PADA era globalisasi, rasa kepedulian sosial terhadap kalangan menengah ke bawah kian tipis. Sebagian orang cenderung lebih mementingkan diri atau kelompoknya. Berpijak dari fakta itu, Yayasan Sosial Gotong Royong (YSGR) Ambarawa Kabupaten Semarang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial.
Memang kegiatannya belum bisa digelar setiap hari, tetapi direncanakan secara rutin. Misalnya pada acara peringatan HUT ke-33 yayasan pada tahun lalu, pengelola menyelenggarakan bazar dengan menjual sembako murah, lomba menggambar dan mewarnai, lomba senam, serta seminar sehari bersama Kak Seto Mulyadi dengan tema “Membentuk Anak Berkualitas”. Semua ini dilakukan demi pengembangan yayasan ke depan agar lebih berguna bagi masyarakat sekitar.
Sebelumnya, YSGR identik dengan seluk-beluk kematian. Itu tidak salah. Awalnya memang berlabel Perkumpulan Kematian Gotong Royong yang memberikan jasa pelayanan kematian masyarakat etnis Tionghoa.
Saat itu, untuk prosesi ke Pemakaman Tionghoa Rengas, Ambarawa, masih menggunakan kereta jenazah yang ditarik dua kuda, dan pelayat berjalan kaki mengikuti dari belakang. Sejak 1973, kereta jenazah ’’dimuseumkan’’ dan diganti dengan mobil.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada 1 Juli 1976, Perkumpulan Kematian Gotong Royong dilebur menjadi YSGR dengan tujuan agar dapat lebih memperluas jangkauan pengabdian, dan kegiatannya tak hanya melayani orang yang meninggal dunia. Yayasan memiliki tiga bidang pengabdian, melalui seksi kematian, seksi kesehatan dan seksi pendidikan / keolahragaan.
Pemrakarsa berdirinya yayasan ada lima, yaitu Wikanta Hadi Hartaka, Hadi Hermanto, Sutrisno Mulyadi, Aloei Soesilo, dan FX Darmadi Hardjono. Saat ini hanya FX Darmadi yang masih hidup, lainnya sudah meninggal.
Seksi kematian mengembangkan pelayanannya dengan memiliki fasilitas pemakaman, krematorium, tempat penyimpanan abu jenazah/ taman makam abu, tempat penitipan jenazah, gedung pesanggrahan dan mobil jenazah.
Dalam bidang kesehatan, yayasan itu mendirikan Balai Pengobatan Umum Ginanjar Rahayu. Balai ini terbuka untuk umum. Banyak pasien yang memanfaatkan karena tarifnya terjangkau. Soal tarif terjangkau memang diutamakan demi kepedulian sosial. Yayasan tak harus memikirkan keuntungan semata tapi harus punya misi untuk kebersamaan dan pengabdian.
Bidang pendidikan/ keolahragaan adalah bidang yang juga menonjol. Cabang olahraga yang diampu adalah tenis, tenis meja, bulu tangkis, bola basket, catur, dan senam. Untuk tenis, pada saat ini yayasan belum pernah menyelenggarakan turnamen level nasional dan internasional.
Aktivitas Sekolah Sayangnya, pada saat ini turnamen-turnamen itu terpaksa tak bisa digelar lagi. Perubahan sistem liburan sekolah dari catur wulan menjadi semester membuat pengurus menyerah. Hal ini bisa dimaklumi karena peserta dari kalangan pelajar harus menyesuaikan diri dengan aktivitas sekolah.
Kendati begitu, sudah banyak manfaat dari penyelenggaraan kejuaran - kejuaraan tersebut. Untuk lingkup lokal, banyak petenis asal Ambarawa yang berhasil. Banyak pula pelatih dilahirkan dari turnamen - turnamen itu.
Hasil dari pembinaan olahraga yang dilakukan telah terbukti dengan keberadaan atlet - atlet asal Ambarawa yang memperkuat kontingen Kabupaten Semarang di Porprov Jateng. Yayasan juga pernah membina hubungan baik dengan PB Pelti. Setelah tenis “dilepas”, cabang lain tetap diaktifkan. Yayasan masih rutin menggelar kejuaraan tenis meja, catur dan senam. Cabang lain juga aktif meski sebatas menyelenggarakan kegiatan level lokal.
Dalam bidang sosial, setiap Juli atau Agustus, YSGR menggelar pengobatan gratis. Kegiatan ini disambut antusias, khususnya masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Sementara setiap Idul Fitri, yayasan rutin membagikan bingkisan bagi kaum duafa.
Kegiatan sosial lain adalah khitanan massal dan mengirim petugas kesehatan ketika ada bencana alam di wilayah Kabupaten Semarang. Sejauh ini masyarakat Ambarawa dan sekitar memberikan respons positif. Bahkan, masya-rakatlah yang paling diuntungkan dengan keberadaan mobil jenazah. Mereka yang dirundung kesusahan bisa menyewa mobil jenazah itu. (10)
— FX Darmadi Hardjono, Pembina Yayasan Sosial Gotong Royong (YSGR) Ambarawa Kabupaten Semarang
Wacana Suara Merdeka 1 Juni 2010