13 Desember 2010

» Home » Opini » Sinar Harapan » Nikodemus Belajar Salib

Nikodemus Belajar Salib

Anda masih ingat cerita Nikodemus bertemu dengan Yesus? Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada Nikodemus? Salib! Ini ayatnya: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus di­ting­gikan (Yoh 3:14).”

Yesus mulai dengan karakter Musa supaya bahasanya nyambung dengan Nikodemus, karena Niko­de­mus itu kan pemimpin agama Yahudi. Jadi pasti nama Musa dan apa yang dilakukan Musa dikuasainya dengan baik. Te­tapi ah, ada satu hal yang dia belum ketahui, Kuasa Salib.
Sewaktu Yesus berkata “sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun…” pasti Nikodemus langsung tahu kisah di belakang peristiwa tersebut yang diambil dari Bilangan 21:8-9.
Ketika itu bangsa Israel berkelu-kesah, kesal, marah, menggerutu dan bahkan muak dengan makanan manna yang terkenal itu, yang turun langsung dari Surga. Memang, sejarah mencatat bahwa bangsa yang sedang keluar dari Mesir menuju Kanaan ini sering tegar tengkuk sikapnya. Namun dalam kejadian kali ini mereka sangat keterlaluan. Masak makanan manna, makanan mujizat yang terkenal itu, yang langsung turun dari Surga dirasakan muak? Kasar sekali sikapnya. Tetapi itulah yang mereka katakan.
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Me­ngapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak (Bilangan 21:5).”
Anda tahu apa akibat dari sikap dan perbuatan mereka tersebut?
Hidup mereka terlepas dari lindungan oleh kuasa Tuhan, dan mereka menjadi sasaran empuk si Jahat. Ular-ular pun mulai keluar dan mematuk me­reka. Sebagian mereka su­dah terkena racun ular dan bah­kan sebagian sudah mati konyol.
Untung bangsa ini mau bertobat dan langsung mengakui dosa mereka dan segera minta pertolongan Musa untuk mengusir ular-ular tersebut.
Lantas, bagaimanakah caranya menyelesaikan persoalan racun ular ini?
Bilangan 21:8 mencatat bahwa Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat replika ular yang terbuat dari tembaga dan menggantungkannya di atas tiang, supaya setiap orang yang terpagut ular dapat melihat tiang itu dan sembuh.
Ah, Nikodemus tahu persis bahwa dengan melihat kepada tiang dengan ular replika tergantung, terjadilah proses transfer. Maksudnya begini… Racun akibat gigitan ular di tubuh mereka, ditransfer ke ular di tiang, sehingga ular di tianglah yang menanggung racun tersebut, sedangkan mereka menjadi sembuh.
Dengan latar belakang pengertian itu, Yesus sekarang siap menjelaskan kuasa Salib kepada Nikodemus. Yesus me­lanjutkan di Yoh 3:14b, “sama seperti Musa… demiki­an juga Anak Manusia harus ditinggikan.”

Ditinggikan
Apa maksudnya ditinggikan? Kalau Anda baca Yoh 12:32-33 dengan teliti, Anda akan menemukan bahwa di­tinggikan artinya kematian (32). Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (33). Ini dikatakan-Nya untuk me­nyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yoh 12:32-33).
Jadi sama seperti ular tembaga ditinggikan (baca: mati) di tiang, demikian juga Anak Manusia (Yesus) harus ditinggikan (baca: mati disalibkan) di tiang. Pada saat orang melihat ular yang mati ditiang, maka racun yang ada di tubuh mereka akan ditransfer ke ular di tiang tadi.
Demikian juga, sewaktu kita melihat Salib, kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit dari antara orang mati, maka racun (akibat dari dosa), serta dosa dan pelanggaran kita ditransfer ke tubuh Yesus. Di atas Kayu Salib terjadi proses transfer.
Tetapi lebih dari itu, hidup Yesus juga ditransfer ke kita, sehingga Yoh 3:15-16 berkata bahwa barang siapa yang percaya pada Yesus akan memperoleh hidup yang kekal. Di atas Kayu Salib terjadi proses pertukaran.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa dan ber­oleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).
Dosa kita ditanggung oleh Yesus lewat bilur-bilur dan Darah-Nya (tubuh-Nya yang mati di Kayu Salib) dan Hidup Yesus diberikan kepada kita yang percaya. Oh, Kuasa Kasih Tuhan.
Sewaktu kita memandang ular di tiang, kita memandang ular sebagai ular yang telah mati. Dia tidak berkuasa lagi. Akibatnya, racun pagutan ular transfer kepada sang ular yang telah mati di tiang tersebut. Tetapi, karena ular tidak bangkit, maka tidak ada yang dapat ditransfer oleh ular tersebut kepada kita. Tetapi sewaktu kita melihat Salib Yesus, terjadi transfer dua arah. Dosa dan penyakit kita ditransfer ke tubuh-Nya, dan Kebangkitan Dia transfer ke kita, sehingga kita berhak memperoleh hidup yang kekal dan kesembuhan.
Sama seperti Musa me­ning­gikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan. Itulah kuasa Salib yang luar biasa. Mengertikah Anda sekarang, Nikodemus?

Penulis  adalah Gembala Jakarta City Blessing, Vice Chancellor Wagner Leadership Institute Asia dan Chairman Vertical Leap dan BOSS The Movement Indonesia. 

Opini Sinar Harapan 13 Desember 2010