07 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Wonogiri Tak Sekadar Jamu Gendong

Wonogiri Tak Sekadar Jamu Gendong

Lahan kering 65,8 ribu ha yang dimanfaatkan untuk pengembangan mete, cengkih, dan janggelan, membuka peluang investasi pabrik makanan olahan dan obat-obatan

UNTUK bertahan hidup di Ibu Kota, Fitri (diperankan Shireen Sunkar) terpaksa berjualan jamu gendong. Keuletan gadis asal Wonogiri itu membuat pemuda Farel jatuh hati. Atas dorongan sang kekasih (Farel Emeraldi Hutama), Fitri pun melanjutkan kuliah sembari bekerja di perusahaan advertising milik keluarga Hutama.

Itulah penggalan serial ’’Cinta Fitri’’ yang ditayangankan sebuah stasiun televisi swasta, sekaligus peraih Panasonic Gobel Awards untuk kategori Drama Seri Terfavorit 2010.

Sebetulnya, Kabupaten Wonogiri tidak saja dikenal dengan jamu gendong mengingat potensi dan kekayaan alamnya pun cukup melimpah. Letak geografisnya juga sangat strategis karena diapit oleh Provinsi DIY dan Jawa Timur.


Kabupaten yang terdiri atas 25 kecamatan, 251 desa, dan 43 kelurahan ini sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan berbatu kapur. Namun transportasi ke sana didukung infrasturktur jalan nasional (35 km), jalan provinsi (160 km), dan jalan kabupaten (1.020 km) yang relatif baik.

Sebagaimana kabupaten di Jawa Tengah pada umumnya, sektor pertanian Wonogiri memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB setempat. Tahun 2007 misalnya, kontribusi sektor pertanian 50 persen lebih. Lahan pertanian seluas 98.082 hektare (53,8 persen dari total wilayah) cocok untuk budidaya jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah.

Menurut data Dinperindagkop dan Penanaman Modal (2007), areal lahan jagung 72,7 ribu hektare, dengan produksi rata-rata per hektare 5,62 ton jagung kering giling. Karena itu,  pemkab menawarkan peluang investasi di bidang pengembangan budidaya tanaman pertanian (pola kemitraan) ataupun pembangunan pabrik pengolahan makanan berbasis bahan baku lokal.

Lahan kering seluas 65,8 ribu hektare telah dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman mete, cengkih, dan janggelan (cincau). Dengan potensi tersebut, investasi pembangunan pabrik makanan olahan ataupun obat-obatan berbahan baku hasil perkebunan lokal masih terbuka luas.

Potensi lokal lainnya adalah sektor peternakan, terutama budidaya kambing dan sapi. Ini mengingat masyarakat menjalani pekerjaan sebagai  peternak secara turun-temurun sehingga sangat minded dalam urusan kambing atau sapi. Bahkan, populasi kambing Wonogiri menempati peringkat pertama se-Jateng, sedangkan populasi sapi menduduki ranking kedua dalam beberapa dekade terakhir.
Potensi Wisata Daerah ini memiliki bendungan yang sudah banyak dikenal orang, yakni Waduk Gajah Mungkur (WGM). Selain untuk keperluan irigasi, bendungan seluas 83 hektare itu menjadi salah objek wisata alternatif di negeri ini. Di tempat itu  wisatawan dapat menikmati gelombang air waduk dari atas perahu motor sembari memancing ikan.

Sebagai objek wisata, kini waduk tersebut dilengkapi restoran apung dengan berbagai sajian menu kuliner khas Jateng. Arena bermain anak, kolam renang, kebun binatang mini, dan kereta kelinci makin menyemarakkan lingkungan waduk itu.

Wonogiri memiliki berbagai pesona wisata, seperti Monumen Bedol Desa, Prasasti Nglarok, Sendang Asri, Sendang Siwani, Museum Wayang Kulit, Cagar Alam Danalaya, Makam Gunung Giri, Wana Wisata Gunung Gandul, Goa Putri Kencono, Goa Ngantap, Goa Maria, Pantai Sembukan, dan Pantai Ngampu.
Selain itu, kabupaten dengan luas wilayah 182,3 ribu hektare tersebut juga punya event wisata budaya dan olahraga bertaraf nasional ataupun dunia. Ruwatan massal, jamasan pusaka Mangkunegoro I, lomba dayung, lari maraton, balap sepeda dan terbang layang (gantole) digelar setiap tahun.
Berbicara makanan khas, Wonogiri dikenal denan mete, cabuk, geti, brem, dan tiwul. Produk kerajinan lokalnya antara lain batik tulis, tatah sungging, anyaman bambu, dan batu mulia. Wayang kulit, kethek ogleng, reog, ketoprak, dan ledhek alias tayub adalah kesenian yang masih banyak dijumpai.

Medio bulan ini, menjelang HUT ke-269, daerah tersebut akan  menggelar berbagai event wisata budaya dan olahraga sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, informasi potensi daerah dan berbagai peluang investasi perlu disajikan secara terbuka kepada setiap tamu yang berkunjung. Selain berekreasi, semoga di antara wisatawan (baik asing maupun domestik) ada yang tertarik berinvestasi. (10)

— Akhmad Saefudin SS ME, alumnus UNS Solo dan program S2 MPKP UI, kini tinggal di Purwokerto

Wacana Suara Merdeka 8 mei 2010