04 Januari 2011

» Home » Media Indonesia » Opini » Sektor Pertanian dan Sistem Pembayaran

Sektor Pertanian dan Sistem Pembayaran

Negara dengan basis ekonomi pertanian akan memiliki kinerja perekonomian yang berbeda jika didukung sistem pembayaran yang berbeda. Semakin canggih sistem pembayaran dalam menopang kegiatan usaha di bidang pertanian semakin tinggi kinerja sektor perekonomian dalam menopang perekonomian nasional.
Sementara itu, systematic risk berpotensi merusak sistem pembayaran yang pada gilirannya menghantam sektor riil. Jorion, P, Financial Risk Manager Handbook (GARP), Wiley, 2007, p 635. mengatakan, "Systemic risk can manifest itself in at least two ways: first, a run by depositors and financing stop by investors vis-à-vis financial institutions, and second, interruptions in the payment system; and can have its causes in many areas such as such as deteriation in asset quality after a credit boom, maturity and currency mismatches, or also failures of a payment or settlement system."
Salah satu contohnya keberhasilan meredam systematic risk terhadap sistem pembayaran berbasis pertanian adalah Australia. Keunggulan daya saing dalam sector pertanian karena secara relatif negara tersebut memiliki sumber daya yang berlimpah pada sektor pertanian akan terdistorsi kerika risiko sistemis terjadi. Sistem pertanian di Australia ditopang sistem pembayaran yang memang berkarakter usaha pertanian.
Berbeda misalnya dengan negara Afrika yang juga bergantung pada sistem produksi pertanian, tetapi tidak memiliki sistem pembayaran yang memadai. Sistem pembayaran yang beroreintasi pertanian tidak hanya efektif dalam menyalurkan uang beredar kepada sektor pertanian, tetapi juga efektif dalam meningkatkan velocity of money dari sektor tersebut. Semakin tinggi peningkatan velocity of money di sektor pertanian, pertumbuhan produktivitas sektor pertanian secara relatif juga menjadi lebih tinggi ketimbang sektor-sektor lainnya. Sistem pembayaran yang bersifat large value dan ritel diarahkan untuk menopang kelancaran usaha sektor pertanian.
Perekonomian Australia sebetulnya lebih mengarah ke sektor primer, termasuk pertanian. Dengan demikian, jumlah tenaga kerja yang secara relatif bekerja di sektor pertanian juga mendapatkan kapital yang mencukupi untuk meningkatkan produktivitasnya. Pengangguran terselubung di sektor pertanian akan dapat dikurangi jika sistem pembayaran mengarah secara efektif pada sektor ini sehingga pertumbuhan uang beredar lebih mengarah ke sektor ini ketimbang sektor-sektor yang berpotensi menimbulkan bubble ekonomi.
Lihat misalnya kebijakan bank sentral Australia yang cenderung konservatif dengan terus konsisten menaikkan tingkat suku bunga. Langkah bank sentral Australia itu sangat berbeda dengan langkah yang dilakukan Fed, Bank of Japan, dan European Central Bank. Hal itu bukan hanya masalah menghindari inflasi tinggi, melainkan lebih dari itu karena struktur perekonomian Australia yang berbeda. Australia tidak memiliki jangkar ekspektasi akan mengalami penurunan daya saing dengan peningkatan tingkat suku bunga karena produk-produk ekspor Australia merupakan produk-produk yang Marshall-Lerner elasticity-nya dari impor dan ekspornya di bawah satu. Dengan kata lain, sistem pembayaran Australia tidak saja bersifat technology led growth, tetapi juga innovation led growth.
Efisiensi dari sistem pembayaran Australia dapat terlihat ketika krisis ekonomi menghantam dunia pada 2008 yang lalu dengan nilai transaksi RTGS harian meningkat sebesar hanya 45% dan nilainya meningkat sebesar 1,05 kali. Itu kemudian berangsur-angsur mengalami penurunan. Kapasitas peak dari sistem pembayaran didesain tidak melebihi 80%. Volume rata-rata transaksi harian dalam periode jangka panjang, menengah, dan pendek juga terus memperlihatkan tren yang meningkat. Sehingga velocity of money tetap dapat dipertahankan pada periode krisis ekonomi sekalipun. Secara nilai adalah nilai transaksi di bawah US$1 juta yang nilai rata-rata hariannya terus mengalami kenaikan.
Sesuai dengan yang dikemukakan Irving Fisher pada 1920-an saat ia mengamati kondisi krisis pada 1800-an bahwa ancaman keamanan dari sistem keuangan akan berkorelasi dengan konjungtur riil perekonomian. Peningkatan utang, resesi, dan deflasi merupakan sumber dari munculnya masalah keamanan di dalam perekonomian. Orientasi utamanya adalah menyelamatkan sektor primer, termasuk pertanian yang menjadi motor utama perekonomian dari ancaman stagflasi. Harga komoditas terus membubung tinggi akibat permintaan konsumsi, industri, dan investasi dari pasar internasional. Dengan sistem pembayaran yang berorientasi pada sektor pertanian, velocity of money akan banyak berpengaruh dalam kebijakan moneter. Velocity of money akan dapat dipertahankan melalui liquidity saving dari sistem pembayaran berdasarkan harga cost of capital riil yang relatif rendah.
Artinya krisis ekonomi 2008 tidak mengganggu program likuiditas saving dari sistem pembayaran. Dengan kata lain, teknologi likuiditas saving-nya bersifat bias terhadap kemajuan teknologi dan netral terhadap krisis ekonomi. Dengan demikian given system pembayaran yang ada, kebijakan nilai tukar dan moneter di Australia terjangkar oleh kebijakan velocity of money. Padahal dalam era globalisasi inilah kebijakan itu termasuk yang teramat sulit. Perancang makroekonomi sangat yakin bahwa debt deflation tidak akan terjadi. Di sinilah kecerdikan Australia dalam mendesain sistem perekonomian dengan arsitektur sistem keuangan yang koheren dengan struktur perekonomian mereka.
Banyak negara salah dalam mendesain sistem pembayaran mereka yang tidak melihat kesesuaian dengan struktur perekonomian mereka. Perekonomian yang sehat adalah perekonomian yang terus-menerus mampu mengembangkan sistem pembayaran dengan dasar perkembangan driving forces-nya dengan mengontrol multiplier dari monetary base-nya. Dalam konteks Australia adalah sektor primer, khususnya pertanian. Australia secara system payment merupakan sebuah contoh state of the art dari sistem pembayaran di Asia Pasifik. Sistem itu dengan saksama mengutamakan keamanan dalam konteks efisiensi perekonomian dalam mendukung sektor pertanian. Sistem pembayaran di Australia telah mendesainkan diri menjadi salah satu sistem yang akan compatible dengan sistem-sistem pembayaran lainnya di Asia Pasifik yang menjadi sasaran ekspor produk pertanian mereka.
Orientasi keamanan menjadikan sistem Australia sebagai sistem yang sangat mungkin diadopsi negara-negara Asia Pasifik. Jika China ragu-ragu atau bahkan terkesan takut dalam menggunakan kebijakan moneter, Australia terlihat sangat percaya diri. Kehebatan sistem pembayaran Australia adalah menciptakan sistem perundang-undangan yang kompatibel dengan berbagai yurisdiksi hukum. Sistem ini dibuat sangat transparan sehingga setiap peserta dalam sistem pembayaran mengetahui dampak risiko sistem tersebut bagi setiap peserta. Ibaratnya sistem pembayaran Australia memberikan panel-panel informasi penting bagi para peserta sistem pembayaran dengan biaya yang relatif murah dan transparan dalam rangka mendukung velocity of money yang terukur. Sistem ini juga sangat transparan dalam menggambarkan risiko kredit dan risiko likuiditas, selain menggambarkan dengan jelas tanggung jawab dari operator dan tiap peserta beserta potensi risiko yang akan ditimbulkannya.
Dengan demikian, sektor pertanian tidak menanggung risiko yang berlebihan dalam konteks sistem pembayaran. Moto sistem pembayaran Australia yang berbasis sektor pertanian adalah provide a means of making payments which is practical for its users and efficient for the economy. Itulah esensi persaingan sistem pembayaran di dunia saat ini yang mendukung keunggulan kompetitif khususnya sektor pertanian. 'Velocity corrected' money supply growth tampaknya akan menjadi kebijakan ekonomi negara berbasis pertanian pada 2011 ini.

Oleh Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis
Opini Media Indonesia 5 Januari 2010