23 Desember 2009

» Home » Solo Pos » Memotret perekonomian Indonesia 2010

Memotret perekonomian Indonesia 2010

Pengujung tahun 2009 ini diwarnai dengan sederet optimisme di kalangan pengamat ekonomi maupun ekonom pemerintah terhadap kondisi perekonomian Indonesia tahun 2010 nanti. Hal ini dikarenakan proyeksi optimistis yang dikeluarkan beberapa lembaga internasional terhadap perekonomian Indonesia.
Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) menyatakan perekonomian Asia akan tumbuh 6,6 persen dengan Indonesia sebagai salah satu motor penggeraknya.


Perekonomian regional di Asia Tenggara maupun dunia pada tahun 2009 ini masih diwarnai dengan dampak krisis ekonomi global. Amerika Serikat sebagai pusat perekonomian dunia masih bergulat dengan pemulihan ekonomi. Pada awal pemerintahan Obama di bulan Januari 2009, optimisme berkembang bahwa pemerintahan baru AS ini mampu membawa negara adidaya itu keluar dari krisis. Namun hasil survei keyakinan konsumen AS pada bulan November lalu, justru menunjukkan pesimisme masyarakat AS terhadap perekonomian negara tersebut. Tingkat pengangguran yang masih tinggi ditengarai menjadi penyebab munculnya pesimisme tersebut. Dalam perkembangannya, di bulan Desember ini, Federal Reserve menutup lagi tiga bank di Amerika Serikat. Perekonomian Eropa juga masih dalam tahap pemulihan. Secara umum, AS dan Eropa belum bisa diharapkan menjadi penggerak perekonomian dunia.
Akhir tahun 2009, perekonomian dunia masih diwarnai juga dengan gagal bayar yang dialami perusahaan keuangan internasional Dubai World. Gagal bayar Dubai World secara umum mirip dengan peristiwa subprime mortgage di AS pada awal krisis ekonomi global. Dubai World tersandung juga oleh kredit properti. Dampak sistemik yang disebabkan oleh Dubai World tidak akan sebesar gagal bayar subprime mortgage karena perekonomian Dubai tidak sebesar perekonomian AS.
Apalagi, pemerintah Abu Dhabi sebagai ibukota Uni Emirat Arab segera mengambil tindakan melakukan bailout terhadap utang-utang Dubai World. Rentetan peristiwa di AS, Eropa dan Timur Tengah ini memberikan pelajaran bagi para investor untuk berhati-hati. AS dan Eropa jelas belum kondusif untuk investasi, sementara Timur Tengah yang selama ini diharapkan bisa menjadi kawasan investasi alternatif ternyata menyimpan masalah gagal bayar. Pilihan investor saat ini jelas ke Asia. Negara Asia yang masih layak untuk berinvestasi karena kinerja ekonomi mereka selama tahun 2009 hanya Indonesia dan RRC.

Ekonomi RI 2009-2010
Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di Asia Tenggara, bahkan dunia yang mampu bertahan dari krisis ekonomi 2008. Berdasarkan laporan dari World Economic Outlook yang diterbitkan IMF pada bulan Oktober 2009, Indonesia diperkirakan mampu meraih pertumbuhan ekonomi positif dengan kisaran angka 4,8 persen. Perkiraan yang lebih optimis dikeluarkan oleh Consensus Economic Inc yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4 persen pada tahun 2010. Tabel 1 menunjukkan perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara dan juga kawasan Eropa.
Perekonomian Indonesia tahun depan tumbuh positif dari kontribusi sektor-sektor ekonomi berbasis domestik, yaitu sektor pertanian, komunikasi, konstruksi, perdagangan dan transportasi. Pola ini sama dengan tahun 2009 namun di tahun 2010, perekonomian nasional diuntungkan dengan perbaikan kinerja ekonomi kawasan Asia dan beberapa negara mitra dagang RI sehingga kinerja perdagangan luar negeri Indonesia diperkirakan juga mengalami perbaikan. Perekonomian nasional tahun 2010 juga didukung oleh indeks keyakinan konsumen yang mengalami peningkatan ditambah dengan investasi dalam negeri yang juga mengalami perbaikan.
Kebijakan pemerintah
Pada tahun 2009, pemerintah SBY-Boediono sedang menyusun kabinet baru dan pada saat baru terbentuk, kabinet baru ini diganggu dengan skandal Bank Century. Praktis sebenarnya pemerintah hanya menjalankan kebijakan business as usual atau hanya meneruskan kebijakan kabinet. Hal ini justru menunjukkan gejala yang baik, artinya masalah politik tidak lagi mengganggu perekonomian. Para pelaku ekonomi di Indonesia mulai sadar bahwa tidak ada gunanya berharap terlalu banyak pada pemerintah, mereka cenderung mencari peluang sendiri demi kepentingan bisnisnya.
Penulis yakin krisis politik yang saat ini mulai mengganggu legitimasi pemerintah SBY tidak akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi nasional. Para investor melihat krisis politik itu hanya terjadi pada tataran elite politik dan tidak akan sampai ke tingkat bawah. Unjuk rasa damai tanggal 9 Desember lalu menunjukkan masyarakat kita sudah dewasa dalam menghadapi konflik.
Hal yang harus menjadi perhatian justru perilaku investor yang kemungkinan besar akan menanamkan modalnya di Indonesia melalui bursa saham. Kinerja ekonomi Indonesia yang positif mengundang aliran dana investasi dari luar negeri. Momentum ini harus dimanfaatkan dengan baik. Pemerintah harus melakukan terobosan agar aliran dana di sektor keuangan bisa dipergunakan untuk mendanai sektor riil.
Beberapa sektor riil yang patut mendapat perhatian pada tahun 2010 adalah pembangunan infrastruktur dan industri padat karya. Dua sektor ini berpotensi menciptakan banyak lapangan kerja. Masalah pengangguran dan kemiskinan bisa diatasi dengan perbaikan di dua sektor ini. Jika itu yang terjadi, maka perbaikan indikator ekonomi Indonesia di tahun 2010 akan menjelma menjadi perbaikan kesejahteraan rakyat Indonesia.

 Oleh : Anton A Setyawan, Dosen FE & Pascasarjana UMS
Opini Solo Pos 23 Desember 2009