa, yang fitrahnya sebagai tempat salah dan lupa. Pemikiran beliau juga tidak semua orang bisa menerimanya karena banyak hal. Ada yang tak bisa menerimanya dengan alasan politik, agama, ideologi, atau hanya karena tidak suka saja dengan pribadinya.

Pejuang HAM
Sosok Gus Dur juga merupakan pejuang demokrasi dan hak asasi manusia. Kaum minoritas di Indonesia selama ini selalu menjadikan beliau sebagai tempat berlindung ketika mendapat tekanan. Gus Dur selalu tampil menjadi yang nomor satu ketika hak-hak kaum minoritas ditindas. Dalam pandangan Gus Dur, kaum minoritas adalah juga warga negara Indonesia yang wajib untuk dilindungi secara hukum.

Terutama pada kelompok-kelompok minoritas keagamaan, beliau sangat respek. Kita tentu masih ingat bersama ketika Ahmadiyah diserang dan dihujat habis-habisan Gus Dur berdiri sebagai seorang ulama yang membela mereka. Atau bagaimana Gus Dur membela kelompok minoritas yang kesulitan dalam membangun rumah ibadah mereka. Beliau berdalih bahwa pembangunan rumah ibadah adalah hak bagi setiap pemeluknya.

Gus Dur pulalah yang pertama kali mengizinkan pertunjukan barongsai setelah lama dilarang dimainkan. Ketika beliau menjadi seorang presiden, agama Konghucu dilegalkan di Indonesia. Termasuk menghapus peraturan tentang warga negara keturunan dalam hal ini Tionghoa yang diharuskan mempunyai nama Indonesia. Bagi kaum Tionghoa, Gus Dur termasuk tokoh penting mereka dalam kebebasan dari diskriminasi.

Beliau jugalah yang berinisiatif menghapuskan Tap MPR tentang pelarangan PKI dan ajaran komunisme di Indonesia. Juga mengupayakan rekonsiliasi antara mantan-mantan PKI dan segenap kelompok yang dulu memusuhinya. Dalam upaya ini usaha Gus Dur tidak sia-sia. NU yang menjadi gerbongnya selama ini bisa berekonsiliasi dengan mantan-mantan PKI, meski sejumlah tokohnya menolak hal tersebut.

Hubungan NU dengan umat kristiani juga membaik beberapa akhir tahun belakangan, meski sebelumnya juga tetap mesra. Inilah hasil karya pengarsitekan Gus Dur dalam program pengamanan Hari Natal oleh Banser NU. Sebagian umat Islam juga sering kali dibuat berang oleh tingkah laku kiai yang satu ini. Terutama ketika Gus Dur mengunjungi Israel, yang sampai saat ini masih menjadi musuh Islam. Apalagi ketika beliau mengungkapkan keinginannya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Kekerasan bukan merupakan jalan yang baik dalam menyelesaikan masalah. Karena kekerasan yang dilakukan akan mengakibatkan kekerasan lainnya timbul. Prinsip inilah yang dianut Gus Dur dalam menyikapi permasalahan. Banyak anak bangsa yang melakukan kekerasan dengan berbagai dalih untuk kepentingan mereka, baik mempertahankan eksistensi atau sebagai legitimasi kebenaran tunggal versi mereka. Gus Dur secara tegas menolak dan mengecam berbagai aksi kekerasan yang terjadi di negeri ini.

Demokrat sejati
Jalan seberang (oposan) dalam berdemokrasi juga selalu diambil bapak bangsa ini. Sejak mudanya Gus Dur berani menjadi oposan dari setiap penindasan oleh penguasa. Dengan terang-terangan beliau menyatakan tidak mau masuk dalam gerbong ICMI waktu didirikan. Saat reformasi 1998, ia juga menjadi pemrakarsanya. Rumahnya di Ciganjur dijadikan tempat pertemuan menentang rezim berkuasa saat itu. Dan karena kejeliannyalah Gus Dur bisa lolos dari rezim Orde Baru. Meski beliau dikenal sebagai pengkritik tajam pada penguasa saat itu.

Bahkan terhadap partai yang didirikannya sendiri Gus Dur tetap menerapkan budaya oposan. Tentunya kita masih ingat saat bagaimana Gus Dur berseteru dengan keponakannya sendiri Muhaimin Iskandar berebut PKB. Atau ketika Gus Dur duduk sebagai presiden, banyak kontroversi yang mengikutinya. Mulai gonta-ganti menteri hingga protokoler yang sering dilanggarnya. Yang paling fenomenal adalah membuat Istana Presiden kehilangan kesakralannya dan menjadikannya sebagai istana rakyat.

Dari semua presiden yang pernah ada mungkin Gus Dur-lah presiden yang paling mudah ditemui oleh siapa saja dan kapan saja. Inilah sosok aktor politik yang andal dan jeli meski pada akhirnya kena telikung juga sehingga Gus Dur menjabat sebagai presiden hanya separuh waktu saja. Dengan berbagai fenomenalnya Gus Dur mewarnai iklim demokrasi Indonesia dan mendidiknya menjadi dewasa.

Namun, kondisi bangsa ini masih jauh dari harapan atas apa yang diperjuangkan Gus Dur selama ini. Kaum minoritas masih terpinggirkan, rakyat banyak yang miskin. Kezaliman para penguasa juga masih sering kita lihat. Tentunya itu semua menjadi tugas kita mewarisi perjuangan dan cita-cita luhur Gus Dur. Mewujudkan Indonesia yang demokratis, sejahtera, adil, dan makmur, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Kini beliau pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Perjuangan dan cita-citanya akan terus hidup di sanubari kami. Selamat jalan Gus, kami akan selalu merindukan orang seperti engkau.

Oleh Budi Prasetyo, Direktur Eksekutif The Hasyim Asy'ari Institute
Opini Media Indonesia 5 Januari 2010