SELAIN Taman Kyai Langgeng, kota Magelang memiliki Taman Badaan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Hal itu berbeda dari Taman Kyai Langgeng yang merupakan tempat wisata yang dikelola secara profesional, bernaung di bawah perusahaan daerah (perusda/ BUMD) Kota Magelang.
Sebagai fasilitas yang berorientasi keuntungan tentu segala sesuatunya yang berhubungan dengan taman itu telah melalui perencanaan yang matang. Dari fasilitas penunjang seperti, arena permainan, beragam pohon peneduh, toilet, tempat ibadah, lahan parkir yang luas, hingga bangunan untuk mengadakan pertemuan pun ada.
Tak heran jika keberadaan Taman Kyai Langgeng cukup dikenal di Jawa Tengah, bahkan mungkin di Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang ideal. Apalagi luas taman sekitar 28 hektare sangat mendukung.
Lain halnya dengan Taman Badaan yang luasnya sekitar 1.500 m2. Taman kota yang lebih difokuskan pada rekreasi anak ini kian tahun tambah padat ”penghuninya”. Sebelumnya, ada berbagai macam patung hewan (gajah, jerapah, harimau dan sebagainya) dan fasilitas mainan anak-anak (ayunan, papan luncur).
Kini, dipenuhi pula dengan kehadiran beragam mainan seperti, becak mini, mobil mini, mandi bola, dan komedi putar mini. Akibatnya, beberapa tahun belakangan ini wajah Taman Badaan mengalami banyak perubahan.
Memang, untuk memperindah taman itu Pemkot Magelang pada November 2002 menambah tanaman palem dan pinang serta fasilitas tempat duduk bagi orang tua yang mengantar anak-anak saat bermain.
Di sisi lain, juga menyediakan tempat untuk berjualan bagi pedagang kaki lima (PKL) yang menempati trotoar di sisi timur taman itu (Jalan Ade Irma Suryani). Sayangnya, tidak hanya trotoar saja yang digunakan untuk berjualan, sebab kini juga memakan lahan taman sekitar dua meter.
Seiring berjalannya waktu, persoalan pun mulai timbul, PKL semakin banyak yang berjualan, baik di dalam maupun di sekitar taman.
Dengan kondisi demikian, jika sore menjelang atau saat hari libur Taman Badaan terlihat sangat ramai pengunjung. Akibatnya, taman yang luasnya tidak seberapa itu kian terasa sempit.
Terlihat Gersang Taman yang pada awalnya tampak bersih, teduh, dan rindang lambat laun mulai terlihat gersang dan terkesan semrawut. Sebagian rumputnya gundul dan mati karena sering terinjak pengunjung dan terlindas mobil-mobil mini yang dipakai anak-anak bermain.
Sementara pohon-pohon yang ada di dalam taman seperti asem kranji, kersen, pinang, dan palem belum sepenuhnya memberikan kesejukan pada pengunjung.
Hal itu masih diperparah oleh banyaknya paving block yang menutupi lahan, terutama yang ada di sekitar kolam dan di sisi barat bagian tengah taman itu. Tentu dari segi nilai estetika (keindahan) akan mengurangi identitas taman sebagai ruang terbuka hijau.
Taman yang berlokasi di Jalan Pahlawan dan dekat dengan Museum Soedirman itu yang tampak rindang hanya di sisi utara dan selatan.
Sementara di bagian tengahnya dipenuhi aneka permainan anak-anak. Melihat hal yang demikian, alangkah baiknya jika Dinas Pertamanan membongkar sebagian paving block yang ada di dalam taman dan menggantinya dengan rumput.
Selain itu, memperbaiki saluran air dari kolam di tengah taman yang mengalir ke selatan dengan menggunakan buis beton atau bahan bangunan lainnya.
Di sisi barat bagian tengah taman itu pun perlu ditambah pepohonan seperti pohon albasia.
Kelebatan daunnya diharapkan dapat menambah suasana teduh di dalam taman hingga akan tercipta keindahan dan para pengunjung pun benar-benar merasakan kesegaran selama berada di dalamnya.
Sebagai ruang publik taman tersebut perlu fasilitas tambahan berupa toilet, karena selama ini pengunjung merasa kesulitan untuk mencari tempat guna membuang hajatnya.
Kadang sebagian pengunjung memanfaatkan toilet yang ada di lingkungan masjid di seberang jalan sebelah barat taman itu. Tetapi tak jarang anak-anak buang air (kecil) sembarangan di sekitar taman.
Selain itu, sudah saatnya membatasi jumlah PKL yang berjualan di taman itu.
Akan lebih baik jika menyeragamkan bentuk warung tenda yang ada agar suasananya tampak lebih indah dan tertib. Misalnya, dengan menambah ornamen bambu berjalin (Jawa: kere) di setiap warung tenda. Dengan begitu akan tercipta keserasian dengan suasana taman.
Yang tak kalah penting adalah penyediaan lahan parkir. Selama ini pengunjung taman memarkirkan kendaraannya di bahu jalan. Tentu hal ini akan mengganggu lalu lintas di sekitar jalan itu (Jalan Pahlawan dan Jalan Ade Irma Suryani).
Ada baiknya dinas terkait segera mencarikan solusi atas masalah ini. Misalnya, dengan meminjam sebagian lahan di pekarangan rumah kosong di sebelah timur taman itu. Meskipun itu hanya untuk sementara waktu, paling tidak dapat mengurangi kesemrawutan jalan di sekitar taman publik tersebut. (10)
— Nur Khafid, pendidik, tinggal di Magelang
Opini Suara Merdeka 9 Februari 2010
08 Februari 2010
» Home »
Suara Merdeka » Maksimalisasi Potensi Taman Badaan
Maksimalisasi Potensi Taman Badaan
Thank You!