19 Februari 2010

» Home » Republika » Mencontoh Rasulullah

Mencontoh Rasulullah

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
(Direktur Pendidikan Yayasan Husnul Khotimah)

Setiap Rabiul Awal kaum Muslimin selalu memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Di masjid, sekolah, kantor, maupun di rumah-rumah dibaca Al-Barzanji , yaitu pembacaan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Tetapi, semua itu kadang hanya sebatas pada pembacaan, karena saat mereka kembali pada aktivitas kesehariannya, kosong dari nilai-nilai dan akhlak yang dicontohkan Rasulullah SAW. Bahkan, tidak jarang orang mengaku sebagai umatnya, tetapi perilakunya jauh dari nilai-nilai yang beliau ajarkan. Akibatnya, beliau menjadi asing dalam kehidupan kaum Muslimin.

Agar tidak sebatas pada rutinitas pembacaan  Al-Barzanji , kaum Muslimin hendaknya mengkaji isinya. Dengan mengkajinya diharapkan dapat meningkatkan pengenalan tentang kepribadian beliau. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Dan, kecintaan yang dilandasi keimanan akan melahirkan motivasi untuk meneladaninya.

Rasulullah SAW adalah manusia pilihan Allah SWT yang diutus kepada seluruh umat manusia untuk menyempurnakan akhlak. Di antaranya akhlak dalam pergaulan, berpolitik, berumah tangga, mendidik anak-anak, pemerintahan, masalah ekonomi, dan dalam penegakan hukum. Tujuannya adalah agar umat manusia senantiasa berada di jalan yang benar, yang lurus, dan diridhai Allah SWT.

Sungguh pada diri Rasulullah SAW terdapat suri teladan yang agung bagi umat manusia dalam menjalankan semua sendi kehidupan. ''Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.'' (QS Al-Ahzab [33]: 21).

Mengkaji perjalanan hidup Rasulullah SAW bagaikan mengarungi lautan yang tak bertepi karena sangat luas, sangat kaya, dan sangat mencerahkan. Keluasan suri teladan Muhammad SAW mencakup semua aspek hidup dan kehidupan, demikian kata Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya  Muhammad SAW the Super Leader Super Manager .

Oleh karena itu, siapa pun yang mengenal Rasulullah SAW akan tak kuasa untuk tidak mencintainya. Untuk tidak terpesona oleh kepribadiannya.  Wa innaka la'ala khuluqin adzim Sungguh engkau benar-benar memiliki akhlak yang mulia. Begitu Allah SWT mengakui kemuliaannya.

Bahkan, Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya  The 100, Rangking of The Most Influential Persons in History , dengan sangat objektif telah menempatkan Rasulullah SAW sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah. ''Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.'' tulis Michael Hart.

Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memiliki kecerdasan manajerial yang tinggi dalam mengelola, mengatur, dan menempatkan anggota masyarakatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuannya, sehingga dapat mencapai tujuan utama, yaitu membangun masyarakat madani yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi.

Di Kota Madinah, setidaknya ada lima hal yang menjadi perhatian utama Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat madani yang damai, sejahtera, dan senantiasa berada dalam tuntunan Alquran. Kelima hal tersebut adalah pemantapan Islam sebagai ajaran, kekuatan politik, keilmuan, persatuan dan kesatuan, serta penegakan hukum. Untuk itu, sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW tidak memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melaksanakan sesuatu, kecuali beliau juga melaksanakannya.

Rasulullah SAW mengedepankan akhlak yang mulia dalam kepemimpinannya. Dalam sebuah riwayat Husain bin Ali, cucu Rasulullah SAW, menceritakan bagaimana keagungan akhlak beliau. ''Aku bertanya kepada ayah (Ali bin Abi Thalib) tentang bagaimana Rasulullah SAW di tengah-tengah para sahabatnya. Ayah berkata, Rasulullah SAW selalu menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.''

Rasulullah SAW menjauhkan tiga hal, yaitu riya, boros, dan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah SAW juga tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa-apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya. (HR Tirmidzi).

Rasulullah SAW sangat tegas dalam masalah penegakan hukum. Beliau tak pernah menetapkan hukum dengan rasa belas kasihan, pilih kasih, atau tebang pilih. Rasulullah sangat tegas dan tidak memihak siapa pun, baik pada pejabat pemerintahannya, sahabatnya, masyarakat kecil, maupun anggota keluarganya sendiri, termasuk anaknya.

Dikisahkan, suatu hari para pembesar Quraisy menggelar rapat khusus. Pasalnya, salah seorang wanita Quraisy dari Bani Makhzum telah mencuri. Antara panik dan resah bila sampai kasus ini terekspose ke publik, mereka pun berpikir keras. Siapa orang yang bisa melobi Rasulullah SWT untuk memetieskan kasus ini. Pilihan akhirnya jatuh ke Usamah bin Zaid.

Usamah bergegas menemui Rasulullah SAW dengan sangat hati-hati dan penuh harap, pemuda kesayangan Nabi itu mengungkapkan maksud kedatangannya. Yang intinya, ia meminta hak khusus agar Nabi SAW tidak memidanakan kasus ini. Paham akan kedatangan Usamah, Rasulullah SAW menjadi merah wajahnya.

Beliau menahan marah luar biasa, lalu Rasulullah SAW berdiri seraya berkata, ''Sesungguhnya yang telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu adalah (sikap tercela mereka), apabila yang mencuri itu adalah orang terpandang di antara mereka, mereka membiarkannya. Namun, apabila yang mencuri itu adalah orang yang lemah, mereka menegakkan hukuman atasnya. Demi Allah, andai Fatimah Putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Selain dikenal sebagai figur yang tegas, Nabi SAW juga dikenal sebagai sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Sebelum memutuskan perkara, beliau selalu memikirkannya dengan matang. Dan, dalam memutuskan suatu perkara, beliau selalu mengacu kepada kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam Alquran.

Demikianlah sebagian kisah kehidupan Rasulullah SAW. Tentu, masih banyak sisi kehidupan Rasulullah yang seharusnya digali dan diperkenalkan di tengah bangsa dan umat yang merindukan akan kebaikan dan keberkahan hidup.

Opini Republika 19 Februari 2010