Berita banjir, tanah longsor dan angin lisus muncul bersamaan tibanya musim hujan. Juga, berita penghijauan. Pemerintah terus menyemangati masyarakat agar melakukan gerakan penghijauan.
Sekitar tahun 2008 sempat terdengar berita program tanam 100.000.000 (seratus juta) pohon. Dua tahun lalu untuk menanami lahan depan rumah, saya membeli dua bibit pohon mangga dan petai.
Dengan mempertimbangkan agar saat besar tak terlalu dekat, pohon saya tanam dengan jarak 9 meter. Harganya a Rp 10.000.
Luas daratan Indonesia 1.904.569 km2 (dibulatkan 1.900.000 km2). Dengan penduduk mencapai 200 juta jiwa (lebih), anggaplah 60% untuk infrastruktur, rumah, fasilitas umum, fasilitas pemerintahan, dan sebagainya.
Sisanya, 40% untuk ruang hijau termasuk hutan. Atau 760.000 km2. Dalam itung-itungan awam, mohon koreksi kalau keliru, bila diprediksi 5 tahun kemudian pohon tumbuh akan menaungi 25 m2 tanah di bawahnya. Maka berdasar perhitungan 1 km2 = 1.000 m2/25 m2 = butuh 40 pohon saja.
Jadi, bila penanaman 100 juta pohon benar-benar dilakukan, dalam kurun 5 - 10 tahun, harusnya, betapa lebat dan hijaunya Indonesia. Menanam 100 juta pohon berarti 100 juta/760.000 km2 = 132 pohon/km2. Ada 40% lokasi di mana tiap 7,5 m2 (meter persegi) lahan, tumbuh satu pohon (1.000 m2/132 pohon).
Belum lagi kalau kemudian muncul gerakan menanam 1 miliar pohon. Wah, sinar matahari tak bisa lagi menembus bumi. Karena akan ditanam 1 pohon setiap 0,76 m2 (= 1 milyar pohon/760.000 km2 = 1.315 pohon/km2).
Misal untuk biaya pengadaan hingga untuk menanam katakan Rp. 6.700/per bibit pohon (biaya meliputi pengadaan bibit, angkut ke lokasi dan tenaga menanam), maka total biaya 1.000.000.000 pohon x Rp. 6.700 = Rp. 6.700.000.000.000 (enam triliun tujuh ratus milyar rupiah).
Dalih penghijauan, mungkin bisa dibiayai dengan uang negara. Tapi, siapa yang sempat menghitung bahwa benar-benar ditanam 1 miliar pohon?
Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G no. 10,
Srondol, Semarang 50268
Wacana Suara Merdeka 02 Maret 2010