28 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » Optimalisasi Peran Blog Sekolah

Optimalisasi Peran Blog Sekolah

DI Kabupaten Jepara ada dua blog sekolah (madrasah)  yang menurut hemat penulis memiliki nilai lebih. Selain tampilannya menarik, admin (pengelola) senantiasa memperbarui isinya, yakni blog milik Madrasah Aliyah (MA) Walisongo Pecangaan, pengelola kadang menuliskan reportase (berita) tentang kegiatan sekolah.

Satunya lagi, blog yang dikelola oleh sivitas akademika Madrasah Aliyah (MA) Matholi’ul Huda Troso Pengelola secara keseluruhan menuliskan berita kegiatan sekolah.


Terdapat perbedaan yang mencolok antara keduanya, sebagian besar berita yang di-posting di blog Walisongo merupakan kliping media (berita yang dipublikasikan di media), adapun blog Matholi’ul Huda pemberitaan murni dari pengelola.

Sayangnya kedua blog tersebut hanya dikelola oleh seorang, artinya penulis berita, artikel, esai, ataupun kolom hanya ditulis seorang ataupun  sekadar mengunduh berita sekolah yang telah dipublikasikan di media. Selebihnya, hanya mengambil artikel di web-web.

Berbeda dari sekolah lain, blog malah belum dikelola sebagaimana mestinya. Hanya memuat profil dan kurikulum, sementara mengenai kegiatan sekolah tidak dipublikasikan di media online tersebut. Ada pula yang hanya memiliki alamat blog sehingga boleh dikata sebagai ajang coba-coba.

Sayangnya, di era teknologi informasi seperti saat ini masih banyak sekolah (madrasah) yang belum memiliki media online tersebut.

Blog sekolah memang dikelola seorang pengelola. Tetapi seluruh elemen yang ada di lembaga pendidikan semestinya berpartisipasi mengoptimalkan peran blog itu.

Dibutuhkan kerja sama antara pengelola, siswa dan guru. Pengurus OSIS ataupun seluruh kegiatan ekstrakulikuler di sekolah berkewajiban mewartakan hasil kegiatannya.

Bisa saja siswa menuliskan karya-karyanya sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga guru bisa memonitoring siswa-siswinya yang memiliki bakat.

Guru pun demikian, perlu menuliskan karyanya sesuai dengan disiplin keilmuannya. Misalnya artikel tentang pendidikan, hukum, sosial, ekonomi, agama, sastra, budaya, seni dan sebagainya.
Mempermudah Melalui kerja sama tersebut nantinya seluruh elemen yang ada di sekolah ikut berperan sehingga hal itu akan mempermudah kerja pengelola. Artinya, berbagai tulisan dikirimkan oleh guru, siswa, serta khalayak umum, sementara pengelola hanya mem-posting dan menata perwajahannya.

Media berfungsi untuk menginformasikan kepada pembaca. Semisal media cetak, di kalangan sekolah bisa berupa buletin, tabloid, ataupun majalah yang juga berperan menginformasikan kepada seluruh elemen sekolah atau  masyarakat umum.

Media elektronik pun demikian. Sementara media online, selain mempunyai peran yang sama keberadaannya bisa diakses oleh seluruh dunia. Hal itulah keuntungan lebih yang dimiliki oleh media online.

Di samping sebagai media informasi, blog sekolah dapat dijadikan wadah untuk berekspresi dan berkreasi seluruh elemen sekolah. Sehingga antara sekolah satu dan yang lain memiliki ciri khas tersendiri, baik dari karya yang dimuat, pemikiran yang disampaikan, maupun kritik yang dilontarkan.

Nantinya ciri khas tersebut yang akan membedakan daya intelektual dan kecenderungan arah berpikir sivitas akademika.

Penulis menyayangkan apabila terdapat blog sekolah yang hanya berisi profil, guru, dan kurikulum, serta tidak meng-up date-nya dengan posting-an terbaru, hanya memiliki alamat blog saja ataupun beberapa sekolah di Jepara hingga kini belum memiliki media online.

Padahal jika dikelola dengan baik secara tidak langsung akan mempromosikan sekolah kepada khalayak.
Media promosi yang penulis maksud tidak hanya berisi profil dan foto guru saja.

Khalayak akan lebih tertarik jika sekolah aktif (melakukan kegiatan ataupun berprestasi). Keaktifan itu dipublikasikan dalam blog yang dikelola sekolah. Hal itu memungkinkan tidak hanya penduduk sekitar saja yang akan memasuki sekolah tetapi daerah lain pun tertarik.

Selama ini, optimalisasi peran blog sekolah di Jepara masih sangat minim padahal fungsinya sangat banyak hal itu dipengaruhi minimnya tradisi menulis serta belum maksimalnya sosialisasi pentingnya blog bagi masyarakat (sekolah) yang mengakibatkan masyarakat enggan untuk mengelolanya.

Seyogianya, pemerintah kabupaten bekerja sama dengan lembaga pendidikan untuk menyosialisasikan pentingnya blog di sekolah. Kemudian, diperlukan monitoring (pengawasan) kepada sekolah-sekolah agar blog itu dikelola secara terus menerus. (10)

— Syaiful Mustaqim, pengelola blog aktif di Smart Institute Jepara
Wacana Suara Merdeka 29 Desember 2009