21 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » Berbagi Kue Jasa Konstruksi

Berbagi Kue Jasa Konstruksi

SAAT ini usaha jasa konstruksi, termasuk di Kota Semarang, belum bisa bangkit kembali setelah krisis 1998. Hal ini
menjadikan persaingan antarperusahaan jasa konstruksi sangat ketat.

Tantangan usaha terasa makin berat mengingat selain faktor eksternal, krisis global, dan otda, secara internal perusahaan dihantui kenaikan ongkos produksi.


Untuk itulah, usaha jasa konstruksi harus mulai memikirkan ulang strategi pemasaran. Pengelola perlu mencari peluang lain tetapi berkaitan dengan core businessnya.

Manajemen harus menciptakan diversifikasi produk yang memiliki daya saing dan bernilai tambah khas. Dengan kata lain, perlu meningkatkan citra perusahaan, berpromosi, dan mematok harga kompetitif karena tiga indikator itu berpengaruh terhadap minat beli. 

Strategi pemasaran dengan meningkatkan corporate image penting dilakukan karena merupakan pengenalan pada produk yang ditawarkan guna memperbaiki posisi persaingan suatu produk atau  jasa. 

Citra baik bisa dibentuk antara lain dari  penggunaan bahan bermutu, inovatif, hasil kerja yang bagus, penerapannya mengikuti perkembangan, serta menyediakan garansi, komitmen, dan keterbukaan.

Citra perusahaan berdampak besar atas penjualan, pendapatan, dan penilaian karenanya upaya ke arah itu merupakan suatu keharusan. Kontraktor juga harus berpromosi.

Yang lazim dan secara empiris terbukti tepat bila dilaksanakan adalah membagikan brosur ke calon konsumen, memasang iklan ucapan selamat, menyampaikan company profile, intensitas kontak, tatap muka, dan memberi layanan khusus guna menjaga kontinuitas. Promosi secara tidak langsung ditanggapi positif oleh calon pemakai jasa tapi butuh waktu relatif lama.

Memang dilematis karena cara itu membuat biaya produksi bisa meningkat 20-30%. Jika cost itu ditambahkan ke harga produk maka harga jual jasa menjadi mahal, dan hal itu tidak dikehendaki oleh manajemen karena perusahaan bisa kalah dalam penawaran.

Guna meningkatkan minat beli diperlukan strategi cerdas di antaranya harus selalu menepati janji.

Sekali terjadi wanprestasi, pengguna jasa akan meninggalkannya. Manajemen juga harus memperhatikan harga karena pandangan konsumen terhadap harga sangat sensitif. 

Variabel harga dibentuk dari indikator harga yang kompetitif,  pembayaran melalui termin, penerapan harga secara bundling, pemberian diskon, menurunkan harga yang dimiliki pesaing, harga sesuai kualitas, produk dapat diangsur, pelanggan dapat bonus, memperingan biaya pembatalan pembelian, dan strategi produk baru tapi harga lama.

Harga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam strategi pemasaran. Harga yang rendah dan kompetitif merupakan faktor pemicu untuk meningkatkan minat beli. Umumnya calon pembeli sangat sensitif dengan harga, yang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Sistem pembayaran melalui termin dan penerapkan harga secara bundling merupakan komponen yang harus ditingkatkan dengan baik.

Pembayaran melalui termin dapat dilaksanakan lewat transfer, tunai, ataupun dicicil, misalnya untuk pembeli yang reputasinya baik maka  pembayaran pelunasan dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir.
Uangnya Aman Keunggulan ditentukan oleh tingkat inovasi produk yang berkelanjutan, kemampuan produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, mereduksi biaya yang dikeluarkan pelanggan, kecanggihan teknologi, dan desain.

Jika pembeli mendapat garansi dalam membeli produk  mereka merasa uangnya aman.

Perlu juga upaya meniadakan kerusakan selama masa pemeliharaan agar pembeli merasa diuntungkan. Kontraktor harus rajin mencari informasi lewat media massa, termasuk media online, untuk kemudian mendaftar di panitia lelang.

Kontraktor dapat terdaftar jika subbidang pekerjaan dan klasifikasi yang diminta sesuai yang dimiliki. Subbidang yang banyak dimiliki rekanan adalah arsitektur, bangunan nonperumahan lainnya yang berkategori grade 2, 3, dan 4.

Di Kota Semarang saja saat ini ada 500 rekanan, bergabung di belasan asosiasi yang terdaftar di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Jateng. Bila melihat semua subbidang yang tersebar di semua asosiasi maka sedikitnya ada 2 ribu rekanan.

Mengingat banyaknya bidang arsitektur dan subbidang nonperumahan lainnya maka pendaftar dalam satu paket pekerjaan bisa mencapai 100 rekanan. Hal itu  merepotkan panitia lelang saat pendaftaran, memberi penjelasan (aanswijzing) dan pelelangan.     

Banyaknya peserta lelang juga menyebabkan terjadinya saling menjatuhkan harga penawaran, bahkan sampai memasang harga yang tidak wajar, jauh dari pagu.

Menangani pekerjaan dengan harga yang baik, yaitu hanya turun dari pagu 5-10% saja, kadang bisa merugi karena hitungan dari pengguna jasa, adakalanya dihitung oleh konsultan dan faktanya volume dan harga sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan.

Artinya, saat penghitungan anggaran, harga bahan bangunan masih normal, namun sewaktu proyek dikerjakan harga semua bahan bangunan, terutama komponen utama, dan upah sudah naik.

Selama masa pelaksanaan, kontraktor juga selalu dihantui kenaikan biaya produksi. Yang naik secara berkala antara lain biaya telepon, listrik, dan air PDAM, yang cukup berpengaruh terhadap kenaikan harga bahan bangunan eks pabrik seperti cat, kaca, besi, paku, asbes  dan dan lain-lain, serta biaya operasional.

Belum lagi kenaikan harga BBM atau retribusi jalan tol yang memengaruhi biaya transportasi barang dan orang.  Faktor lain yang ikut membebani ongkos produksi adalah bunga pinjaman bank mengingat belum tentu modal sendiri cukup untuk membiayai sebuah proyek.

Dalam pengajuan penawaran harga, kontraktor biasanya sudah memasukkan biaya jasa atau profit 10%. Bila kenaikan biaya produksi dan bunga pinjaman bank mencapai 5% kontraktor masih bisa mengantongi laba 5%.

Tetapi kalau kenaikan ongkos produksi dan bunga bank mencapai 10%, maka kontraktor tidak mendapat untung. Hal ini yang selalu menghantui pengusaha jasa konstruksi karena kenaikan harga material dan besaran upah pekerja kini tidak selalu bisa diprediksi. (10)

— Ir H Abbas  Rochim MM, pengurus Kadin Kota Semarang
Wacana Suara Merdeka 22 Desember 2009