SELAMA ini, pembicaraan mengenai batik di wilayah pantura barat Jawa Tengah selalu mengait dengan Pekalongan yang telah memiliki kluster pengembangan industri batik. Padahal selama ini ada Kota Tegal dan Kabupaten Brebes yang berpotensi sebagai sentra batik di kawasan yang sama.
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang) dan bebek yang disebut itik bawang.
Tak ada bukti tertulis yang menguatkan perkenalan historis masyarakat Salem dengan tradisi budaya batik. Namun terdapat beberapa simpul yang menjadi pintu pembuka perkenalan batik di wilayah Salem. Simpul peristiwa pertama adalah pernikahan putri pejabat Pekalongan dengan pemuda setempat tahun 1917. Putri inilah yang diduga mengajarkan seni membatik tulis pada masyarakat. Sumber ini merupakan sumber lisan yang dipercaya sebagian perajin batik Salem.
Simpul peristiwa kedua, adalah pernikahan pedagang batik Pekalongan dengan gadis setempat. Ini terjadi pada revolusi fisik yang membuat sang pedagang mengungsi hingga ke Salem. Dan memang di Salem pernah menjadi wilayah pengungsian Kabupaten Brebes. Bahkan pemerintahan Republiken Kabupaten Brebes berdiri di Ciputih, Salem. Namun sumber ini pun bersifat lisan.
Satu-satunya simpul peristiwa yang tertulis adalah kunjungan dinas (tournee) Bupati Brebes, Raden Arya Tjandranegara pada November 1882 ke daerah Gunung Segara dan Pengarasan. Hasil kunjungan Bupati dibuat dalam artikel yang dimuat dalam Tijdchraft voor Indische Taal Land en Volkunkunde edisi XXIX tahun 1884.
Kemungkinan inilah yang bisa dilacak dari perkenalan historis batik oleh masyarakat Salem. Saat itu wilayah Salem terbagi dalam 3 onderdistrich masing-masing Bantarkawung, Salem, dan Sindangheula (sekarang menjadi wilayah Kecamatan Banjarharjo).
Ikon Ciri Khas Harus diakui batik Salem mengalami permasalahan di antaranya kualitas pewarnaan agar tidak cepat luntur, pengayaan warna dan desain karena selama ini dominasi batik Salem adalah sogan dengan desain yang cenderung mengikuti tradisi leluhur, dan proses pemasaran, karena selama ini pemasaran secara meluas baru terlaksana bilamana ada pameran/ ekspo.
Brebes belum memiliki pasar khusus batik Salem, kecuali di Bentar dan Bentarsari. Persoalan lain adalah teknologi pemanasan lilin dan canting yang menggunakan minyak tanah sementara BBM jenis itu sekarang langka dan mahal dengan adanya program konversi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Besar Batik Yogyakarta sudah melakukan kajian tentang motif yang bisa menjadi ikon batik Salem (batik Brebes).
Ikon yang dijadikan motif dasar di antaranya adalah bawang merah (brambang abang), telor asin, bebek (itik), dan gudang bawang (gudang brambang).
Tampaknya dari usulan motif batik Salem yang dapat dijadikan ikon batik Brebes masih belum mengakomodasi living culture masyarakat Brebes yang berada di wilayah pesisiran.
Tentu bila diakomodasi kita berharap ada pengayaaan pada warna dan simbol desain yang dinamis yang menyeimbangkan wilayah pedalaman dan pesisir. Walaupun tak bisa disangkal telor asin dan bawang merah merupakan produk yang membangun brand image Brebes. (10)
— Wijanarto, anggota Tim Teknis Batik Brebes, mahasiswa pascasarjana Sejarah di Undip
Wacana Suara Merdeka 22 Mei 2010