24 Januari 2010

» Home » Pikiran Rakyat » Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak-anak

Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak-anak

Oleh Siti Nuryati

Menyuruh anak makan sayur mungkin menjadi hal yang sulit bagi kebanyakan ibu di Indonesia. Sama sulitnya dengan mencegah anak agar tidak mengonsumsi makanan cepat saji. Kebiasaan membaca label kemasan pada produk pangan kalengan, bisa jadi juga belum menjadi kebiasaan yang ditanamkan orang tua di Indonesia.

Hal ini berbeda dengan di negara maju. Sejak kecil, anak-anak telah mendapat pendidikan gizi secara teratur. Melalui pelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman itu, hampir setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayuran dan buah-buahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari makanan tercemar ataupun kedaluwarsa.

Menurut Soekirman (2000), pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak Indonesia.  Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Di samping itu, tidak banyak sekolah yang mengenalkan acara makan siang di sekolah yang diprogramkan dengan baik. Sejak 1950-an, satu-satunya alat peraga pendidikan gizi yang dikenal masyarakat adalah poster ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Kini, kedudukan poster tersebut menjadi tidak jelas karena sejak 1990-an dalam acara-acara pendidikan gizi, poster ”Empat Sehat Lima Sempurna” tidak digunakan lagi. Namun, poster tersebut masih ditemukan di sekolah-sekolah dasar bahkan digunakan sebagai bahan pengajaran di sebagian sekolah.

Pendidikan gizi

Mencermati kondisi tersebut dan sebagai refleksi Hari Gizi Nasional 25 Januari, menjadi penting untuk melakukan upaya peningkatan pengetahuan anak didik maupun orang tua akan pentingnya gizi bagi kehidupan. Pendidikan gizi diartikan sebagai upaya membuat seseorang atau sekelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi bagi kehidupan. Pendidikan gizi adalah proses belajar-mengajar tentang apa itu gizi, bagaimana memilih makanan bergizi, manfaat gizi bagi kehidupan, dan sebagainya. Pendidikan gizi mempunyai  tujuan akhir mengubah sikap dan tindakan ke arah kesadaran untuk melakukan pemenuhan kebutuhan gizi agar hidupnya sehat.

Pendidikan gizi semestinya ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini (TK/SD) baik oleh orang tua maupun guru. Materi pelajaran gizi mestinya menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua.  

Materi pelajaran tentang gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan/masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah yang sederhana dan mudah dikenal pula sehingga murid mudah menerimanya dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif. Dalam menyampaikan materi gizi, guru dapat memilih metode yang akan digunakan, apakah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen, atau pemberian tugas. Berbeda dengan metode ceramah ketika guru yang aktif menerangkan, dalam metode demonstrasi dan eksperimen guru dapat memperlihatkan sesuatu yang terkait dengan persoalan gizi di depan siswa. Sementara dengan metode praktik, murid aktif melakukan pekerjaan sendiri dengan diawasi guru.

Di perkotaan, banyak pilihan cara untuk sosialisasi. Sementara di daerah perdesaan, apalagi di wilayah-wilayah terpencil, sosialisasi bisa dilakukan melalui jaringan komunikasi desa.  Acara hajatan, pengajian di forum majelis taklim, maupun  gelar kesenian daerah dapat dijadikan wahana untuk terus mengingatkan pentingnya hidup sehat dengan makanan bergizi. Upaya penting lainnya adalah menggelar diskusi, pelatihan, ataupun simulasi bagaimana perbaikan gizi harus dilakukan sehingga masyarakat mendapat gambaran pentingnya hidup sehat. Pos Gizi bisa dibentuk sebagai penguatan aktivitas posyandu.

Selain itu, perlu identifikasi kekuatan-kekuatan di masyarakat, di antaranya adanya kader masyarakat yang terlatih. Anggota masyarakat yang potensial bisa dijadikan kader kekuatan utama yang sangat dibutuhkan bagi pengembangan program-program gizi berbasis masyarakat. Kekuatan lain di masyarakat yang bisa mendukung keberhasilan program Pos Gizi adalah kekerabatan dengan jiwa gotong royongnya tinggi yang masih cukup kuat dimiliki masyarakat, terutama di perdesaan.

Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Potensi sumber-sumber pangan lokal perlu digarap serius dalam upaya perbaikan gizi. Kemauan yang kuat dari masyarakat untuk hidup sehat dengan gizi baik  tentunya menjadi modal dasar dalam perbaikan gizi masyarakat.   

Era kini adalah era dengan kemajuan teknologi informasi.  Kondisi ini bisa dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi. Dengan menggunakan perangkat multimedia, dimungkinkan untuk menyampaikan informasi berbasis situs (web). Di sinilah pentingnya merancang multimedia yang efektif dalam menyampaikan pesan dengan memanfaatkan kelebihan yang dimilik, yaitu mengombinasikan teks, video, foto, dan audio dalam satu media.

Penggunaan multimedia berbasis situs bertujuan agar informasi yang disampaikan kepada target dapat divariasikan desainnya. Keefektifan multimedia berbasis situs dalam menyampaikan pesan-pesan hidup sehat dengan gizi yang baik terutama terletak pada kemampuannya untuk mengemas isi menjadi lebih menarik, selain aspek daya persuasi. Dalam konteks ini, program-program seperti internet masuk desa perlu terus dihidupkan sehingga selain berperan dalam meningkatkan wawasan penduduk desa akan perkembangan dunia luar, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi. ***

Penulis, penerima Anugerah Penulis Muda Pertanian 2009 dari Departemen Pertanian RI.
Opini Pikiran Rakyat 25 Januari 2010