05 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Merintis Semarang Batik Carnival

Merintis Semarang Batik Carnival

PUBLIK kota Semarang belum lama ini disuguhi tontonan apik, dari mahakarya yang begitu memesona. Ya, tepatnya Minggu (25/4) Solo Batik Carnival (SBC) mampu membuat sejumlah wargga Kota ATLAS ini tercengang menyaksikan betapa elegannya sajian khas Kota Surakarta. Sepanjang jalan dari Balai Kota menju Pasaraya Sri Ratu Jalan Pemuda pun menjadi saksi keanggunan penari SBC yang memang baru kali pertama digelar di Kota Lumpia.

Iring-iringan penari yang terus memberikan senyum manisnya sembari menari dengan gemulai berbalut kostum batik yang diselaraskan dengan riasan warna-warni serta alunan musik bonang dan perkusi yang dikolaborasikan dengan alat musik modern seperti saksofon makin menyemarakkan parade tersebut.

Mereka mampu mengemas pergelaran seni yang terkonsep begitu indah dengan mengusung kearifan budaya lokal, sehingga memiliki nilai seni yang tinggi dan menjadi sebuah kebanggaan. Tak hanya kebanggaan masyarakat Solo semata, namun juga Indonesia.


Terbukti SBC berhasil menunjukkan performa terbaiknya di kancah internasional. Singapura adalah salah satu negara yang pernah mereka singgahi untuk kali keduanya. Chingay Parade Singapura pada 19-20 Februari lalu, dan Ngee Ann City, Orchard Road merupakan pergelaran perdana SBC di medio Juli 2009. Sambutan positif dari masyarakat Singapura makin mengukuhkan betapa spektakulernya pertunjukan SBC.

Begitu juga masyarakat kota Semarang begitu antusias melihat pertunjukan yang jarang mereka jumpai. Sehingga wajar rasanya jika menimbulkan rasa meri dan tak ayal pula akan memunculkan pertanyaan, “Kapan kita punya SBC-nya Semarang?”. 

Padahal batik Semarang juga tak kalah bagusnya, produksi batik Semarang merupakan warisan budaya asli masyarakat Semarang sejak ratusan tahun silam. Ciri khas batik Semarang lebih menonjolkan warna terang.

Di samping bermotif kontemporer yang mengambil ikon-ikon kota Semarang, seperti Tugu Muda dan Lawang Sewu. Atau pun motif asli dari batik Semarang itu sendiri, yakni pohon asam. Sebagaimana mengilhami nama kotanya: asem arang (pohon asem yang letak pohonnya jarang-jarang-Red).

Apalagi bila batik Semarang ditambah dengan sentuhan inovatif, past akan mempertegas keelokannya. Jika saja kita mampu menciptakan SBC-nya Semarang, tentu hal ini dapat dijadikan media promosi yang efektif untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kota Lumpia. Selain itu akan mendongkrak citra kota , baik dari sektor pariwisata, perdagangan, mapun industri. Sehingga dipastikan akan mendatangkan keuntungan untuk kemakmuran warga Semarang pada umumnya.
Budaya dan Pariwisata Namun ironisnya sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang justru tertinggal dari Solo. Bahkan sempat digulirkan wacana akan terjadi perpindahan “jabatan” antarkedua kota tersebut, ibu kota Jateng akan dipindah ke Solo mengingat kegiatan ekonomi Solo dinilai oleh kalangan bisnis lebih bergairah daripada Semarang.

Contoh sederhana, seperti kegiatan SBC yang mengekspansi kota ATLAS ini. Semarang dibuat minder oleh pergelaran seni yang sungguh menarik dan memiliki nilai jual bagi kota budaya seperti Solo. Sepan-tasnya sebuah ibu kota seperti Semarang merasa malu karena terlihat mlempem dalam usaha memajukan daerahnya, terutama untuk soal budaya dan pariwisata.

Kehadiran pergelaran SBC seharusnya menjadi cambuk  untuk memacu semangat dan kreativitas Semarang dalam memajukan kota metropolitan ini. Dengan mampirnya pergelaran SBC diharapkan mampu menginspirasi Semarang agar dapat menciptakan maskot untuk sebuah karnaval yang berkaitan dengan budaya lokal. Jangan sampai Semarang gigit jari karena tak punya identitas kota yang dapat dibanggakan.

Untuk mewujudkan semua harapan tersebut, tak lantas menyerahkan tugas ini kepada pemerintah kota saja. Andil yang besar dari pemerintah, masyarakat, dan maupun pelaku usaha sangat dibutuhkan demi kemajuan Semarang. Kerja sama dari berbagai pihak akan turut memperlancar cita-cita tersebut.

Semarang masih perlu pembenahan agar lebih mampu menunjukkan karismanya sebagai ibu kota provinsi. Karena sejatinya kota ini memiliki potensi yang besar untuk dapat digali dan dikembangkan. Dengan diserahkannya tongkat estafet wali kota pada 19 Juli mendatang, diharapkan membawa perubahan yang pesat dan positif bagi kota ini. (10)

— Tafrida Tsurayya, mahasiswi Fakultas Ekonomi Unissula Semarang

Wacana Suara Merdeka 6 Mei 2010