PATI bagian selatan dikenal penuh akan potensi. Mulai dari potensi wisata hingga situs peninggalan sejarah. Termasuk di antaranya potensi banjir yang tiap tahunnya tidak pernah absen. Memang tidak tepat bila dilihat sebagai potensi karena sebenarnya lebih pas disebut ancaman.
Banjir yang kerap melanda daerah Pati selatan membuat sengsara masyarakat. Pasalnya mereka mesti kehilangan modalnya hanya untuk ìmemberi makanî banjir. Banjir terus-menerus membayangi daerah Pati selatan setiap musim hujan tiba.
Air bah yang kerap menyengsarakan rakyat Pati selatan ini dikarenakan dangkalnya sungai yang bermuara di Perairan Juwana. Seharusnya banjir dapat ditangkal jika pemkab mampu meneglola sungai dengan lebih baik lagi.
Sebenarnya banjir yang sering terjadi di daerah selatan ini dikarenakan oleh luapan air sungai. Limpahan air tersebut kiriman dari daerah Kudus selatan. Kecamatan Undaan, Jekulo, Mejobo, dan sejumlah kecamatan di Kudus yang terkena banjir semua airnya bermuara ke Pati.
Akibatnya, daerah yangpaling lama tergenang banjr adalah wilayah Pati. Tak heran jika kerugian lebih banyak dirasakan oleh warga Pati ketimbang masyarakat Kudus.
Biasanya banjir di Pati mencapai setengah tahun bahkan terkadang sampai 7 bulan. Khususnya di daerah Pati selatan. Hal ini sangat memberatkan warga yang tinggal di kawasan selatan terutama para petani. Karena selama ada banjir petani harus berpuasa.
Mereka tidak bisa menggarap sawahnya. Tak jarang mereka mengalami kerugian besar gara-gara banjir. Sering kali saat tanaman sudah mulai tumbuh subur dan mulai berbuah diserang banjir. Kerugian besar pun tak dapat dielakkan.
Peran Sungai Sungai memiliki peran penting dalam laku manusia. Sungai sebenarnya memberikan nuansa positif. Sungai mampu menciptakan budaya variatif. Keberlangsungan kehidupan sedikit banyak juga ditentukan oleh sungai. Tetapi sungai juga mampu memorakporandakan kehidupan jika manusianya tidak mampu mengelola sungai secara maksimal.
Sungai merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat desa. Pasalnya, untuk menunjang keberhasilan pertanian desa diperlukan irigasi. Petani di daerah Pati selatan sangat bergantung pada sungai.
Untuk meperlancar kegiatan bertani, dibutuhkan sungai yang mendukung. Tak ayal jika para petani sering mengeluh akibat sungai yang bermasalah.
Saat ini sungai di Pati selatan yang muaranya sampai di Juwana sedang kritis. Keadaan sungai yang dangkal mengakibatkan banjir selalu datang tiap tahunnya. Sehingga aktivitas petani sering dibekukan secara paksa.
Pertanian di wilayah selatan bisa berlangsung dengan baik jika terdapat sungai yang mampu menyalurkan air sesuai kebutuhan. Selama ini jika musim hujan, air di daerah selatan terlalu kebanyakan sehingga kadang menggagalkan panen.
Air sungai meluap menjadi banjir yang terkadang sampai ke permukiman. Sebaliknya, jika musim kemarau, daerah tersebut kekurangan air sehingga panen pun kerap gagal.
Sumur-sumur warga di musim kemarau banyak yang kering. Alhasil warga harus mencari sumur yang masih mengeluarkan air. Biasanya sumur-sumur akan kembali berair jika terjadi hujan.
Untuk itu, harus ada penanganan lebih dini dan cepat agar banjir yang kerap menghantui wilayah selatan tidak terjadi kembali. Pemerintah harus segera bisa memaksimalkan peran sungai.
Penanganan sungai untuk mencegah terjadinya banjir mendesak untuk diagendakan, dengan berpedoman mencegah lebih baik daripada mengatasi dampaknya.
Pengerukan Untuk menangkal banjir yang kerap menghantui masyarakat di daerah selatan sungai yang bermuara ke Juwana harus segera diperdalam dan diperlebar. Tentunya ini mengharuskan adanya pegerukan sungai menyeluruh.
Pengerukan yang pernah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya hanya sebagian kecil dari alur sungai tersebut sehingga terkesan kurang efektif.
Pengerukan harus dilakukan secara total, mulai dari perbatasan Sukolilo, Kudus sampai Sungai Juwana.
Tujuannya supaya pengerukan yang telah diusahakan tidak mubazir. Mestinya pemerintah lebih tanggap akan hal itu.
Banjir yang selalu terjadi setiap tahun seharusnya bisa menjadi pelajaran berharga.
Hampir tiga tahun ini, banjir yang melanda daerah selatan melumpuhkan aktivitas warga.
Banjir yang terjadi kerap menelan kerugian hingga ratusan juta rupiah. Banyak permukiman yang terendam banjir. Jalan pun sering macet gara-gara banjir.
Pengerukan sungai tepat dilakukan pada musim kemarau seperti sekarang ini.
Pengerukan harus dilakukan dengan cepat. Karena jika tidak dilakukan sesegera dan secepat mungkin, pengerukan terkendala dengan datangnya hujan.
Untuk melakukan pengerukan memang dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tetapi jika melihat dari peristiwa yang terjadi dari tahun ke tahun, kerugian yang diakibatkan oleh banjir lebih banyak daripada biaya pengerukan secara maksimal.
Dengan investasi pencegahan banjir, kerugian akibat banjir bisa dihindari. Dan ini akan memberikan sumbangsih yang tidak sedikit bagi pemerintah. Permasalahan ekonomi masyarakat bisa sedikit teratasi.(10)
—M Abdul Rohim, penulis adalah warga Pati, peneliti di Paradigama Institut Kudus
Wacana Suara Merdeka 16 November 2009