Bambang Sutrisno
(Managing Partner Strategy Consulting)
Tidak ada yang mengejutkan dari kemenangan Hatta Rajasa merebut ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) di Batam pekan lalu. Hatta adalah tokoh PAN yang karier politiknya paling moncer saat ini. Sangat logis kalau ia didaulat menjadi orang nomor satu di partainya. Keberhasilan Hatta duduk di kabinet dalam dua periode terakhir dan kedekatannya dengan presiden SBY, membuatnya memiliki akses luar ke sumber-sumber pendanaan yang sangat dibutuhkan partai politik.
Lima tahun lalu saat Kongres II PAN di Semarang, Hatta sebetulnya sudah menjadi pesaing potensial bagi Soetrisno Bachir--kalau saja Amien Rais tidak memintanya mundur beberapa saat sebelum pemilihan. Kali ini pun peranan Amien Rais sangat penting, terutama dalam menjinakkan kubu Dradjad Wibowo agar mau memberikan jalan kepada Hatta untuk menduduki ketua umum PAN tanpa harus melalui pemungutan suara.
Terlepas dari sedikit catatan tersebut, ada sejumlah pertanyaan yang segera mencuat: bagaimanakah prospek PAN di bawah Hatta Rajasa? Apakah prestasi politik PAN ke depan akan semoncer karier politik Hatta, atau justru akan tenggelam di bawah bayang-bayang SBY dan Partai Demokrat?
Dinamika internal
Pekerjaan rumah pertama Hatta Rajasa adalah merumuskan dengan tepat posisi PAN agar tidak menjadi subordinasi SBY dan Demokrat. Mengingat hubungan yang sangat dekat antara Hatta dan presiden SBY, keberhasilan Hatta mengomandani partai berlambang matahari ini diperkirakan akan membuat hubungan PAN-Demokrat menjadi semakin mesra. Demokrat membutuhkan mitra koalisi yang loyal dan dapat dipercaya, serta mendukung semua kebijakan yang dikeluarkan presiden SBY di internal kabinet ataupun legislatif. Hatta sudah memberi indikasi bahwa ia akan membawa gerbong PAN lebih merapat ke SBY meski pada saat yang sama berjanji untuk tetap bersikap kritis kepada pemerintah.
Tantangan Hatta adalah meyakinkan tokoh-tokoh vokal di internal partai agar tidak terlalu keras terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Sebagai partai yang mengklaim paling reformis, PAN memiliki banyak tokoh vokal termasuk Dradjad Wibowo yang diakomidasi menjadi wakil ketua umum PAN.
Kemungkinan Hatta akan tetap memberi ruang kepada para tokoh PAN yang bersikap keras terhadap pemerintah, tetapi dalam isu-isu yang tidak berhadapan atau menyerang langsung presiden SBY. Sebab, membungkam sikap kritis PAN sama saja dengan membunuh karakter partai yang lahir dari rahim reformasi ini. Tanpa sikap kritis, PAN bisa kehilangan rohnya.
Prospek 2014
Target Hatta meningkatkan perolehan suara PAN sampai 20 persen pada Pemilu 2014, rasanya sangat berat kalau tidak mau disebut mustahil. Target itu baru terlihat realistis jika PAN mampu membangun positioning dengan isu-isu politik yang sangat kuat-populis, dan memiliki diferensiasi yang tegas terhadap partai politik lainnya. Dalam konteks ini, tidak mudah bagi PAN untuk merumuskan posisi politiknya menghadapi Pemilu 2014. Menonjolkan peran sebagai partai pemerintah jelas sudah kehabisan kapling oleh Demokrat. Ia juga tidak mungkin bersikap ekstra kritis seperti yang dilakukan partai oposisi.
Celah yang bisa dimainkan PAN adalah mendorong para kadernya untuk tampil di pilkada, merebut kursi gubernur dan bupati/wali kota. Bukti empiris di Jambi membuktikan bahwa tampilnya tokoh PAN memimpin pemerintahan daerah, mampu mendongkrak perolehan suara partai itu secara signifikan. Hatta bisa mengoptimalkan peluang merebut kepemimpinan daerah karena dalam banyak kasus, penentuan calon gubernur dan bupati/wali kota masih sering ditentukan dari Jakarta. Dikenal sebagai pelobi ulung, Hatta tentu tidak sulit berkomunikasi dengan partai lain, seperti Golkar, Demokrat, PKS, bahkan PDIP sekalipun agar PAN mendapat posisi bagus dalam perebutan pimpinan daerah. Posisi politis Hatta sebagai menko Perekonomian akan memudahkannya membuka pintu partai-partai lain.
Kalau Hatta bisa mendongkrak perolehan suara PAN cukup signifikan pada Pemilu 2014, katakanlah 10 persen saja, tidak tertutup kemungkinan ia akan menjadi salah satu kandidat presiden.
Ujian be rat bagi Hatta adalah mem bawa citra PAN ikut terangkat di mata rakyat manakala SBY dan Demokrat dapat memperta hankan performanya, namun ti dak ikut terpuruk apabila ki nerja SBY memble di akhir masa jabatannya. Wallahualam.
Opini Republika 18 Januari 2010
18 Januari 2010
Hatta dan Masa Depan PAN
Thank You!