11 April 2010

» Home » Suara Merdeka » Menakar Calon Bupati Kendal

Menakar Calon Bupati Kendal

Karena itu, para calon bupati dan wakilnya perlu tingkatkan kebaikan, tinggalkan keburukan, dan pandai-pandailah mengambil hati rakyat, serta mewujudkan janji setelah terpilih

TERJAWAB sudah calon bupati Kendal dan pasangannya yang bertarung dalam pilkada, 6 Juni mendatang setelah  lima pasang cabup-cawabup mendaftar  di KPUD, 29 Maret lalu.

Mereka adalah pasangan Ir Supriyono dan Nasikhin Jr  (jalur independen), dokter Nur Khadziq SpJP FIHA dan HR Mastur Syukur SH MSi (koalisi PKS, PAN, dan PPP), dokter Hj Widya Kandi Susanti MM dan HM Mustamsikin SAg. (PDIP, PKB, dan Gerindra), Ir H Sugiono MT dan HM Abdullah SE (PD dan Hanura), serta bupati incumbent Dra Hj Siti Nurmarkesi dan Indar Wimbono STMM (Partai Golkar).


Semua pasangan punya kelebihan dan kekurangan. Misalnya,  Supriyono-Nasikin Jr  tidak didukung parpol mana pun tapi  lolos verifikasi KPU bahkan melebihi target dari persentase yang dipersyaratkan. Hal itu mengindika-sikan kekuatan massa pendukung yang tersembunyi.

Kondisi tersebut berkait de-ngan posisi Supriyono yang pejabat karier dan motor penggerak sepak bola di Kendal. Kekuatannya bertambah setelah menggandeng tokoh muda NU Nasikhin Jr, yang kini berkiprah di PKNU.
Kelemahan pasangan itu adalah dalam rekrutmen pendukung sebab motor penggerak ke akar rumput tidak akan tersebar merata dan tidak mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Jalur sepak bola dengan Persiknya kurang efektif menggaet massa.

Begitu juga, Ansor dan NU pun tidak mungkin dijadikan kendaraan politik karena Nasikhin bukan satu-satunya kader yang berlaga dalam pilkada. Pasangan Nur Khadziq-HR Mastur cukup ideal. Nur Khadziq tokoh muda yang cerdas didampingi Mastur yang cukup berpengalaman dan dikenal. Di samping itu, dukungan kader PKS, PAN, dan PPP solid. Namun Nur Khadziq yang putra daerah lama meninggalkan kotanya meniti karier di Jakarta sehingga kurang dikenal di Kendal. Selain itu, koalisi PKS dan PAN terlalu berat menyentuh semua lapisan massa.

Pasangan Sugiono-HM Abdullah cukup solid. Sugiono adalah pejabat karier dan cukup dikenal, terlebih ia pengurus harian PCNU. Popularitasnya makin kuat karena berpasangan dengan Abdullah, ketua DPC PKB, yang dua periode menjadi anggota DPRD. Kelemahan pasangan ini adalah Partai Demokrat dan Hanura sebagai pengusungnya terlalu berat menggerakkan massa sebab kedua calon itu bukan kadernya.

Abdullah sepertinya tidak dapat berharap banyak dari partainya yang lebih berpihak pada Widya-Mustamsikin. Sugiono juga tidak berani menggerakkan jalur kedinasan untuk menggaet massa karena PNS-nya atau  menggerakkan jalur NU.
Widya dan Incumbent Tampaknya pasangan kuat yang bakal berlaga adalah Widya Kandi-Mustamsikin dan incumbent Nurmarkesi-Indar Wimbono. Widya Kandi-Mustamsikin berdasarkan logika politik sangat kuat karena keduanya saling melengkapi. Widya Kandi adalah wakil ketua DPRD, kader PDIP, dan aktif dalam berbagai organisasi sosial. Sedangkan Mustamsikin kiai muda, fungsionaris PCNU, dan Ketua Fuspaq Kendal yang didukung PKB. Pasangan ini saya kira cukup mampu menarik massa. Widya lekat dengan kaum nasionalis dan Mustamsikin dengan santri. Titik lemahnya adalah citra Widya cukup terganggu oleh suaminya, Hendy Boedoro, mantan bupati yang terjerat kasus korupsi. 

Pasangan terpopuler dan bisa jadi terkuat adalah Siti Nurmarkesi-Endar Wimbono. Sebagai pengganti Hendy, Nurmarkesi tampil cukup bersih dan bisa mereduksi hal-hal yang berbau KKN. Dia juga mampu merestrukturisasi pejabat eselon berdasarkan  kapabilitasnya.

Sebagai ketua DPC Golkar, ia pasti mampu menggiring massa. Sebagai bupati, ia  cukup peduli terhadap rakyat seperti pemberian bantuan transpor untuk  guru swasta/ madrasah /TPQ serta peduli terhadap berbagai acara yang digelar masyarakat.  Namun, kekuatan besar itu tidak bertambah signifikan karena ia menggandeng Endar Wimbono, pejabat karier yang belum mengakar.
Idealnya, sebagai incumbent dia menggandeng tokoh ormas keagamaan atau kader parpol agamis.

Ditambah lagi, Nurmarkesi sering membuat statemen kurang pas terkait persoalan PNS, guru, dan perangkat desa, serta disiplinnya yang ala militer.
Deskripsi peta kekuatan itu ditimbang berdasarkan logika akademis. Semua pasangan punya kesempatan menang. Karena itu, tingkatkan kebaikan, tinggalkan keburukan, dan pandai-pandailah mengambil hati rakyat, serta mewujudkan janji setelah terpilih. (10)

— Moh Muzakka Mussaif, pengasuh Madrasah Tsanawiyah (MT) Almushlihun dan Aliyakub Kendal, dosen Fakultas Ilmu Budaya Undip

Wacana Suara Merdeka 12 April 2010