TAK banyak orang yang memiliki kesempatan untuk mengukir sejarah. Apalagi sejarah yang bakal dikenang banyak orang dan bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, bagi Sri Mulyani Indrawati yang pada 1 Juni 2010 ini resmi menempati pos barunya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, kesempatan itu terbuka lebar, dan hanya cukup dengan ‘bernyanyi’ membeberkan persoalan Bank Century.
Yang diperlukan Sri Mulyani tinggal keberanian dan kepedulian, sebab sebagai Ketua KSSK, dipastikan dia sudah hafal seluruh ‘lirik lagu’ terkait dengan kasus Bank Century dari awal hingga akhir. Keberanian menjadi penting karena diduga kuat bailout Bank Century sebesar Rp6,7 triliun tidak saja melibatkan pengusaha, tapi juga pejabat. Dengan demikian, pengungkapan kasus ini sarat ‘risiko’, terlebih dirinya sendiri notabene adalah pejabat yang berada dalam pusaran kasus tersebut.
Kepedulian juga diperlukan untuk menopang keberanian. Kepedulian ini tentu saja terkait dengan rasa prihatin terhadap kondisi bangsa dan keinginan kuat untuk ikut serta memperbaikinya. Kita tahu, kemiskinan dan keterbelakangan bangsa ini salah satunya disebabkan banyaknya patgulipat untuk mengorupsi uang negara. Sementara itu, kasus Century--sebagaimana yang pernah dikatakan mantan Wapres Jusuf Kalla--adalah sebuah perampokan.
Pasti (tak) berani
Pertanyaannya sekarang adalah apakah Sri Mulyani memiliki keberanian sekaligus kepedulian itu. Sejauh yang saya amati, banyak kalangan yang merasa pesimistis Sri Mulyani akan berani buka-bukaan tentang kasus Bank Century.
Apalagi, tak ada garansi proteksi apa pun terhadap pihak yang mengungkapkan suatu kebobrokan, sebagaimana yang saat ini dialami mantan Kabareskrim Susno Duadji.
Tapi, menurut saya, pesimisme demikian layak dikesampingkan jika kita melihat performa Sri Mulyani selama ini. Ia datang dari kalangan ilmuwan dan akademisi yang kuat mengusung kebenaran dan kejujuran. Hal itu pernah dia tunjukkan dengan secara kritis menyoal dugaan penyimpangan yang dilakukan sebuah perusahaan milik tokoh ternama. Apa yang dilakukan Sri Mulyani saat menjadi menteri keuangan tersebut sekaligus juga menunjukkan keberaniannya untuk menghadapi risiko.
Di luar itu, sebagai seorang profesional, Sri Mulyani tentu saja tak ingin dikatakan kabur dari masalah. Ia pasti memahami bahwa kepergiannya telah menimbulkan berbagai spekulasi, bahkan kontroversi terkait dengan kasus Bank Century. Tidak saja di kalangan elite, tapi juga rakyat kebanyakan. Pastilah Sri Mulyani tak ingin spekulasi dan kontroversi yang cenderung membebani dan merugikan dirinya akan terus berkembang dan ujungnya hanya menjadi catatan sejarah kelam.
Tokoh idola
Dengan asumsi-asumsi itu, rasanya bukan sekadar mimpi jika kita berandai-andai Sri Mulyani ‘bernyanyi’. Apalagi, keyakinan saya, nyanyian itu akan banyak mendatangkan kebaikan, baik bagi rakyat dan bangsa maupun bagi Sri Mulyani secara pribadi.
Dengan membeberkan kasus Bank Century, setidaknya kebingungan rakyat selama ini akan tersudahi. Selain itu, rakyat sekaligus akan memperoleh jawaban atas segala syak wasangka yang hingga kini terus berkembang. Ini penting--khususnya bagi kelangsungan hidup berbangsa--karena kasus Bank Century tidak saja telah membelah kekuatan elite politik (khususnya di DPR), tapi juga telah memengaruhi tingkat kepercayaan rakyat terhadap penyelenggara negara. Tak bisa dibayangkan jika kepercayaan rakyat terus menyusut.
Pembeberan kasus Century juga akan menjadi referensi penting bagi rakyat, khususnya dalam menentukan pilihan terhadap para pemimpinnya. Andai saja kasus Century benar merupakan persekongkolan yang melibatkan penyelenggara negara, maka setidaknya, ke depan, rakyat akan bersikap lebih hati-hati dan waspada dalam menentukan pilihannya. Sebab, pilihan yang salah akan langsung memengaruhi nasib mereka, juga masa depan bangsa.
Sementara itu bagi Sri Mulyani sendiri, dengan membeberkan kasus tersebut apa adanya, tentu ia akan terbebas dari tuduhan kabur dari masalah. Lebih dari itu, ia tidak saja akan memperoleh predikat sebagai sosok yang ‘jujur dan berani’, tapi namanya akan terkerek tinggi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, ia akan menjadi tokoh (bahkan pemimpin) idola, karena jarang orang Indonesia yang memiliki sikap serupa.
Sekali lagi, inilah kesempatan Sri Mulyani untuk menorehkan sejarah bagi negeri ini. Kendati ia tidak lagi menjabat menteri--dan kedudukannya digantikan Agus Martowardojo--rakyat akan setia menunggu nyanyianmu dan pasti akan mendukungmu. Tak peduli apakah nyanyian itu disenandungkan di dalam negeri ataupun nun jauh di Washington DC, markas Bank Dunia.
Pramono Anung Wibowo Wakil Ketua DPR-RI
opini media indonesia 21 mei 2010