FILM tentang hari kiamat dengan judul 2012 tengah menjadi buah bibir di seluruh dunia. Seperti dikutip dari Associated Press, di pekan pertamanya, film buatan Sony Pictures itu meraih USD 225 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun (Jawa Pos, 17 November 2009).
Film itu konon didasarkan sistem kalender suku Maya. Menurut kalender itu, 1992-2012 akan menjadi tahun-tahun pemurnian total planet bumi hingga akhirnya peradaban manusia benar-benar berakhir pada 21 Desember 2012.
Film 2012 berangkat dari buku Mystery of 2012: Predictions, Prophecies & Possibilities yang disusun Gregg Braden. Buku yang terdiri atas 25 tulisan ilmiah, wawancara, serta eksplorasi sejumlah peneliti ini mencoba menginterpretasikan siklus besar kalender suku Maya menjadi sebuah penemuan baru. Braden mengeksplorasi bahwa pada 2012 akan terjadi pembalikan kutub magnetik bumi yang bisa mengakibatkan badai hebat. Dia menarik kesimpulan itu berdasarkan teori kuantum yang memang menjadi kompetensinya.
Dalam filmnya, 2012 berkisah tentang seorang tokoh ilmuwan muda Adrian Helmsley dalam film itu (diperankan aktor Chiwetel Ejiofor) menemukan fakta bahwa matahari akan meledak dan inti bumi akan mencapai suhu yang paling panas. Akibatnya, perlahan tapi pasti, di 2012 nanti, bumi akan retak, jalan-jalan akan terbelah, gempa dahsyat bakal mengguncang, dan puncaknya, tsunami raksasa akan meluluhlantakkan bumi.
Pengharaman MUI Malang
Menarik bahwa film itu kabarnya diharamkan oleh Majelis Ulama Malang. Sebab, film 2012 dinilai meresahkan masyarakat terkait datangnya hari kiamat pada 2012. Ketua MUI Kabupaten Malang KH Mahmud Zubaidi mengatakan, pengharaman ini sebagai respons terhadap isi cerita film tersebut yang terlalu jauh menceritakan waktu datangnya kiamat pada 2012.
Sementara itu, Ketua MUI Jabar KH Hafidz Utsman mengaku prihatin dengan mencuatnya kontroversi mengenai film 2012. Menurut dia, tidak ada yang perlu diributkan dari film ini karena seperti karya seni komersial lain, 2012 bukanlah mengedepankan fakta, melainkan fiksi belaka.
Memang kita seharusnya tidak perlu berpolemik tentang film 2012. Kita harus belajar menyikapi segala sesuatu seperti ajaran Gus Dur saja: "Gitu aja kok repot!" Dengan adanya fatwa haram seperti yang dikeluarkan MUI Kabupaten Malang, secara langsung atau tidak hal itu justru mendongkrak film 2012. Niatnya mengimbau orang agar tidak menonton, tapi masyarakat justru makin penasaran mau menonton. Apalagi, ideologi di balik film itu bukanlah ideologi agama, tetapi kapitalisme yang berprinsip mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Dalam hemat penulis, film yang mengingatkan orang akan adanya hari akhir atau hari kiamat, seperti Deep Impact atau The Day After Tomorrow serta 2012 selalu mengandung hikmah. Atau, selalu ada pesan yang bisa kita kaitkan dengan kehidupan kita hari-hari ini.
Film 2012 pertama-tama tentu saja menjawab rasa ingin tahu kita bahwa kiamat itu seperti apa, meskipun kita tidak setuju dengan harinya yang sudah ditetapkan, yakni 21 Desember 2012. Bahkan, Apolinaro Chile Pixtun, tetua Indian dari suku Maya asal Guatemala, sudah menyatakan, berita bahwa menurut kalender Maya kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012 adalah tidak benar. Agama suku Maya juga menyebutkan tidak tahu kapan sebenarnya hari kiamat akan tiba.
Tak Bisa Diprediksi
Menarik juga bahwa dalam eskatologi agama-agama samawi seperti Islam atau Kristen, hari H kiamat juga tidak diketahui. Meski demikian, kepercayaan akan adanya hari akhir termasuk menjadi doktrin agama. Bagi setap muslim, informasi tentang kiamat bisa dibaca dalam Surah Al-Qiyamah.
Kata Al-Qiyamah (hari kiamat) diambil dari perkataan Al-Qiyamah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat yang terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, berisi kepastian terjadinya hari kiamat dan huru-hara yang terjadi seiring kiamat. Surah Al-Qiyamah juga berisi celaan Allah SWT kepada orang-orang musyrik yang lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat dan keadaan manusia di waktu sakaratul maut.
Dalam sejarah, manusia memang selalu mencoba membuat prediksi kapan terjadinya kiamat. Anehnya, ketika tebakan itu salah, kebinasaan atau mautlah yang menjemput mereka. Misalnya, Sekte Ranting Daud di Waco, Texas, yang dipimpin David Koresh yang meramal kiamat pada 19 April 1993. Pada tanggal itu, David dan 84 pengikutnya justru melakukan bunuh diri masal.
Melihat prediksi-prediksi tentang kiamat yang selalu keliru, penulis ingat pada pendapat Rais Aam PB NU KH M.A. Sahal Mahfudz bahwa kiamat pasti tiba, tapi tak perlu orang mendustakannya.
Mungkin paling bijak bila film 2012 direspons dengan perubahan paradigma hidup yang salah karena adanya keyakinan pada hari akhir. Inilah momentum tepat untuk bertobat. Semisal bertobat dari korupsi yang telah membusukkan bangsa ini.
Melihat maraknya korupsi, rasanya tepat sabda Rasulullah saw, "Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram." (HR Ahmad dan Bukhari). Dan, kalau manusia tidak bisa membedakan hartanya halal atau haram, ini tanda-tanda kiamat mendekat, setidaknya kiamat kecil atau saatnya kita semua harus berhadapan dengan maut. (*)
*). Made Ayu Nita T.D. (Ay Yauwk Nio), pernah kuliah perbandingan agama di Edinburgh University,UK
Film itu konon didasarkan sistem kalender suku Maya. Menurut kalender itu, 1992-2012 akan menjadi tahun-tahun pemurnian total planet bumi hingga akhirnya peradaban manusia benar-benar berakhir pada 21 Desember 2012.
Film 2012 berangkat dari buku Mystery of 2012: Predictions, Prophecies & Possibilities yang disusun Gregg Braden. Buku yang terdiri atas 25 tulisan ilmiah, wawancara, serta eksplorasi sejumlah peneliti ini mencoba menginterpretasikan siklus besar kalender suku Maya menjadi sebuah penemuan baru. Braden mengeksplorasi bahwa pada 2012 akan terjadi pembalikan kutub magnetik bumi yang bisa mengakibatkan badai hebat. Dia menarik kesimpulan itu berdasarkan teori kuantum yang memang menjadi kompetensinya.
Dalam filmnya, 2012 berkisah tentang seorang tokoh ilmuwan muda Adrian Helmsley dalam film itu (diperankan aktor Chiwetel Ejiofor) menemukan fakta bahwa matahari akan meledak dan inti bumi akan mencapai suhu yang paling panas. Akibatnya, perlahan tapi pasti, di 2012 nanti, bumi akan retak, jalan-jalan akan terbelah, gempa dahsyat bakal mengguncang, dan puncaknya, tsunami raksasa akan meluluhlantakkan bumi.
Pengharaman MUI Malang
Menarik bahwa film itu kabarnya diharamkan oleh Majelis Ulama Malang. Sebab, film 2012 dinilai meresahkan masyarakat terkait datangnya hari kiamat pada 2012. Ketua MUI Kabupaten Malang KH Mahmud Zubaidi mengatakan, pengharaman ini sebagai respons terhadap isi cerita film tersebut yang terlalu jauh menceritakan waktu datangnya kiamat pada 2012.
Sementara itu, Ketua MUI Jabar KH Hafidz Utsman mengaku prihatin dengan mencuatnya kontroversi mengenai film 2012. Menurut dia, tidak ada yang perlu diributkan dari film ini karena seperti karya seni komersial lain, 2012 bukanlah mengedepankan fakta, melainkan fiksi belaka.
Memang kita seharusnya tidak perlu berpolemik tentang film 2012. Kita harus belajar menyikapi segala sesuatu seperti ajaran Gus Dur saja: "Gitu aja kok repot!" Dengan adanya fatwa haram seperti yang dikeluarkan MUI Kabupaten Malang, secara langsung atau tidak hal itu justru mendongkrak film 2012. Niatnya mengimbau orang agar tidak menonton, tapi masyarakat justru makin penasaran mau menonton. Apalagi, ideologi di balik film itu bukanlah ideologi agama, tetapi kapitalisme yang berprinsip mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Dalam hemat penulis, film yang mengingatkan orang akan adanya hari akhir atau hari kiamat, seperti Deep Impact atau The Day After Tomorrow serta 2012 selalu mengandung hikmah. Atau, selalu ada pesan yang bisa kita kaitkan dengan kehidupan kita hari-hari ini.
Film 2012 pertama-tama tentu saja menjawab rasa ingin tahu kita bahwa kiamat itu seperti apa, meskipun kita tidak setuju dengan harinya yang sudah ditetapkan, yakni 21 Desember 2012. Bahkan, Apolinaro Chile Pixtun, tetua Indian dari suku Maya asal Guatemala, sudah menyatakan, berita bahwa menurut kalender Maya kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012 adalah tidak benar. Agama suku Maya juga menyebutkan tidak tahu kapan sebenarnya hari kiamat akan tiba.
Tak Bisa Diprediksi
Menarik juga bahwa dalam eskatologi agama-agama samawi seperti Islam atau Kristen, hari H kiamat juga tidak diketahui. Meski demikian, kepercayaan akan adanya hari akhir termasuk menjadi doktrin agama. Bagi setap muslim, informasi tentang kiamat bisa dibaca dalam Surah Al-Qiyamah.
Kata Al-Qiyamah (hari kiamat) diambil dari perkataan Al-Qiyamah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat yang terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, berisi kepastian terjadinya hari kiamat dan huru-hara yang terjadi seiring kiamat. Surah Al-Qiyamah juga berisi celaan Allah SWT kepada orang-orang musyrik yang lebih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat dan keadaan manusia di waktu sakaratul maut.
Dalam sejarah, manusia memang selalu mencoba membuat prediksi kapan terjadinya kiamat. Anehnya, ketika tebakan itu salah, kebinasaan atau mautlah yang menjemput mereka. Misalnya, Sekte Ranting Daud di Waco, Texas, yang dipimpin David Koresh yang meramal kiamat pada 19 April 1993. Pada tanggal itu, David dan 84 pengikutnya justru melakukan bunuh diri masal.
Melihat prediksi-prediksi tentang kiamat yang selalu keliru, penulis ingat pada pendapat Rais Aam PB NU KH M.A. Sahal Mahfudz bahwa kiamat pasti tiba, tapi tak perlu orang mendustakannya.
Mungkin paling bijak bila film 2012 direspons dengan perubahan paradigma hidup yang salah karena adanya keyakinan pada hari akhir. Inilah momentum tepat untuk bertobat. Semisal bertobat dari korupsi yang telah membusukkan bangsa ini.
Melihat maraknya korupsi, rasanya tepat sabda Rasulullah saw, "Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram." (HR Ahmad dan Bukhari). Dan, kalau manusia tidak bisa membedakan hartanya halal atau haram, ini tanda-tanda kiamat mendekat, setidaknya kiamat kecil atau saatnya kita semua harus berhadapan dengan maut. (*)
*). Made Ayu Nita T.D. (Ay Yauwk Nio), pernah kuliah perbandingan agama di Edinburgh University,UK
Opini Jawa Pos 18 November 2009