"Dalam kondisi tidak menentu, radio siaran pemerintah daerah yang sarat lokalitas bisa menjadi panduan bagi warga untuk mengatasi bencana"
ARTIKEL mengenai siaran radio pemerintah daerah atau RSPD yang ditulis Saudara Asep Cuwantoro (SM, 19/12/11), menarik perhatian saya. Dia menggambarkan kondisi stasiun radio pelat merah tersebut ibarat hidup segan mati pun tak mau. Namun jika hal itu dikaitkan dengan apa yang terjadi di Gunung Sindoro, saya mempunyai pandangan lain. Saya membayangkan, RSPD yang nantinya bertransformasi menjadi lembaga penyiaran publik (LPP) lokal, dapat menjadi penyampai informasi dan wahana interaksi warga.
Dalam kondisi yang tak menentu, stasiun radio pemda yang sarat dengan lokalitas bisa menjadi panduan warga untuk mengatasi bencana. Saat ini, kondisi Gunung Sindoro yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Temanggung itu menjadi perhatian masyarakat, terutama di dua kabupaten tersebut. Gunung yang sebelumnya tenang kini dilaporkan tengah aktif. Tak pelak sejumlah warga panik. Bahkan, beberapa orang dikabarkan mengungsi ke tempat yang aman dan menjual ternak mereka.
Di sinilah stasiun radio bisa memainkan perannya sebagai pemandu warga dalam menghadapi situasi bencana. Warga bisa saling tukar menukar informasi melalui stasiun radio mengenai kondisi Sindoro. Dengan demikian, warga dapat mengetahui keluarga mereka yang berada di lereng atau pun kaki gunung.
Sarana telepon, pesan singkat, atau jejaring sosial radio dapat menjadi wahana interaksi antarwarga dan para pengambil keputusan terkait dengan eskalasi aktivitas gunung itu. Stasiun radio menjadi tempat bertanya warga yang tengah dilanda ketidakpastian atas aktivitas Sindoro. Peran ini demikian krusial mengingat tiap gunung mempunyai mitos khas. Apalagi, ada kebiasan warga menghubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain di Tanah Air. Karena itu, muncul isu atau rumor di masyarakat bahwa Gunung Sindoro akan meletus pada hari tertentu.
Dalam situasi seperti inilah, RSPD/ LPP lokal bisa menjadi sarana penyebar informasi atas kondisi riil di lapangan. Radio yang mempunyai karakter cepat dan massal perlu mengambil posisi sebagai penyampai informasi. Radio bisa menjadi sarana untuk mengabarkan mengenai kondisi darurat, jalur pengungsian, tempat pengungsian atau pun lokasi yang harus dihindari.
Jaringan Radio
Untuk menyampaikan informasi terbaru bisa dilakukan dengan dengan mengirim reporter atau pun menampung informasi yang disampaikan warga. Di samping itu, informasi juga diperoleh dengan menghubungi aparat desa, instansi yang terkait dengan penanganan bencana, termasuk sambungan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Lebih dari itu, sambungan dengan Pos Pengamatan Gunung Desa Gentingsari, jika perlu menjadi siaran wajib agar bisa dipantau warga secara teratur.
Jika perlu radio pemerintah mengambil peran sentral dengan mengandeng beberapa stasiun radio swasta. Jejaring radio membangun sindikasi dan membuat siaran bersama dan serentak mampu menjangkau warga lebih luas. RSPD/ LPP lokal bisa menginisiasi untuk membuat program reguler yang disiarkan hingga kondisi Gunung Sindoro dinyatakan kembali normal.
Adanya program reguler dan terencana mengenai kondisi paling aktual diharapkan pula dapat menjelaskan mengenai rumor dan isu yang berkembang di masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, informasi dari media nasional (televisi) bisa dikatakan tidak sepenuhnya bisa diharapkan. Media massa nasional tentu tidak lepas dari perhitungan unsur berita dan skala prioritas dalam penayangannya.
Karena itu, media lokal yang paling dekat dengan masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan informasi yang belum bisa diperoleh dari media nasional. Saya berharap radio seperti eRTe FM Temanggung dan RSPD Wonosobo telah dan sedang menyelenggarakan program tanggap bencana.
Memang untuk mewujudkan hal semacam itu bukan perkara mudah karena membutuhkan kompetensi yang memadai untuk mengolah informasi agar bermanfaat untuk warga. Jika hal ini bisa dilakukan, RSPD/ LPP lokal bisa mengambil peran lebih utuh untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. (10)
— Ariyanto, pekerja radio, asal Temanggung
Opini, Suara Merdeka, 22 Desember 2011,
22 Desember 2011
RSPD, Radio Tanggap Bencana
Thank You!