MENCIPTAKAN penduduk tumbuh seimbang sampai  dengan tahun 2015 perlu mendapat perhatian semua pihak, baik dari sisi  pemerintah, swasta, LSM/LSOM maupun kepedulian dari masyarakat. 
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di tengah berbagai persoalan yang  dialami bangsa ini, seperti rendahnya kualitas SDM, penyebaran penduduk  yang tidak merata, dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah, akan  menyebabkan kondisi kehidupan masyarakat semakin mengkhawatirkan.
Saat ini, jumlah penduduk Indonesia sudah 237 juta orang, dengan tingkat  pertumbuhan sekitar 1,48 % per tahun dan tingkat kelahiran (total  fertility rate/TFR) 2,6. BKKBN dan seluruh elemen masyarakat, baik  instansi pemerintah, perguruan tinggi,  tokoh masyarakat, tokoh agama,  LSM, maupun institusi kemasyarakatan lainnya telah berhasil menekan  tingkat kelahiran dari sekitar 5,6 pada awal tahun 1970-an menjadi 2,6  pada 2007.
Sedangkan tingkat pertumbuhan pada 1980-an yang besarannya 2,3 %  berhasil ditekan menjadi 1,48 %. Meskipun demikian, di Indonesia saat  ini setiap tahun ada 4,2 juta kelahiran baru dan angka ini berarti  hampir sama dengan jumlah penduduk Singapura. 
Untuk contraseptive prevalence rate (CPR) tahun 2007 secara nasional  baru mencapai 61,4%, padahal harapan pemerintah bisa 75%. Hal ini  menandakan bahwa masyarakat masih belum menyadari pentingnya perencanaan  keluarga melalui program KB.
Masih tingginya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk harus  mendapat perhatian dari semua pihak, dan dalam kondisi itu peran tokoh  agama dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyukseskan program  keluarga berencana secara nasional. 
Sudah terbukti pada masa Orde Baru suksesnya program KB tidak terlepas  atas dukungan para ulama mengingat tokoh ulama menjadi panutan. Segala  tindak tanduk, seruan, dan imbauannya didengar, bahkan dicontoh  masyarakat. 
Perlu Dukungan Dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama terhadap program KB  diwujudkan bukan hanya melalui keputusan dan fatwa melainkan juga  melalui pendidikan, penerangan, seminar , lokakarya, dan sosialisasi  program KB, termasuk mitra kerja lain dari sisi pemerintah, swasta, dan  perguruan tinggi serta dari TNI melalui para babinsanya yang membantu  PLKB di lapangan mencari akseptor. 
Revitalisasi program KB dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  saat memberi pengarahan pada acara Hari Keluarga Nasional di Ambon tahun  2006. 
Untuk itu, kebangkitan keluarga berencana perlu mendapat dukungan dari  tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Keluarga berencana merupakan salah  satu cara untuk mencapai hidup,  terwujudnya keluarga kecil yang bahagia  dan sejahtera. 
Saat ini, sudah ada Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang  Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang menyatakan  bahwa dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas  perlu dilakukan berbagai upaya seperti pengendalian angka kelahiran,  penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan  kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan  kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta  kehamilan.
Implementasi dari upaya tersebut adalah untuk menciptakan penduduk  tumbuh seimbang dan akan menjadikan penduduk sebagai SDM tangguh bagi  pembangunan dan ketahanan nasional, mampu bersaing dengan bangsa lain,  serta dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.
Misi program KB mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan  keluarga kecil bahagia sejahtera menjadikan masalah kependudukan seperti  bola panas. 
Ketika dimensi bola panas ini kecil seperti kelereng, bola itu kurang  diperhatikan, namun ketika bola panas itu makin besar, efeknya seperti  domino menyebar ke mana-mana. Persoalan kependudukan jika tidak segera  ditangani serius akan berdampak ke masalah lain, seperti lingkungan  hidup, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. 
Masalah kependudukan di Jawa Tengah yang perlu mendapat perhatian dari  kita semua adalah tingginya pemenuhan lapangan kerja baru. Menurut hasil  survei demografi kependudukan dan kesehatan Indonesia, angka kelahiran  total (total fertility rate/TFR) di Jateng 2,3 anak per wanita usia  subur. 
Fenomena ini mengindikasikan bahwa setiap 1 jam di Jateng telah lahir 30  bayi atau 129.600 bayi setiap tahunnya. Apabila diasumsikan setiap  manusia memasuki dunia kerja pada usia 25 tahun maka pada 2032 Pemprov  Jateng harus menyediakan 129.600 lapangan pekerjaan setiap tahunnya  (sesuai angka kelahiran per tahun).
Untuk itu menciptakan penduduk tumbuh seimbang dengan pertumbuhan yang  lain, terutama masalah perekonomian dan lingkungan, perlu mendapat  perhatian. Jika angka kelahiran bisa kita tekan dan sesuai pertumbuhan  ekonomi, hal itu akan menjadikan tumbuhnya penduduk yang berkualitas dan  ideal.(10)
— Dra Sri Murtiningsih MS, Kepala BKKBN Provinsi Jateng 
Wacana Suara Merdeka 17 Maret 2010