Ainin Niswati
Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Tanah Fakultas Pertanian Unila
Tanah merupakan sumber penting bagi kehidupan manusia yang mampu menyediakan berbagai kebutuhan manusia, baik pangan, sandang, papan, maupun energi (biofuel). Dalam tanah tersimpan potensi yang luar biasa yang harus terus digali untuk kepentingan kehidupan manusia.
Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk dunia, kebutuhan sandang; pangan; papan; dan energi untuk kehidupan manusia terus meningkat. Semua kebutuhan itu akan terpenuhi apabila sistem pertanian dipraktekkan dengan bijaksana karena pertanian merupakan penyuplai satu-satunya berbagai kebutuhan manusia yang bergantung pada tanah.
Perhatian terhadap sumber daya tanah baru muncul beberapa dekade terakhir ini. Perhatian dimulai dari eksplorasi komunitas organisme tanah dan mencari fungsi-fungsi dari masing-masing organisme dalam proses ekosistem, khususnya siklus unsur hara dalam tanah (Bardgett, 2008).
Kehidupan dan Aktivitas Organisme Dalam Tanah
Meskipun tidak terlihat oleh mata, tanah sebagai benda alami merupakan habitat dari berbagai jenis organisme (biota) hidup dari yang ukurannya sangat kecil sampai berukuran besar yang saling berinteraksi membentuk suatu ekosistem yang dinamis di dalam tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai peranan tertentu, antara lain mendekomposisi residu tanaman, akar-akar mati, dan bangkai hewan yang tertinggal di tanah. Biota tanah yang berukuran besar, seperti milipeda dan cacing tanah, mencabik-cabik daun-daun mati dan residunya, mencampurnya dengan tanah, dan membuat bahan organik lebih mudah dimanfaatkan oleh bakteri sehingga aktivitas ini sering disebut sebagai ecosystem engineer.
Semua organisme yang ada dalam tanah terlibat dalam jaring-jaring makanan yang cukup kompleks dan tersambung dengan kehidupan tanaman dan hewan di atasnya. Tanpa jaring-jaring makanan, sisa-sisa tanaman dan hewan akan menumpuk dan berakumulasi di permukaan bumi dan unsur hara menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
‘Biodiversitas’ Tanah sebagai Penunjang Kehidupan di Atas Tanah
Biodiversitas tanah menggambarkan kelimpahan berbagai organisme hidup di dalam tanah. Tidak ada tempat lain di bumi yang memiliki demikian banyak spesies yang disebut sebagai komunitas tanah, contohnya pada satu gram tanah mengandung jutaan individu dan beberapa ribu spesies bakteri (Torsvik et al., 1990).
Biodiversitas tanah adalah penopang utama biodiversitas dan kehidupan di atas tanah (above ground). Biodiversitas tanah merupakan bagian penting di muka bumi ini karena melayani segala kebutuhan manusia (Mudgal et al., 2010), antara lain: (1) supporting service (dekomposisi, siklus unsur hara, pembentukan tanah, siklus air), (2) provisioning service (pangan, air bersih, bahan bakar, kayu, serat, sumber genetik, obat-obatan, farmasi), (3) regulating service (regulasi iklim, air, penyakit, hama, pemurnian air, regulasi erosi, dan regulasi kualitas udara), dan (4) cultural service (estetika, spiritual, pendidikan, dan rekreasi).
Potensi Biota Tanah sebagai Agensi Pupuk Hayati
Perhatian masyarakat dunia pada saat ini adalah masalah polusi dan kontaminasi pada tanah karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan. Jawaban untuk itu adalah penggunaan pupuk hayati (biofertilizers) yang ramah lingkungan yang mulai banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia. Secara umum istilah pupuk hayati diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung sel hidup dari suatu strain penambat nitrogen, pelarut fosfat, perombak selulosa dan lignin, atau zat pengatur tumbuh yang diberikan ke biji (benih), ke tanah, atau ke tempat pengomposan.
Sumber utama dari pupuk hayati adalah (mikro) organisme yang secara alami ada dalam tanah. sumber utama pupuk hayati adalah bakteri, fungi, dan cyanobacteria (alga biru hijau) yang menguntungkan dan sangat berpotensi untuk dijadikan pupuk atau agensi pupuk hayati yang ramah lingkungan. Beberapa potensi yang sudah tergali dan sudah diterapkan pada praktek-praktek pertanian adalah pemanfaatan bakteri penambat nitrogen udara (Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Frankia, dan Cyanobacteria), fungi pembentuk mikoriza, mikroba pelarut fosfat, mikroba pemercepat pengomposan, bakteri pengatur pertumbuhan tanaman, dan cacing tanah.
Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Hayati
Pembuatan pupuk hayati diawali dengan isolasi organisme yang diinginkan dari dalam tanah atau rhizosfir. Selanjutnya identifikasi dan penapisan mikroba unggul dalam hal penambatan nitrogen, pelarutan fosfat, pemercepat pengomposan atau dekomposisi senyawa beracun, sesuai dengan tujuan. Kemudian dilakukan pengujian-pengujian, baik di laboratorium, aplikasi di rumah kaca maupun lapangan. Setelah diperoleh mikroba selektif, unggul, dan mampu hidup pada kondisi lapangan, inokulum mikroba yang diperoleh diperbanyak untuk menghasilkan jumlah inokulum sesuai dengan keinginan. Untuk dapat disimpan lebih lama, inokulum dimasukkan ke dalam bahan pembawa (carrier) yang sesuai dengan jenis mikroba. Bahan pembawa dapat berasal dari mineral liat, arang batu bara, bagas tebu, serbuk gergaji, dan kompos steril.
Aplikasi pupuk hayati sering mengalami kegagalan di lapangan. Karena pupuk hayati mengandung organisme hidup; penyimpanan pupuk, waktu pembuatan dan batas kedaluwarsa; serta waktu aplikasi harus benar-benar diperhatikan. Pupuk dapat diberikan pada benih tanaman sebelum ditugal, pada lubang tugal, atau disemprotkan ke tanah.
Penutup
Sumber daya tanah yang mahahebat untuk menunjang kehidupan manusia harus terus diberdayakan. Pemanfaatan organisme dari dalam tanah sebagai agensi pupuk hayati untuk memicu peningkatan serapan unsur hara dan mengefisienkan pemupukan merupakan tindakan tepat dalam menjawab permasalahan kebutuhan manusia akan sandang, pangan, papan, dan energi (biofuel) manusia. Pupuk hayati yang ramah lingkungan akan mengurangi pencemaran lingkungan dan dampak lebih lanjut adalah menjamin kapasitas keberlanjutan kapasitas produksi lahan.
opini lampung post 19 mei 2010