22 April 2010

» Home » Republika » Kekuatan Alquran yang Terlupakan

Kekuatan Alquran yang Terlupakan

Negeri ini sedang proses tumbuh dan berkembang. Perubahan yang terjadi terbukti tidak hanya bersifat fisik material, tetapi juga menyeret perubahan pada norma dan nilai. Kadangkala, nilai dan norma itu hanya sekadar dikemas dalam slogan indah, seperti demokratisasi, keterbukaan, dan hak asasi manusia.

Modernitas adalah proses pertumbuhan dan perubahan yang sudah kita jalani selama hampir tiga dasawarsa. Kita harus berani menolak hal-hal yang membawa kebobrokan moral, hedonisme, dan kekerasan. Hal seperti itu tentu sangat mengancam masa depan bangsa kita.

Bila jalan hidup kita lupa dan tidak berpegangan dengan kokoh pada Alquran, perubahan nilai yang akan mengesahkan segala nilai baru yang masuk tentu akan membawa akibat yang buruk. Oleh karena itu, kita harus mempelajari dan memahami Alquran serta sejak dini mengajarkannya kepada generasi baru.

Orang tua yang berhasil memenuhi segala keperluan material anak, tetapi melupakan tugas mendasar mendidik anak-anaknya, terbukti harus membayarnya dengan mahal. Sebab, anaknya sering menjadi anak yang gagal dalam aspek material dan spiritual.

Di samping itu, rumah ibadah kita harus sudah selayaknya disuburkan dengan pengajaran Alquran dan juga ibadah shalat. Karena agama kita sangat mendorong pada kemajuan, nalar, dan pendidikan; selain sebagai tempat persemaian pemahaman Alquran, masjid atau mushala sebaiknya juga digunakan untuk menunjang pendidikan.

Rumah ibadah tak hanya dibangun dengan bentuk yang indah, menarik, sejuk, dan nyaman. Akan tetapi, yang penting, bagaimana anak-anak muda menyukainya sebagai tempat belajar yang menyenangkan. Rumah ibadah yang tidak bersih sesungguhnya bertentangan dengan kaidah dan tuntunan agama yang menyerukan kebersihan.

Umat Islam perlu mengingat, dulu Timur Tengah jahiliyah yang tak dikenal dalam peta sosial ataupun peradaban besar umat manusia di mana pun; hanya dalam waktu kurang dari 50 tahun telah berhasil menciptakan peradaban baru yang gemilang. Peradaban baru dari agama Islam itu kemudian menjadi inspirasi hidup kemanusiaan, keadilan, egaliter, dan antifeodalisme. Dengan pedoman Alquran pula, umat manusia mula-mula belajar empirisme, melatih kebiasaan pembuktian, menjauhi syirik, dan membuat landasan penting bagi pengembangan sains dan ilmu pengetahuan.

Dalam ayat-ayat Alquran, manusia berkali-kali didorong untuk bepergian meninggalkan tempat kelahiran, termasuk juga perintah menunaikan haji bagi mereka yang mampu. Ajaran ini secara tidak langsung menciptakan lalu lintas perdagangan lokal, regional dan global, tourisme , dan berbagai ekspedisi ilmu pengetahuan. Berbagai contoh itu menunjukkan bahwa kitab suci tidak membuat umat menjadi statis. Justru, Alquran menjadikan manusia dinamis, suka mengembara, berekspedisi mencari ilmu, serta melakukan perdagangan demi kesejahteraan diri dan masyarakatnya.

Alquran bukan sekadar kutipan para ulama dan dai dalam ceramah saja, tetapi menjadi petunjuk kehidupan umat manusia. Umat manusia pada masa depan harus semakin mampu mengamalkan ajaran kitab suci. Merupakan sebuah perbuatan yang agak sia-sia jika ayat suci Alquran terus disuarakan di mana-mana, tetapi akhlak tidak semakin baik. Begitu juga semakin memperbesar dosa jika kita cuma rajin melombakan tilawatil Alquran, tetapi akhlak dan moral kita semakin melorot ke bawah.

Pengawas
Manusia sudah seharusnya menjadikan Allah sebagai Maha Pengawas atas segala aktivitas yang dilakukan. Jika tidak merasa ada pengawas dalam diri, tindakan korupsi dan manipulasi hukum dengan mudahnya dapat dilakukan. Kita tentu tak lupa, sejak kecil diajarkan bahwa dosa yang terjadi dalam bentuk sekecil dan sependek waktu apa pun tidak akan terlewat dari pencatatan malaikat yang nantinya wajib dipertanggungjawabkan oleh yang melakukannya.

Dengan penghayatan dan pengamalan Alquran secara mendalam, kita juga dapat menumbuhkan keadilan, persamaan, dan kejujuran untuk kemanusiaan secara terus-menerus. Nilai-nilai yang menjadi fungsi dan isi bacaan-bacaan Alquran seperti itulah yang harus dikembangkan pada masa sekarang dan akan datang.

Alquran tidak hanya bermuatan sejarah dan hukum. Ajaran tentang spirit kemajuan dan kerukunan, larangan merusak rumah ibadah, serta larangan memaksa agama adalah pelajaran yang juga tertera secara jelas dalam Alquran. Itu semua merupakan ajaran yang amat modern di era globalisasi dan era informasi sekarang ini.

Kemajemukan adalah ciri umat manusia zaman modern. Masyarakat yang dikehendaki oleh Alquran adalah masyarakat majemuk. Jadi, bukan sekadar masyarakat monolitik (tunggal). Hal itu dengan tegas dinyatakan Alquran dalam surah Yunus ayat 99, yang dengan jelas menyatakan bahwa  Allah yang Mahakuasa, apabila menghendaki, sangat mudah untuk menjadikan semua orang beriman kepada-Nya .

Sejatinya, di negeri ini, kita suburkan solidaritas dan toleransi. Akan tetapi, bukan solidaritas dan toleransi terhadap korupsi dan kekerasan. Solidaritas dan toleransi merupakan perintah agama yang menjadi bingkai ajaran untuk menciptakan kerukunan. Kita harus menghormati sesama manusia yang merupakan ciptaan Allah meskipun berbeda agama. Namun, kita tidak akan hormat terhadap tindakan bermacam bentuk mafia di negeri ini.

Alquran menjelaskan bahwa semua makhluk diciptakan Allah untuk tidak menjadi sia-sia. Alquran memang ajaran yang sangat modern karena menjadi hukum bagi pelanggar hukum. Yang tatkala penting, Alquran sesuai dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya solidaritas, toleransi, sikap saling menghormati, dan peduli kepada rakyat kecil, tetapi bukan peduli pada tindakan mafia yang besar ataupun kecil.  Wallahualam .

Opini Republika 23 April 2010